Selasa, 14 Januari 2014

Otsukimi Recital

Resital Melihat Bulan

Di padang rumput yang luas sejauh mata memandang, angin segar berhembus.

Badanku serasa sangat ringan. Sangat ringan sampai-sampai aku serasa memiliki sayap—yang hanya dengan sedikit lompatan bisa membuatku melayang. Biarpun aku tidak bisa melayang selamanya, badanku masih terasa jauh dari daratan.

Saat aku melayang-layang dengan nyaman di padang rumput ini, sebelum aku menyadarinya, segerombolan anak sapi mulai bermunculan di tempat ini—yang menurutku terlihat seperti sebuah pertemuan antara sapi-sapi.

Melihatnya, aku berpikir kemungkinan untuk membuat pesta steak.

Aku terbuai dalam pikiran ingin tetap melayang seperti ini, lompat keatas dan ke bawah.

Tiba-tiba badanku menjadi berat, dan bersamaan dengan munculnya suara ‘brak’. Aku terhantam ke daratan.

“Ow! Ke-kenapa tiba-tiba......”

Pantatku sangat sakit. Aku memijatnya dengan tujuan mencoba mengurangi rasa sakitnya, lalu aku mendengar suara kekehan entah dari mana asalnya.

"Ahahaha! Oba-san, apa yang kau lakukan?!"

Aku menolehkan kepalaku dan menemukan sosok Hibiya-kun yang tertawa terbahak-bahak seraya memegangi perutnya.

“Ke-ke-ke-ke-kenapa kamu ada disini?!!”

Dari sekian banyak orang yang harus melihat kebodohanku yang amat sangat memalukan itu, kenapa harus anak ini? Aku benar-benar sial.

“Eh? Suaramu waktu jatuh sangat keras sampai siapapun bisa mendengarnya.”

Wajahku menjadi panas. Bertingkah konyol dihadapan anak ini sangatlah membuatku menyesal.

“Oh, coba tebak? Kurasa kamu tidak mengetahuinya, tapi biarpun aku bertingkah seperti ini aku adalah idola! I - D - O - L - A!”

Biarpun itulah kenyataannya, aku biasanya tidak banyak omong seperti ini. Aku juga biasanya tidak berpose ataupun menyombongan diri seperti ini.

Biarpun ini agak—bukan, sangat memalukan. Tapi pasti anak menyebalkan ini pasti akan menyadari pesonaku.

“Eh? Tidak, apa yang kau katakan? Bukannya Oba-san itu sapi?”
“Ka-kamu masih berani ya mengejekku...!”

“Coba saja lihat.”

Hibiya-kun mengeluarkan cermin kecil dan yang tercerminkan disitu adalah.....

Seekor sapi raksasa yang sedang berpose layaknya seorang idola dengan bangganya.

Aku sangat syok lalu meraba-raba wajahku, dan sosok sapi yang tercermin itu melakukan hal yang sama denganku.

“Lihatkan? Kau memang sapi, O-ba-sa-n.”
.
.
.
"Uwaaaah! Uwaaaah!"

Aku tidak bisa menahan teriakan yang kemudian lolos dari mulutku, lalu tiba-tiba terjaga.
Keringat membasahi tubuhku ditambah dengan isi kepalaku yang serasa berhamburan tidak karuan. Serasa ingin pingsan, tapi tidak bisa.

Di tengah kegelapan yang menyelimuti sekelilingku, aku bisa melihat garis-garis radiasi dari cahaya yang mungkin menyusup melalui tirai.
Bagaimana aku bisa ada disini.

Dengan perlahan aku mencoba memikirkan kemungkinan apa yang sebelumnya terjadi di otakku. Aku tidak bisa mengingat satu pun kejadian yang membuatku bisa ada disini. Aku bisa merasakan sesuatu yang lembut menjadi alas tidurku, mungkin itu kasur.

Tapi bagaimana aku bisa ada disini dan berakhir di tempat tidur? Aku sama sekali tidak memiliki ingatan soal ini...

Di tengah kegelapan yang membutakan mataku, aku meraba sekeliling sampai kemudian menghantam sesuatu. Lalu aku mendengar suara rintihan.

“Uhh....”

“Hiie!” Pekikan berhasil lolos dari mulutku. Kemudian aku menyadari Danchou-san tertidur di sampingku.
Mengingat kalau aku tidak sengaja menghantamnya tadi, perasaan cemas muncul dalam diriku.

 “He-hei, Danchou-san?! Bagaimana aku bisa...mungkinkah, ini adalah kamar Danchou-san?”

Perlahan, satu per satu adegan dalam ingatanku bermunculan.

Oh iya. Kami membawa Hibiya-kun dari rumah sakit ke markas, setelah itu kami makan malam dengan masakan yang dibuat Seto-san, lalu...

“....Aku tertidur di sofa.”

Background musik bernuansa gelap menggema dalam kepalaku. Dulu, onii-chan pernah mengatakan padaku. "Kau tidak boleh memperlihatkan pose tidur dan igauanmu." dan bahwa diriku saat tidur adalah sesuatu yang tidak boleh dilihat siapapun.

Tapi, aku hanya menganggapnya angin lalu dan sama sekali tidak mempercayainya, dan aku menjawab, "Onii-chan berkata seperti itu apakah karena khawatir dengan adikmu kalau menginap di rumah orang lain~?"

Tapi ada kalanya dia merekamnya karena iseng.



Sungguh, setelah melihat video itu aku merasa sangat ingin bunuh diri saat mendengar igauanku: “Ahn, aku akan keluar.” dan “Kalo kamu denger erangan sexyku, kamu akan melayang~

Sejak saat itu aku tidak pernah lagi tidur di muka umum.

Tentu saja, aku membakar rekaman itu.

Hanya dengan membayangkan aku melakukan itu semua sambil mengigau di ruang tamu membuatku hampir muntah.

Tidak, karena aku sudah mengatakan pada onii-chan bahwa kalau gaya tidurku ketahuan siapapun jangan sungkan untuk membunuhku. Karena aku tertidur di kasur, hal itu tidak terjadi.

Tapi, aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Aku tidak akan tahu kapan aku akan langsung tertidur setelah makan.....langsung.....tertidur.....setelah makan...........
.
.
.
“Lihatkan? Kau memang sapi, O-ba-sa-n.”
.
.
.
Tiba-tiba aku teringat mimpiku, dan suara "BAK!" muncul saat aku memukul selimut. 

"Ngg..." Kido-san mengeluarkan erangan pelan.

"U-ups...maaf, ini salah ANAK ITU. Anak zaman sekarang lancang sekali..."

Bersamaan dengan aku mengatakan itu, perasaan bersalah menyerang hatiku dan dengan segera menutup mulut besar ini.

Kemarin Hibiya pingsan di depan pintu rumah sakit, kemudian Kido-san membawanya kembali ke markas.

Saat itu, kemarahan tidak jelas Hibiya tidak bisa disimpulkan sebagai 'hanya anak kecil yang lancang.'

Bagiku yang tidak pernah mendapat tatapan setajam itu, aku sama sekali tidak bisa membayangkan perasaan macam apa yang dipendam anak itu.

"Anak itu..apa yang terjadi padanya? Ngomong-ngomong..."

Yang paling membuatku terkejut adalah ‘mata itu’.

Matanya yang menjadi merah saat itu, sudah pasti adalah ciri-ciri yang menandakan telah lahirnya sebuah 'kemampuan'. Sama seperti aku, Kido-san, dan juga yang lain.

Meskipun saat aku bertemu dengan Mekakushi Dan, aku bisa langsung mengetahui siapa saja yang memiliki kemampuan selain aku. Tapi ini baru pertama kalinya aku melihat bagaimana kemampuan itu ditemukan.

.

"Mata itu... kira-kira apa ya penyebabnya? Apakah ini sejenis penyakit? Tidak mungkin."

Perlahan, aku memusatkan penglihatanku pada satu titik. Lalu daerah sekitar mataku perlahan jadi panas.

"Ini kemampuan yang menyusahkan, tapi aku tidak akan bertemu dengan yang lainnya tanpa ini. Karena mata ini sedikit berjasa, kurasa sekarang aku jadi sedikit lebih menyukai kemampuan ini. SEDIKIT."

Tapi, aku masih belum bisa menggunakan kemampuan ini sebaik Kido-san atau Kano-san.

Latihan...ya. Yah, yang selalu kulakukan hanyalah berlari jadi aku tidak pernah belajar menggunakan kemampuan ini.

Kalau dipikir-pikir, aku memang tidak tahu seperti apa kemampuannya. Tapi kurasa Hibiya juga akan mengalami masa-masa sulit.

"...TIDAK. Aku tidak akan memaafkannya sampai dia minta maaf duluan!"

Benar, dosa karena memanggil seorang gadis sepertiku dengan sebutan 'sapi' ataupun 'bibi' itu lebih dalam daripada lautan.

Apapun yang terjadi, kalau dia tidak minta maaf dengan tulus dan introspeksi diri, aku tidak akan memaafkannya.

“Yah sudahlah, aku harus bangun dari tempat tidur sekarang~ Memangnya ini sudah jam berapa sih?”

Aku mengeluarkan HP dari kantong parkaku, dan memastikan jamnya. Sekarang jam 7 pagi.

"Oh! Mhmm. Rasanya enak bangun jam segini. Aku mandi dulu sebelum yang lain bangun."

Aku menyikap selimut ke arah berlawanan dengan dinding, dan bangun dari tempat tidur.

Bersamaan dengan aku melewati Kido-san dan bangun dari tempat tidur, aku melihat wajahnya untuk memastikan dia tidak terbangun.

"………Hmm~ dia memang gadis yang cantik."

Kido-san mengenakan piyama perempuan normal dan tidur dengan manis serta nyenyak. Dia mempunyai wajah cantik yang bisa membuat gadis-gadis iri.

“Karena wajah inilah, sangat mengejutkan mendengar gaya bicaranya yang seperti itu.”

Dia selalu tenang tapi terkadang tsundere. Entah kenapa rasanya aku pernah mendengarnya dari seseorang. Aneh, kapan?

Tidak, tidak. Memang terkadang ada waktu dimana kau tidak bisa mengingat sesuatu, maka kau jadi berpikir pernah mendengarnya sebelumnya! Kurasa tidak apa-apa kalau kusimpulkan seperti itu. 

Ngomong-ngomong, aku harus mandi.

Aku tidak bisa membuka gordennya jadi aku harus meraba-raba dalam kegelapan seraya berjalan maju.

Pinggangku tidak sengaja terantuk meja dan itu sangatlah menyakitkan, tapi anehnya suara itu tidak membangunkan Kido-san.

Dia adalah ketua tapi tidurnya seperti sapi...orang ini...

Akhirnya aku bisa meraih pintu dan membukanya. Ruang tamunya sedikit terang—meyakinkanku kalau ini benar-benar sudah pagi.

Aku jadi bersemangat karena sepertinya hari ini cerah, dan aku pun berjalan ke kamar mandi dengan bahagia.

Saat aku melihat ke lantai, aku menyadari Konoha yang berada di bawah sofa, dan onii-chan yang menggenggam HPnya dengan erat dari arah seberang sofa terlihat sedang tidur dengan nyenyak.

“Huh...onii-chan pasti kelelahan setelah jalan-jalan kemarin."

Sepertinya onii-chan sudah cukup akrab dengan Mekakushi Dan, aku merasa seperti sudah memberikan kontribusi yang cukup besar agar ia bisa kembali ke masyarakat.

Setelah itu, aku akan memintanya untuk membuatkan rumah yang imut untukku. Kalau begitu, sudah diputuskan.

Melewati ruang tamu, aku menyalakan lampu ruang ganti dan kamar mandi. Lalu membuka laci terbawah, dan meletakkan bajuku yang kubawa dari rumah disamping bak cuci.

Aku mengambil handuk, mengunci pintu, dan melepaskan bajuku. Saat aku ingin masuk ke dalam kamar mandi, ‘TOK TOK!’, terdengar suara ketukan yang kasar dari pintu ruang ganti.

"Gyyaaaahhh!!"

Aku panik lalu dengan segera membungkus diriku dengan handuk. Untuk jaga-jaga, aku menjauhkan diriku dari pintu.

"Ma-maaf! Ini Momo! Aku sedang mandi!"

Namun tidak ada jawaban dari seberang pintu sementara orang itu terus mengetuk-ngetuk pintu dengan keras. 

Aku merasa ada sesuatu yang berbeda.

Kalau itu adalah seseorang dari markas, dia tidak akan terus-menerus mengetuk pintu karena sudah tahu aku ada di dalam. Kalau begitu, jangan-jangan yang mengetuk pintu adalah...

"PE-PERAMPOK!?"

Entahlah, apakah perkataanku terdengar atau tidak. Suara ‘BAK!’ muncul bersamaan pintu yang digedor-gedor.

Kakiku menjadi lemah karena ketakutan dan kekhawatiran.

"u-uwahhhhhhhh……… ma-maaf!!! BUKAN! Maksudku erm tidak ada barang berharga disini oke!? BENERAN, SUNGGUH! Y-yah, anak kecil bahkan mengejekku ‘sapi’. Ah, gawat… a-AHAHAHA.."

Aku terduduk di lantai dan mulai memohon untuk keselamatan hidupku, dan dari seberang pintu muncul suara yang kukenal.

 “Obaa-san........? Jadi kau sendiri tahu kalau kau itu memang sapi ya?”

Saat itu, tanpa sadar aku menghatam pintunya sehingga menimbulkan suara ‘BAM!’,

"Uwahhh!?" sebuah teriakan pun terdengar dari balik pintu.

Suaraku bergetar karena kemarahan dan kebimbangan. Tidak, tentu saja itu normal. Siapa yang tidak marah kalau dikerjai seperti ini?

 “Te-tenanglah, oke? Maaf, uhm........apakah rompiku di dalam?”

“Rompi?”

Aku melihat ke laci teratas dan ada sesuatu yang seperti rompi Hibiya-kun di atasnya.

“Ah? Yang ini ya? Ada kok.”

“Be-benarkah?! Kembalikan!! Ada sesuatu yang sangat berharga di dalam situ.”

“Sesuatu yang berharga katamu.....haha. Kamu menjadi gelisah karena kamu mengkhawatirkannya ya. Kira-kira apa sesuatu berharga itu ya~ Apa ya, yang ada di dalamnya~?”

Aku mengatakannya dengan penuh kebencian dan kekesalan yang meluap-luap. Hibiya-kun mengeluarkan reaksi yang sangat bagus saat dia menyadari tujuan burukku.

"U-UWAHHH!! JANGAN AMBIL ITU OKE?! AKU MENDAPATKAN ITU DARI ORANG YANG KUSAYANGI!! KUMOHON DENGAN SANGAT JANGAN AMBIL ITU OKE!?"

“Semakin kamu bicara seperti itu semakin aku ingin mengambilnya. Apa isi dari kantongnya ya~”

"HENTIKAN!! KUMOHON BERHENTI!!!!!!!!"

Bersamaan dengan aku mengabaikan Hibiya-kun yang terus mengetuk pintu, aku memasukkan tanganku ke dalam kantong rompinya. Dan tanganku serasa menyentuh sesuatu seperti tas kertas.

"OH! Ketemu, ketemu! Apa isi tas ini ya~"

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!!!!!!!!"

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah aku mengambil benda itu dari tasnya.

Yang bisa kuingat hanya diriku yang berlari dari ruang ganti dan mengatakan “KUMOHON!! BERIKANLAH INI PADAKU!!” kemudian aku melihat wajah Hibiya-kun memerah saat dia melihat reaksiku, tidak lupa juga aroma khas pantai yang menyeruak dari benda itu. Meskipun yang kulakukan tidak sopan, aku tidak akan menyesalinya.
 ~***~

“Begitu ya...hmm, ditelan ya...berbahaya juga...”

"……….uhm, oba-san. Kau sama sekali tidak mengerti, kan?"

"Ahahaha……. tapi paling tidak aku mengerti intinya kan……"

Kurasa kami sudah agak jauh dari markas. Kami berdua berjalan menyusuri trotoar, cahaya matahari yang tidak terlalu terik karena terbiaskan oleh dedaunan di pohon membuat sepanjang jalan yang kami lewati menjadi sangat pas untuk melakukan jalan santai di hari yang cerah.

Setelah perselisihan tadi, Hibiya-kun lari dari markas seperti yang telah diduga.

Kido-san berkata, “Akan berbahaya kalau dia mengaktifkan kemampuannya.” karena itulah aku berusaha keras menghentikan dirinya, tapi bocah itu tidak mendengarkanku. Pada akhirnya aku juga lari bersamanya—yang kemudian menuntun kami pada situasi saat ini.

Kami membeli sandwich untuk sarapan di supermarket, melahapnya habis, dan pada waktu itu Hibiya-kun memberitahuku bagaimana dia bisa terlibat dalam suatu insiden.

Tetapi.

Apa yang Hibiya-kun katakan kepadaku agak sulit untuk kumengerti.

Dari bagian dimana truknya menabrak gadis bernama ‘Hiyori’, sampai pada bagian dimana mereka terjebak di dalam dunia yang tidak masuk akal.

Dan juga bagian Hibiya-kun yang melihat temannya mati berkali-kali, dan pada akhirnya dia dimuntahkan dari dunia itu. Sendirian.

Oh iya, untuk membuatku mengerti tentang apa yang terjadi, Hibiya-kun bahkan mengulang cerita ini sampai tiga kali. Dari kerja kerasnya itu aku bisa melihat kalau dia itu sebenarnya anak yang baik.

Dan aku juga bisa melihat kalau aku ini sangatlah bodoh. Menyedihkan sekali.

"M~hmm. Intinya, Hibiya-kun. Kamu ingin mencari cara agar bisa menemukan gadis yang hilang bernama Hiyori itu, kan?"

"Eh!!?? Ah, ya... itu benar."

Hibiya-kun menunjukkan wajah yang sudah sangat jelas kalau dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi mungkin dia pikir itu tidaklah penting, makanya dia tidak mengatakannya.

“Kamu suka gadis itu kan?”

“Ya-HAH!!?? Kenapa kau menanyakan hal seperti itu?!”

“Ah~ sudah kuduga. Waduh waduh~ kamu sudah dewasa ya~”

Melihat kenaifan anak itu, aku menyeringai. Tapi....bukannya itu termasuk bagaimana seorang ‘bibi’ bertingkah. Terbayang-bayang oleh pikiran itu membuatku menyembunyikan seringai yang sempat lolos.

“APA......! Hah..iya. Aku suka dia sejak lama. Tapi...aku ditolak.”

"EH!? KAMU DITOLAK!!?? UWAHHH~!"

"Berisik obaa-san! Kenapa kau semangat sekali sih…….."

Biarpun dia mengatakan hal itu, Hibiya-kun menundukkan kepalanya dengan malu.
Dia itu memang bocah yang pikirannya sepadan dengan umurnya, itulah apa yang kupikirkan.

Meskipun aku tidak terlalu mengerti apa yang dia sampaikan, aku masih memiliki pikiran kalau situasi yang dialami Hibiya-kun itu sangatlah kejam. Aku meragukan bocah ini bisa melakukan sesuatu.

 “Tapi aku harus menyelamatkannya.”

Mengabaikan kekhawatiranku, Hibiya bergumam dengan pelan namun penuh dengan tekad.

 “Kalau begitu kamu harus menyelamatkannya, oke?”

“......Ya. Pastinya.”

Apakah ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk membantunya?

Tunggu sebentar. Pertama, kenapa Hibiya-kun ingin melakukannya sendiri?

“Hibiya-kun. Aku tahu kamu melarikan diri karena kamu ingin menyelamatkan gadis itu, tapi kalau sendirian pasti sulit, kan? Bukankah lebih baik kalau kita mencarinya bersama daripada sendirian?”

"Haaa….." Mendengar pertanyaanku, Hibiya-kun menghembuskan nafas dalam-dalam seperti sedang jengkel.

“Ka-re-na, bahkan oba-san sepertimu butuh waktu yang lama untuk mengerti situasinya kan? Coba kau pikirkan, ini bersifat darurat. Tidak ada pilihan lain lebih baik daripada pergi sendirian kan?”

"Uhm..."

Dengan satu kedipan mata, perkataanku langsung dibantah olehnya.

Aku tidak menyesalinya, tapi aku sangat terkesan bahwa ‘anak SD zaman sekarang sangatlah pintar.’

“Dan juga......”

"Dan juga apa?”

“Dan juga, tidak apa jika mereka tidak mempercayaiku. Tapi akan buruk  kalau mereka menghentikanku. Aku ingin menyelamatkannya secepatnya.”

Pancaran mata Hibiya-kun, biarpun dia masih muda tapi dia selalu menatap ke depan. Bahkan terlihat bisa diandalkan.

Tetapi, bocah itu juga memiliki banyak kelemahan.

Hibiya-kun yang datang dari desa tidak terlalu mengenal tempat ini, dia juga tidak memiliki uang yang cukup.

Tambah lagi, karena kemampuan matanya yang baru lahir, dia masih tidak tahu bagaimana menggunakannya sesuai keinginannya. Jadi akan buruk jika kekacauan terjadi.

"………. Biarpun begitu, aku akan tetap bersamamu. Aku khawatir denganmu tahu?"

Bersamaan aku selesai mengatakannya, Hibiya-kun menatapku seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Aku tidak terlalu pandai menghadapi tatapan seperti itu, jadi aku hanya tersenyum kecil untuk menutupinya.

“Apa untungnya bagimu kalau membantuku? Orang-orang itu juga sama. Kenapa kalian ingin membantuku? Itulah bagian dimana aku tidak bisa mempercayai kalian.”

Meski perkataannya seperti duri yang tajam, tapi membuatnya terlihat imut.

Perasaan ini, penyebab kenapa aku tidak bisa mengabaikan anak ini sangatlah mudah.

“....mirip sekali dengan onii-chan.”

“Eh? Apa katamu?”

“Baiklah~! Oke! Bagaimana kalau begini saja. Aku akan membantumu. Kalau kita menemukan gadis itu, berhentilah memanggilku ‘oba-san’, dan ‘sapi’, dan juga.......ge-gendut....jangan katakan ‘gendut’ lagi.....”

Berkat satu kata yang tidak bisa kukatakan keras-keras itu, ini menjadi awal yang baik namun juga akhir yang buruk.

Harusnya aku tidak terlalu mengeluarkan semangat di bagian awal.

“Hah? Apa? Itu ‘keuntungan’ untuk obaa-san?”

“Ya. Bagiku kalau itu terjadi aku akan saaaangat puas! Ah, aku bisa menjadi partnermu kalau kamu mau!"

Aku menyilangkan tanganku dan mengatakannya dengan penuh percaya diri, lalu aku melihat Hibiya-kun tersenyum untuk pertama kalinya.

“......Aneh. Kalau begitu, bagaimana kalau obaa-san tidak bisa menemukannya? Apa yang akan obaa-san lakukan?”

“Hmm? Tunggu sebentar......aku akan....”

Aku mempertimbangkan apa yang akan kulakukan. Tapi sebenarnya itu tidaklah dibutuhkan, karena jawabannya sangat mudah. Karena apa yang harus kulakukan hanyalah mengatakan kepada Hibiya-kun apa jawabanku, satu per satu.

"… sampai kita menemukannya. Aku akan terus bersamamu."
Semua yang berada di Mekakushi Dan tahu betul sesulit apa menghadapi masalah sendirian.

Aku diselamatkan oleh mereka, lalu aku bisa tersenyum kembali.

Dan sekarang giliranku untuk berada disisinya

Sebagai anggota Mekakushi Dan, otomatis itu menjadi misi yang penting bagiku.

"O-obaa-san, kenapa kau mengatakan hal seperti itu?"

Wajah Hibiya-kun memerah, dan memalingkan kepalanya.
Jujur, aku sebenarnya menyadari apa yang kukatakan tadi akan membuat siapapun malu, karena itulah wajahku juga jadi panas dan kutundukkan kepalaku.

Kenapa aku malu-malu di depan anak SD?

Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba tubuh Hibiya-kun terhuyung.

Aku dengan cepat menahan pundaknya, Hibiya-kun mendapatkan kembali keseimbangannya dan menekan kepalanya.

“Aneh, apa yang terjadi? Aku tidak tahu kenapa aku merasa tidak enak badan....”

"A-ada apa……… AAHH!!"

Aku menatap wajah Hibiya-kun yang tertutupi oleh tangan kanannya, tapi aku melihat mata kirinya berubah menjadi merah darah.

Oh, tidak. Warna mata itu.....tidak diragukan lagi kalau itu adalah tanda kemampuan mata Hibiya-kun diaktifkan.

Sampai sekarang aku tidak pernah melihat kemampuan yang mengakibatkan kehancuran pada sekitarnya. Tapi karena hubungan antara setiap kemampuan tidak ada, aku tidak bisa menebak kemampuan apa yang dipunyai Hibiya-kun. 

Melihat perkembangannya, ketakutan menyerang diriku.

Tidak. Aku baru saja mengatakan kalau aku akan membantunya. Aku harus tetap kuat.....!

"Hibiya-kun! Apakah kamu merasakan sesuatu yang aneh dalam dirimu?!"

"U-uhm. Badanku tidak apa-apa……. tapi aku tidak tahu kenapa aku melihat hal-hal yang aneh. Apaan ini, menara jam… bangunan sekitar empat lantai. Apakah ini…… sekolah? Aku bisa melihat beberapa atlet."
Hibiya-kun tiba-tiba menatap ke langit dan menjelaskan detail tempat itu.

Semakin banyak Hibiya-kun menyatakan karakteristiknya, semakin kusadari kalau tempat itu adalah tempat yang kukenal.

"Bu-bukannya itu....SEKOLAHKU?!"

"EH!? DISITU!? Ah, benar, ada loker sepatu bertuliskan ‘Momo Kisaragi’. Disini…. ruang guru? Ah, ‘Momo Kisaragi’ hasil tes Geografi … NILAINYA SATU!!??"

"UWAHHHHHHHHHHH!!!!!!!???? KE-KENAPA KAMU SAMPAI TAHU HAL SEPERTI ITU!!??"

Tiba-tiba dia mengumumkan hasil nilai ulangan Geografiku, dan tidak dapat kusangkal bahwa semua itu adalah kenyataan.

Bagaimana Hibiya-kun bisa mengetahuinya? Melihat warna mata Hibiya-kun yang berubah menjadi merah, bahkan diriku yang bodoh ini bisa dengan mudah menebak apa kemampuan matanya.

“Kemampuan matamu...”

“...Tidak salah lagi...”

Saat mata kami bertemu, warna merah di mata Hibiya-kun lenyap dan berubah kembali jadi warna asalnya.
"E-EHH?! Aku tidak bisa melihatnya lagi sekarang....Kenapa!?"

"Huh~ Mata merah ini memang bisa mengeluarkan berbagai macam kemampuan."

Kupikir kemampuan Hibiya-kun yang baru lahir adalah kemampuan untuk melihat sesuatu dari tempat yang sangat jauh.

Dan dengan bagaimana Hibiya-kun menjelaskan sekolahku dengan tepat, bahkan melihat nilai dari kertas ulanganku, kurasa kemampuannya bisa membuatnya melihat apa yang dia inginkan.

“Kerennya......”

Mood-ku turun dengan sangat drastis.

Kalau saja ada polling mengenai 'Kemampuan Yang Paling Ingin Kamu punya', pasti kemampuan Hibiya-kun menduduki peringkat teratas.

Coba lihat kemampuanku.......menarik perhatian. SELALU menarik perhatian. Seandainya saja aku memiliki kemampuan yang lebih berguna. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, pikiran ini terlintas dalam benakku.

“Eh? Apa? Apa yang terjadi!!??”

Hibiya-kun panik, dia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

Tentu saja. Pertama kali aku mendapatkan kemampuan ini, aku juga tidak menyadarinya.

“I-itu. Singkatnya, saat matamu jadi merah kamu bisa melihat berbagai macam hal dari tempat yang sangat jauh.....semacam itulah.”

“Mata merah.......?”

“Yup, tadi matamu jadi merah.”

Hibiya-kun mematung, lalu menunjukkan wajah yang tidak pernah ia perlihatkan sebelumnya.
 “Artinya aku mempunyai kemampuan super?!”

“Ya-yah....begitulah.”

Sejujurnya aku juga tidak terlalu tahu kebenaran dibalik kemampuan ini. Tapi kalau seperti ini masalahnya, kurasa yang kulakukan tidak salah.

Tapi kenapa Hibiya-kun ingin melihat sekolahku? Kira-kira kenapa ya.....

“Aku tidak terlalu yakin, tapi kalau aku mempunyai kemampuan ini....berarti aku bisa menggunakannya untuk menemukan Hiyori kan!?”

Perkataan Hibiya-kun membuatku menyadari sesuatu.

BENAR JUGA! Bukannya kemampuan Hibiya-kun yang paling pas untuk mencari orang?

Kalau kita menggunakan kemampuan ini untuk menemukan Hiyori-chan.....

“Benar Hibiya-kun! Baguslah! Ayo cepat, coba lagi!”

“I-IYA!! Okeeeeee. Uwaaaaaa.... Akan kucobaaa.....”

Hibiya-kun berpose seperti tokoh manga yang rambutnya akan berubah jadi jabrik emas, dan mulai mencoba untuk mengaktifkan kemampuannya sekali lagi.

“Uwaaaaaaaa......”

“YA YA! Teruskan!!!!”

“Giaaaaaah......aaaaaaahhhhh.......”

“Semangat! BERJUANGLAH!!!”

“Huuuuuu......waaaaaaaaaaaaaa......!!!!!!”

...............dan 3 menit pun berlalu.

Aku merasa kasihan kepada Hibiya-kun yang masih berusaha untuk melihatnya.

“.....masih tidak bisa melihat apa-apa?”

“Uuuuuuh.....masih....tidak bisa melihat apa-APAAAAAAAAA!!!!!!!”

Mungkin karena dia masih belum bisa menggunakan kemampuannya dengan baik, dia tidak bisa menggunakannya kapanpun dia mau.

Ini adalah kemampuan langka yang bisa membuat keinginan Hibiya-kun terwujud, tapi kalau tidak tahu cara menggunakannya tentu akan jadi tidak berguna.

Seandainya ada cara untuk mengaktifkan kemampuan itu lagi...apakah Hibiya-kun harus lebih berkonsentrasi?

"Mm~hmm menyusahkan sekali. Mungkinkah ada suatu syarat untuk mengaktifkannya? ….. ah."

Seorang gadis dengan rok mini melewati Hibiya-kun yang sedang berusaha keras mengeluarkan kemampuannya.

Angin meniup rok gadis itu dan Hibiya-kun menatapnya.

“Ah! Aku melihat sesuatu! Kamar dari....gadis itu? Ada foto....ah, segunung baju yang belum dicuci....AGH AW!!??”

Aku memukul kepala Hibiya-kun, dan lalu warna merah dari mata Hibiya-kun langsung menghilang.

“KAMU INI!!!! BARU SEKARANG KAH KAMU SEMANGATNYA?! DAN LAGI APAAN DENGAN PERSYARATAN KEMAMPUAN ITU?! PIKIRAN YANG MESUM!?”

“A-AKU TIDAK TAU!!! Tiba-tiba saja langsung aktif!”

“Ah~ padahal katamu ‘Aku ingin menyelamatkannya’. Ternyata.....yah sebenarnya sih normal saja untuk anak seumuranmu.”

“BUKAN!!! Ahh, aku tidak mengerti....”

Mengesampingkan Hibiya-kun yang mencoba berdebat denganku, sebuah hipotesis muncul dalam kepalaku.
Oh, tidak... kalau benar begitu bisa gawat.

 “....hei, Oba-san. Bagaimana aku bisa melihat dimana Hiyori berada...?”

Kemampuan Hibiya-kun pertama kalinya aktif saat ‘dia melihatku’. Lalu dia melihat sekolahku. Yang kedua adalah saat dia melihat cela—bukan, maksudku ‘melihat seorang gadis’, dan malah mengintip kamar gadis itu.

Ini hanya terjadi dua kali jadi aku tidak bisa mengkonfirmasinya, tapi dari dua kejadian ini bisa kusimpulkan...

 “Kamu bisa ‘melihat’ tempat yang berhubungan dengan orang yang kamu tatap?”

“Eh? Apa maksudnya....”

Saat Hibiya-kun bertanya kepadaku, sebuah mobil berhenti di depan kami dan mengklakson pada kami.

Aku menolehkan kepalaku, dan dari dalam mobil terlihat orang yang paling tidak ingin kutemui saat liburan.

“Yo, Kisaragi. Sudahkah kau belajar dengan baik?”

“Bisakah anda menyapa dengan lebih baik lagi, Sensei?”

Sambil membuka kaca dibagian kiri mobil, Tateyama-sensei berbicara padaku dengan nada slebor. Jangan lupakan rokok yang setia terselip di mulutnya.

 “O-obaa-san, siapa orang ini......?”

Hibiya-kun meningkatkan kewaspadaan dengan kemunculan tiba-tiba dari om-om tidak dikenal.

 “Ah, tidak apa-apa. Dia guru dari sekolahku.”

“Eh, begitu ya. Dia kelihatan....sangat unik.”

Kurasa Hibiya-kun mencoba mencari kata-kata yang baik untuk digunakan dan dia pun memilih kata-kata yang paling sopan.

Tapi, ‘unik’ tidak terlalu pas untuk mendeskripsikan sensei. Mungkin ‘mengerikan’ adalah perkataan yang paling tepat untuk menjelaskannya.

“Oh, apa yang kau lakukan Kisaragi? Kencan ya? Jangan lupa mengundangku ke pernikahan kalian ya.”

“Tidak, tidak. Kau salah. Aku hanya membantu anak ini untuk mencari seseorang.”

Setelah mendengarnya, sensei menatap Hibiya-kun sebentar dan menyeringai, lalu dia mnggunakan ibu jarinya untuk menunjuk ke kursi belakang.

“Kalau begitu, kau mau aku mengantarmu ke suatu tempat? Aku hebat dalam mengemudi lho.”

“Tidak, tidak, sensei! Anak ini bukanlah orang seperti itu!”

Aku menolaknya dengan keras, tapi sensei jadi terlihat lesu.

“Kenapa sih.....hari ini hari Obon tapi aku tidak mempunyai tempat yang akan dituju....apa kalian tega membiarkanku sendiri...”

Seakan marah saja tidak cukup, dengan niat jahat sensei mencoba membuat kami merasa bersalah.

Tidak ada yang lebih buruk daripada sosok sensei ketika melancarkan senjata pamungkasnya.

 “Uhm, anu.....”

Bersamaan saat aku menghela napas, tanpa diduga Hibiya-kun berbicara pada sensei.

“Oh? Ada apa bocah?”

“Uhm....aku ingat rasanya ada taman di depan perhentian bus, di dekat persimpangan jalan.....kalau boleh, bisakah anda mengantarku ke sana?”

Awalnya, aku tidak mengerti apa yang Hibiya-kun katakan. Tapi aku teringat kembali latar tempat kejadian yang Hibiya-kun pernah ceritakan sebanyak tiga kali, lalu aku mengerti apa yang Hibiya-kun pikirkan.

“Tempat itu memang bagus....! Sensei, bisakah anda menolong kami!?”

Sensei terlihat senang, untuk sesaat ekspresi wajahnya sedikit menegang. Kemudian menunjuk kursi penumpang di belakang.

Ah, paling dia cuma ingin berpose seperti itu.

“Hum, maksudku. Naiklah, nak.”

“Hibiya-kun, kupikir kita lebih baik naik taksi saja.”

"AAAAAHHH!!!!!!! AKU MINTA MAAF!! KUMOHON NAIKLAH DI MOBILKU!!"

Sensei menginjak pedalnya. Di dalam mobil terasa agak sejuk karena AC-nya.

Aku melihat jam, sebentar lagi jam 2 siang.

Tanpa kusadari, aku sudah berbicara dengan Hibiya-kun selama 6 jam. Tapi aku masih tidak mengetahui kebenaran dibalik kemampuannya.

Tapi, kalau hipotesisku benar berarti kemampuan Hibiya-kun bukanlah melihat ‘orang’ tapi melihat ‘tempat’.
Kalau kita HARUS menemukan tempat dimana Hiyori-chan berada, akan sangat menyusahkan.

Kalau begitu, berarti menggunakan kemampuan Hibiya-kun untuk mencari Hiyori-chan akan sangat sulit.

Ditambah lagi, fakta bahwa kami tidak mengetahui bagaimana caranya menggunakan kemampuan ini juga menyebalkan. Tidak ada yang memiliki kemampuan yang sama, tidak ada buku panduan untuk ini, dan tentu saja tidak ada orang yang bisa mengajarkannya.

Ini adalah situasi dimana hanya orangnya sendirilah yang bisa mengerti cara menggunakan kemampuannya, seperti halnya mempunyai tangan tapi tidak tahu bagaimana menggunakannya.

Jika dibandingkan dengan kemampuan Hibiya-kun, kemampuanku lebih mudah digunakan kapanpun aku mau.

Kemampuan untuk mengumpulkan ‘perhatian’ orang-orang, hanya ada dua pilihan untuk menggunakannya, antara ON atau OFF. Untungnya aku tidak mempunyai kemampuan untuk memanipulasinya.

Berbeda denganku, Hibiya-kun tidak takut pada kemampuannya. Padahal kemampuannya lebih rumit dari milikku, dan dia berusaha keras menggunakannya untuk menyelamatkan Hiyori-chan.

Apapun yang terjadi aku harus membantunya.

Aku berharap akan ada sesuatu yang baik terjadi saat kami tiba di taman.......

Tiba-tiba, aku berbalik untuk melihat Hibiya-kun, dan melihat pemandangan yang mengejutkan.
Mata Hibiya-kun menjadi merah dan dia menatap tajam kantong dalam kursi mobil sensei.

Bagaimana bisa...pikirku sambil mengintip apa yang ada di dalam kursi mobil itu. Yah, aku sudah mengira kalau yang ada di dalam kantong itu adalah majalah yang sampulnya penuh dengan gambar-gambar mesum.

Aku langsung mengeluarkannya, menggulungnya, dan suara ‘BAK!’ tercipta bersamaan dengan aku menghantam kepala Hibiya-kun.

“OW! Ugh....UWAHH!!! BUKAN, BUKAN SEPERTI ITU! AKU HANYA TIDAK SENGAJA MELIHATNYA!”

“Ti~dak~se~nga~ja~!? KAMU MEMANG MENATAPNYA BUKAN!? KENAPA KAMU MENGGUNAKANNYA UNTUK HAL-HAL TIDAK BAIK SEPERTI INI?!”

Setelah aku berteriak, tiba-tiba aku menyadari sesuatu dan berbalik ke depan. Dari kaca spion aku bisa melihat sensei sedang menyeringai jahat.

 “Heiiiiiii Kisaragi. Laki-laki itu...meski kami mengetahuinya tapi terkadang ada kalanya kami tidak sengaja melihatnya. Kau tidak akan pernah bisa pacaran dengan seseorang kalau kau terus cemburu kepadanya hanya karena dia melihat majalah porno tahu?”

Setelah mengumpulkan kembali pikiranku dan menyadari apa yang dikatakan sensei, wajahku meledak dengan kemarahan.

Dari sudut pandang orang yang tidak tahu kemampuan Hibiya-kun, aku hanyalah seorang gadis yang cemburu kepada bocah disampingku yang mengintip majalah porno sampai menjadi marah.

“BU-BUKAN! AKU TIDAK BERMAKSUD SEPERTI ITU!”

“Ah~ Aku tahu, aku tahu. Aku juga merasa selalu dimarahi oleh Tuhan karena itu. Aku mengerti perasaan itu.”

"GAAHH!!!! CUKUP!!!! AKU INGIN KELUAR DARI MOBIL INI!!! BIARKAN AKU KELUAAR!!"

Setelah aku meneriakkan ini, mobilnya berhenti di tepi jalan.

“Eh? Ah, jangan bilang anda benar-benar akan menurunkan kami disini.”

“Hahaha! Sayangnya kita sudah sampai pada tujuan kita. Yah, kuserahkan sisanya kepada kalian berdua.”

Dari balik jendela, terlihat sebuah taman kecil yang terlihat biasa-biasa saja.

Ini adalah tempat dimana insiden yang diceritakan Hibiya-kun terjadi, taman normal yang diluar dugaanku dan juga bisa ditemui dimana saja.

Disini, seandainya kami bisa menemukan petunjuk bagaimana caranya menemukan Hiyori-chan.......

Hibiya membuka pintu mobilnya dan keluar, aku bergegas mengikutinya.

Kami berbalik menghadap mobil, dan sensei membuka jendela mobilnya sambil menyalakan rokoknya.

Dia pasti menahannya sebelum kami keluar dari mobil.

“Akhirnya aku bisa istirahat. Aku tidak terlalu mengerti apa yang terjadi, tapi kuharap kalian berhasil mencari orang itu. Yah, jika aku masih bertemu dengan Kisaragi saat pelajaran tambahan.”

“Guehhh......begitu ya. Mohon bantuannya.....”

“Te-terima kasih. Uhm....ah, maaf. Aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Hibiya.”

Mungkin karena bagi sensei Hibiya yang tiba-tiba memperkenalkan dirinya saat kami hampir ingin berpisah itu lucu, sensei tertawa dan menjawab.

“Oh, aku Tateyama. Kita akan bertemu kembali. Selamat tinggal.”

Sensei menutup jendela mobilnya, melambaikan tangan, lalu mengemudikan mobilnya meninggalkan kami.

“Haa. Padahal aku tidak ingin memikirkan pelajaran tambahan saat liburan, tapi gara-gara dia aku jadi ingat lagi....Eh, ada apa Hibiya?

“Huh? Tidak ada....hanya saja aku merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya......”

“Hmm~ Karena itu nama yang langka, mungkin saja ada kenalanmu yang bernama seperti itu.”

“Se-sepertinya.....”

Hibiya memperlihatkan senyuman pahit lalu berbalik untuk menatap taman seperti ingin mengubah suasana hatinya.

"Jadi, Hibiya. Apakah kamu melihat sesuatu?"

“Se-sebentar, harusnya aku bisa melihatnya......akan kucoba.”

Hibiya menatap taman lalu mulai memfokuskan dirinya untuk mengaktifkan kemampuannya.

Gara-gara mendengar cerita Hibiya, melihat taman yang kosong tanpa anak-anak satu pun meski hari ini hari libur menimbulkan kesan bahwa semua anak-anak yang datang kesini telah ditelan. Pikiran itu sukses membuatku merinding.

Hibiya mencoba mengaktifkan kemampuannya terus menerus sampai matahari tenggelam, tapi dia masih tetap tidak bisa menemukan Hiyori sama sekali.

Bulan mulai menampakkan sosoknya di tengah langit malam—memberikan cahaya redup yang cukup jelas untuk terlihat dari balik dedaunan.

Kami duduk di kursi taman berjam-jam.

Jelas sekali bahwa Hibiya sangatlah kelelahan setelah mencoba fokus tanpa henti selama berjam-jam.
 
Pada akhirnya, bukan hanya kami tidak bisa menemukan kebenaran dibalik kemampuan ini, kami juga telah menghabiskan tenaga untuk mengaktifkan kemampuannya, sudah jelas ini adalah situasi yang buruk.

"Hei, hei……. Hibiya, sudah telat nih. Gimana kalau kita coba lagi besok saja?"

“Aah, Obaa-san bisa pulang duluan.....aku akan melakukan ini sendirian.....”

“Itu tidak boleh! Hibiya, kamu sudah lelah bukan? Kupikir kamu harus istirahat.......”

Bersamaan dengan aku berbicara, aku menyadari Hibiya menatapku dengan tajam.

Ini sama seperti kemarin, tatapan dingin yang penuh dengan kebencian.

"Eek…."

Kalah dengan tekad Hibiya yang kuat, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

Benar juga, setiap menit—bahkan detik, nyawa Hiyori bisa terancam. Tidak mungkin Hibiya akan mengatakan “Istirahat yuk.”.

Hibiya kembali menundukkan kepalanya dan mulai mencoba fokus dengan menatap lantai.

Aku yang tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa melihatnya berusaha. Namun aku melihat tetesan-tetesan air yang membuat titik gelap di tanah dekat kaki Hibiya.

Aku tahu apa itu, mengetahuinya membuat dadaku sesak.

“Apa-apaan sih.....! Kemampuan ini benar-benar tidak berguna.....!?”

Melihat Hibiya yang menangis, aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

Aku lah yang tidak berguna. Mengatakan omong kosong tentang bagaimana aku akan terus menolongnya, tapi pada akhirnya......

Saat itu, mataku mulai tergenang oleh air mata.

Air mata ini tidak bisa lagi kubendung, lalu perlahan menetes menuruni pipiku.

Tiba-tiba Hibiya berdiri dan berjalan menuju pintu keluar taman.

“Ke-kemana kamu pergi?!

Biarpun aku memanggilnya dengan suara yang serak, yang menunjukkan kalau aku juga menangis, Hibiya tidak peduli dan terus berjalan.

Akhirnya aku juga berdiri dan memegang tangannya. Barulah kusadari tangan mungilnya gemetaran.

“Tidak akan ada yang selesai kalau aku bergantung pada kemampuan itu.. Lebih baik aku langsung saja mencarinya.”

“Itu juga tidak akan membuahkan hasil! Bagaimana kalau kita mencarinya besok saja, kita juga meminta yang lain untuk ikut mencarinya, oke?”

Hibiya menepis tanganku dengan kasar.

“Makanya.....bukannya sudah kubilang aku tidak bisa mempercayai mereka?! Bahkan sekarang lebih sulit lagi untuk mempercayai kemampuan ini.....”

Hibiya berjalan maju, kemudian berhenti.

Lalu dia berjalan beberapa langkah dan mengambil sesuatu di tanah.

Itu adalah tas kertas yang sama dengan yang di dalam kantong rompi Hibiya.

“Hiyori membeli ini.....”

Hibiya bergumam lalu berlutut.

"Hibiya?!"

Aku berlari menuju Hibiya dan menyadari kalau wajahnya putih pucat.

“Semangat oke? Kita akan berjuang bersama....oke?”

“Mungkin lebih baik kalau aku menghentikan ini semua......aku bahkan tidak tahu apakah Hiyori masih hidup atau.....”

“.......Jangan seperti itu!!!”

Itu adalah kalimat yang tidak boleh dia katakan.

Kalau tidak ada orang yang percaya seseorang masih hidup, kalau dia tidak mencari orang tersebut, mungkin orang itu akan benar-benar menghilang. Itulah hal yang kupercaya sejak aku kecil.

“Kamu tidak boleh....mengatakan hal seperti itu. Jangan menyerah! Karena.....aku mempercayaimu!”

“Ka-kalau begitu, apa yang harus kulakukan?! Hiyori tidak ada disini lagi....itu berarti bahkan aku tidak bisa ‘melihat’nya....”

Memang benar. Kemampuan itu tidak ada gunanya kalau kami harus melihat ‘seseorang’, kemampuan itu hanya bisa melihat tempat, tapi tidak ada artinya kalau Hiyori tidak ada.

Kalau begini apa yang harus kami lakukan.

"…… bukan"

Pada waktu itu, perlahan kepalaku memunculkan teori yang aneh.

Kenapa aku tidak menyadari ini lebih awal? Ini lebih mudah daripada apa yang kami pikirkan selama ini.

"…….Hei, Hibiya. Majalah porno yang kamu lihat di mobil Sensei.....apakah kau ‘melihat’ sesuatu yang lain?"

Hibiya terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaanku, lalu menjawabnya dengan jujur.

 “Waktu itu.....bukannya sudah kubilang aku tidak menggunakan kemampuanku untuk itu?! Aku......tidak sengaja melihatnya.”

Semua hipotesis yang ada di dalam kepalaku begabung, dan tiba-tiba berubah menjadi ‘kebenaran’.

Memang, Hibiya menggunakan kemampuannya pada waktu itu.

Itu adalah saat dimana Hibiya tidak bisa melihat apa-apa biarpun dia menggunakan kemampuannya.

“Mungkin......ini akan berhasil!”

"HAH!? Apanya yang berhasil?"

“Yah, saat kau melihat ‘seseorang’, kau bisa melihat ‘tempat’ yang berhubungan dengan orang itu kan? Tapi saat kau melihat ‘majalah’ itu, kau tidak bisa melihat ‘apa-apa’.”

Hibiya memiringkan kepalanya seperti tidak mengerti apa yang ingin kusampaikan.

“Jadi, saat kamu mencoba mengaktifkan kemampuanmu, tidak ada yang terjadi. Namun, saat kamu melihat ‘majalah’ matamu sangatlah merah. Aku yakin kemampuanmu aktif secara otomatis.”

“Tapi aku tidak melihat apa-apa.....”

“Bukan. Sebenarnya kamu ‘melihat’nya tapi karena sesuatu kamu tidak melihatnya. Hei, bagaimana kalau kita pikirkan seperti ini. Saat kamu melihat ‘seseorang’ kamu melihat ‘tempat’ sedangkan saat kamu melihat ‘sesuatu’ kamu melihat.........”

"………. ‘pemilik’nya?"

Ya, kemampuan Hibiya adalah melihat ‘sesuatu’ untuk melihat ‘pemilik’nya, jadi pada saat itu, apa yang Hbiya ‘lihat’ adalah Sensei yang mengemudi. Dan karena orangnya tepat berada di depannya, dia berpikir kalau dia ‘tidak bisa melihat apa-apa’.

“Ini cuma hipotesis. Tapi kalau ini benar, itu berarti....”

Hibiya mengerti apa yang kumaksud, dan mengambil tas kertas Hiyori yang dia jatuhkan.

“.....Ayo kita coba.”

Hibiya membuka tas kertasnya dan mengeluarkan isinya, sebuah ikat rambut.

“Apa-apaan sih, apakah orang itu lebih berharga daripada aku?”

Dan Hibiya mulai memfokuskan dirinya.

Kalau hipotesisku benar, berarti dia bisa melihat Hiyori.

Namun, Hibiya menghabiskan waktu terlalu lama untuk mengaktifkan kemampuannya.

“Obaa-san.....aku tidak bisa fokus.....”

Siratan mata Hibiya hampa—seakan dia bisa tumbang kapan saja.

Tentu saja. Itu karena sejak kemarin dia sudah tertekan.

Kami memang harus mencobanya kembali besok......

.......atau tidak.

Hibiya pasti akan meolak kalau aku mengatakan, “Pulang yuk.”

Paling tidak kemampuanku tidak menimbulkan masalah apapun hari ini.

......kalau dipikir-pikir, rasanya aku melupakan sesuatu. Apa ya.....

Sesuatu tentang kemampuanku....

"AAAAAHHHH!!!!!!”

"UWAH! Ada apa Obaa-san…"

“Aku-aku keluar sendirian?!?!?!”

“Eh? Tidak, kau keluar bersamaku......”

“Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee!!! Aku bisa mengontrol kemampuanku sekarang??!?!?!”

“A...pa.....?”

Hibiya menatapku dengan tajam, namun semua itu terkalahkan oleh perasaan bahagia akan peningkatan yang kulakukan.

Aku selalu menginginkan kehidupan normal dan sekarang aku bisa mendapatkannya.

Kalau aku tidak bahagia karena ini, kapan lagi aku bisa bahagia?

Dan ada satu lagi.

Akhirnya aku mengerti bagaimana caranya aku menggunakan ‘kemampuan’ku.

“Tidak~ hahaha. Maaf ya, aku hanya menemukan sesuatu. Aku bisa menolongmu.”

“Kamu bisa membantuku...?”

“Yup, bisakah kamu meminjamkan ikat rambut itu sebentar?”

Dia ragu, berdiri, dan berjalan menuju diriku.

“Apa yang ingin kau lakukan?”

“Baiklah, lihat saja oke?”

Aku mengambil ikat rambutnya dengan tangan kananku dan menutup mataku, memokuskan diriku.

Ikat rambut adalah titik untuk menarik perhatian.

Ya, sama seperti bagaimana aku melakukannya di departemen store. Untuk Hibiya, keluarkan seluruh kemampuan!!!!

Kubuka mataku dan melihat seluruh lampu di taman menyala.

“Kereeeen, kau menarik cahaya-cahaya pada dirimu......sama seperti idola!”

"Yup. Mau kunyanyikan sebuah lagu? Semoga kamu menikmatinya."

Mata Hibiya berubah menjadi merah saat dia berteriak, “OKE!!!”

Kalau dia melihatku seperti ini, dia akan berhenti memanggilku ‘Obaa-san’.

Bersamaan dengan munculnya pikiran itu, aku menatap ke langit—melihat bulan diatas sana. Dan aku, sebagai idola baru diatas panggung, merasa sedikit malu.
 ~***~
Translator Note
Oba-san = Bibi/Tante
Sensei = Guru

3 komentar:

  1. otsukimi recitalnya kok judulnya yang ke 5 ,
    bener ga ya kak kaori ..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah ini soalnya kaori awalnya mentranslet dibagi jadi berpart-part supaya kaori gak cape, tapi setelah selesai kaori gabung, jadi kaori edit yang part 5-nya~ <---ketauan malas buat post baru

      Hapus
  2. oalah ...
    waduh di bakatsuki saya jadikan 1 . ahaha split di bagian mana ya aslinya?

    BalasHapus