Cerita Malam Menipu III
Kredit kepada pochamachan untuk english translation
Suasana
yang kurang enak memenuhi mobil yang kunaiki.
Suhu sedang yang diberikan AC mobil tidak bisa menumpas keheningan tidak nyaman selama perjalanan ini
Bayanganku dan tante yang muncul di tiang-tiang jalan yang kami lalui sajalah yang menandakan ada kehidupan di dalam mobil ini
Diam-diam,
aku menghela napas.
Aku kurang bisa melakukan perjalanan dengan kendaraan yang bergerak sendiri, Yah, 'kurang bisa' sangatlah mengecil-ngecilkan maksudku, sangat dikecil-kecilkan.
Aku kurang bisa melakukan perjalanan dengan kendaraan yang bergerak sendiri, Yah, 'kurang bisa' sangatlah mengecil-ngecilkan maksudku, sangat dikecil-kecilkan.
Seandainya
saja gerakannya lebih mulus seperti jungkat-jungkit atau semacamnya tidak
apa-apa.
Aku kurang suka menaiki bis atau pun mobil. Mungkin ini karena aku jarang
sekali menaiki kendaraan seperti itu atau memang ada yang aneh dari diriku
untuk tidak menyukainya.
Ngomong-ngomong,
ada pada suatu ketika Ibu tiba-tiba membawaku menaiki sesuatu bernama ‘roller
coaster’. Itu adalah pengalaman terburuk dalam hidupku.
Ngebut,
berputar-putar, belok kesana kemari......jujur, kupikir hal itu tidak ada gunanya dan buang-buang waktu.
Di
perjalanan naik roller coaster aku merasakan mual yang teramat sangat, namun
aku menahan diriku dengan berpikir, “Lebih baik aku mati daripada muntah di
depan umum.”
Untungnya,
skenario terburuknya tidak pernah terjadi, tetapi aku bersumpah aku tidak akan
menaiki itu lagi seumur hidupku.
....ngomong-ngomong, hampir empat puluh menit berlalu sejak
kami pergi dari rumah.
Mobil ini
berjalan maju menuju panti asuhan yang akan menjadi rumah baruku mulai
sekarang,
Aku
bisa menemukan beberapa alasan kenapa aku dipindahkan ke situ, tetapi alasan
utamanya pasti kejadian beberapa hari lalu.
Setelah kejadian dimana aku menggunakan kemampuanku untuk pertama kalinya, tante terang-terangan menghindariku.
Tentu saja, aku tidak pernah ketahuan atau memberitakukan tentang kemampuanku
kepada siapapun.
Namun,
tante sepertinya malah salah paham dan membuat hal ini menjadi ruwet. Esoknya,
rumah besar ini dipenuhi dengan dukun dan pembasmi hantu.
Tante mempercayai bualan-bualan mistis mereka dan meyakini apapun yang mereka katakan.
Seperti
yang telah diduga, aku dijadikan ‘penyebab
setan-setan datang,’ dan penyelesaiannya sangat mudah untuk dibayangkan.
Aku
sudah berencana untuk pergi jika aku menyusahkan keluarga ini jadi tidak
apa-apa. Toh aku tidak memiliki keterikatan emosional dengan mereka.
Aku
hanya merasa sedikit bersalah.
Kesusahan
yang mereka terima karena diriku tidak akan hilang dengan mudah hanya dengan
usahaku seorang.
Biarpun
aku memikirkan cara untuk bisa mengkompensasi perbuatanku, tidak ada yang
muncul di otakku.
Gemuruh
mesin dan gerakan mobil berhenti bersamaan aku menghela napas sekali lagi.
Aku
sekilas memandang sekitarku, tetapi tante menyuruhku, “Cepat turun. Kita sudah sampai,”
karena itu, aku mendorong pintu mobil dan keluar.
Di
luar mobil, kami bertemu dengan bangunan berwana coklat keabu-abuan yang besar. Mungkin
ini ‘panti asuhan’ yang dikatakan
tante.
Katanya,
tempat ini adalah tempat yang merawat anak-anak yatim sepertiku.
Tante
menjelaskan itu kepadaku dengan senyum yang dipaksakan, mengatakan kalau aku
akan lebih bahagia jika tinggal bersama anak-anak seumuranku.
Tetapi,
menurutku.....tidak ada yang lebih menyusahkan daripada berinteraksi dengan
anak-anak seumuranku.
Karena
aku tidak pernah memiliki teman sebenarnya sejak aku lahir, gedung yang ada di
depan mataku serasa tidak ada bedanya dengan kebun binatang.
Aku
menutup pintu mobil dan tante menguncinya dengan klik sebelum menatap ke arah jamnya.
“Aku
akan masuk ke dalam untuk berbicara dengan pengurusnya. Tunggulah di sini
sebentar, oke?”
“Huh?
Ah, oke.”
Tante
segera menghilang ke dalam gedung, meninggalkanku sendiri di sini.
Udara musim dingin menyerangku yang tadinya masih hangat karena suhu di dalam mobil, membuatku menjadi kedinginan.
Padahal aku tidak ingin memikirkan ini sebelumnya, tetapi lama-kelamaan aku jadi sedih diperlakukan seperti ini.
Padahal aku tidak ingin memikirkan ini sebelumnya, tetapi lama-kelamaan aku jadi sedih diperlakukan seperti ini.
Angin musim dingin berhembus dan menurunkan suhu tubuhku selagi aku terperangkap di dalam perasaanku yang tidak jelas.
“Di-dingin
sekali....berapa lama lagi aku harus menunggu di sini sih?”
Tubuhku yang tidak kokoh ini gemetaran karena kondisi yang membekukan ini.
Tubuhku yang tidak kokoh ini gemetaran karena kondisi yang membekukan ini.
Seandainya
tante kembali setelah beberapa menit, aku tidak apa-apa. Tetapi, kalau aku
masih harus menunggu lebih dari sepuluh atau dua puluh menit lagi, lain lagi
masalahnya.
Ngomong-ngomong,
seandainya tante akan pergi sendirian kenapa aku harus keluar dari mobil? Logikanya
agak sedikit aneh.
Seandainya
pun aku ingin kembali ke dalam mobil, tante sudah mengunci pintunya jadi itu
tidak mungkin.
Tapi
kalau aku tetap bertahan berdiri di sini tanpa melakukan sesuatu, aku akan mati
kedinginan.
Aku
melakukan olahraga kecil di tempatku, tetapi suhu tubuhku menolak untuk naik,
dan perlahan mulai menghilang bersamaan dengan menit yang berlalu.
“.....tidak,
tidak, ini tidak baik, terlalu dingin....! Aku benar-benar akan mati jika ini
terus berlanjut....!"
Aku
bergumam tidak berguna bersamaan aku memandang sekitarku dengan lama. Tentu saja
aku tidak akan seberuntung itu sampai bisa menemukan penghangat tiba-tiba.
Jika
aku tau ini akan terjadi aku akan mengenakan sesuatu yang lebih hangat. Biarpun
aku tidak mungkin mempunyai sesuatu seperti jaket hangat atau pun semacamnya,
paling tidak sepasang sarung tangan bisa.....
Di
saat aku tenggelam dalam pikiranku, sebuah selendang tiba-tiba muncul di
hadapanku seperti telah didorong kepadaku.
Aah....pada
saat putus asa seperti ini, apapun bisa menjadi penyelamat. Baru saja aku ingin
menerima selendang itu dengan ekspresi bahagia, aku menyadari hal yang aneh
dengan situasi ini.
Sekejap
mata....sungguh, kurang dari sekejap saja, seseorang tiba-tiba muncul di
depanku.
"Uwaaaaaah!"
Aku mengeluarkan teriakkan yang nyaring dan berjalan mundur beberapa langkah.
Setelah
mundur beberapa langkah, aku bisa melihat sekarang ada seorang gadis seumuranku
memegang selendang dan menyodorkannya kepadaku.
Dia
mengenakan penghangat telinga berwarna ungu yang besar dan jaket yang terlihat
sangat hangat. Gambaran ini terlihat hampir sempurna jika tidak ada rambut
pendek berantakan yang dibelai angin.
Dia
hampir terlihat seperti anak laki-laki kalau bukan dari rok yang dia pakai. Sepertinya anak di depanku ini adalah perempuan.
Gadis
rambut pendek itu terkejut melihatku mundur dan langsung melototiku marah.
“Aku
cuma mau jadi orang baik....”
"Eh…"
Bersamaan
aku mencari jawaban yang pas, gadis itu memberiku tatapan tidak senang sebelum
mengatakan dengan kesal, “Menjijikkan kalau kau langsung mati di sampingku,
karena itu aku meminjamkanmu ini!”
“Ah,
um, ma-makasih banyak. Ahaha, kalau begitu aku akan meminjamnya.....”
Aku
mengambil selendang itu, gadis itu hanya menggerutu, dia bagai mengatakan,
“harusnya kau menerimanya dari awal.”
...pastinya
itu cuma ilusi, kan? Dia benar-benar terlihat seperti tiba-tiba muncul tanpa
ada tanda apa-apa.
Biarpun
aku agak khawatir, lebih baik jika aku menerima kebaikan ini tanpa banyak
bicara.
Aku
menatap selendang itu dengan hati-hati dan tidak sengaja menemukan tanda merek
terkenal.
Aku
mengingat bagaimana Ibu mempunyai jam dengan merek yang sama. Sebenarnya itu
luar biasa mahal jadi Ibu selalu menyimpannya di lemari, jarang sekali
memakainya.
“Er~
aku tidak bisa meminjam sesuatu seperti ini....” kataku dengan senyum muram,
kemudian ekspresi gadis itu menjadi tidak puas.
“Aku
hanya...."
“Tidak,
tidak, aku benar-benar sangat berterima kasih!!! Hanya saja, ini barang yang
sangat mahal, kan? Kau seharusnya tidak meminjamkannya kepada orang lain dengan
mudah.”
Saat
mendengar ini wajah gadis itu menjadi datar.
“Ini....mahal?”
“Huh,
kau tidak tau? Um, yah...bagaimana pun juga, aku baik-baik saja!”
Aku mendorong
balik selendang itu kepadanya dan dia mengambilnya kembali dengan ekspresi yang
sangat tidak puas.
Setelah
beberapa waktu pertimbangan, akhirnya gadis itu malah mengambilnya dan lalu
langsung membalut selendang itu di leherku.
“Ke-kenapa!?”
“Kupinjamkan
kepadamu saja. Aku sudah lama melihatmu dan kau terlihat sangat kedinginan.”
Dia
anak yang keras kepala.
Aku
tidak terlalu menerima perlakuan ini, tapi dia sudah menyelendangiku jadi tidak
ada yang bisa kulakukan.
Karena kehangatan yang sedikit demi sedikit datang mulai dari leherku aku tidak langsung mengembalikan selendang ini ke gadis itu.
“Ah~
um, terima kasih.....kau baik sekali, yah?”
Ini
benar-benar hangat, pasti karena ini barang bermerek.
Biarpun
aku tidak terlalu paham dengan nilai dari suatu benda, aku menebak ini adalah
sesuatu yang pantas untuk dibeli dengan menghabiskan cukup banyak uang.
Baru
saja aku menenggelamkan diriku dengan kehangatan membahagiakan, aku mengingat apa
yang dikatakan gadis itu tadi. Sudah lama.....aku
membelalakkan mataku.
“Ngomong-ngomong,
katamu tadi kau sudah lama melihatku, tapi darimana?”
“Huh?
Apa maksudmu? Aku tepat di samping....”
Gadis
berambut pendek itu seperti menyadari sesuatu dan mengeluarkan rintihan sedih
dengan pelan.
“Ah,
a-apakah aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya kukatakan...?” tanyaku
dengan hati-hati, khawatir kalau aku telah menyentuh subyek sensitif. Gadis itu
hanya menjawab, “bukan seperti itu,” dengan lagak kaku.
“Orang-orang
selalu mengatakan kepadaku; sejak kapan kau di sini?, dan semacamnya.” Gadis
itu memiliki ekspresi yang rumit di wajahnya.
Begitu
kah. Dari apa yang bisa kukumpulkan tentang gadis ini dalam interaksi kami yang
sangat pendek, dia adalah gadis yang pendiam. Jadi mungkin dia terkadang
dilupakan.
“Ahh,
tadi kau seperti muncul tiba-tiba tanpa pertanda apa-apa! Aku terkejut sekali~
aku hampir berpikir kau adalah hantu!”
Kataku
sambil tertawa, bergurau dengannya.
Namun,
kebalikan dari tingkah riangku tadi, wajahnya dengan cepat memerah dan dia merengek pelan,
air mata mulai mengalir jatuh ke pipinya.
Tentu
saja, ini adalah pertama kalinya aku pernah membuat seorang gadis menangis.
“Aaaaaaaaaaaaaaaa!!
Maafkan aku! Itu tidak benar! Aku cuma bohong kok tadi!! Aku tidak berpikir
seperti itu sama sekali!!”
Aku
segera mencoba menarik kata-kataku, tapi semuanya sudah terlambat.
Gadis
berambut pendek itu mulai menangis. Ditengah-tengah isak tangisnya, dia
mengeluarkan tuduhan-tuduhan yang ngajak berantem seperti “tidak bohong,” “tidak
akan memaafkanmu,” “tidak akan pernah.”
Sial.
Aku melakukan kesalahan lagi.
Suara
ibu tiba-tiba terngiang di kepalaku. Perempuan
itu lemah, katanya.
Jadi
inikah yang Ibu maksud?
"Anu,
er……"
Dan
ini terjadi tepat di depan bangunan yang akan jadi ‘rumah’ku mulai sekarang. Apa
yang kulakukan?
Jika
seseorang melihat ini, bahkan sebelum aku masuk panti asuhan aku sudah akan ditandai sebagai anak bermasalah.
Aku
memandang sekitarku untuk mencek kalau ada orang. Kiri, kanan....aku
membalikkan kepalaku ke kanan dan sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Gadis
yang menangis cukup lama tadi langsung hilang dari pandanganku.
“Eh!?
Sejak...kapan....?
Ini lebih
mengejutkan daripada saat ia tiba-tiba muncul tadi.
Jika
dia berlari dariku karena kesal aku bisa melihat sosoknya yang pergi meninggalkanku
dari jauh.
Dan
jika sepatunya tidak terbuat dari spons. Jika dia lari aku akan bisa mendengar
langkah kakinya.
Bagaimanapun
aku melihatnya, tidak ada jejak dari hawa keberadaan gadis itu sama sekali.
Ini
terlalu aneh. Kalau gadis itu bisa pergi dari pandanganku secepat itu,
hanya kata ‘menghilang’lah yang
pantas untuk itu.
“Ti-tidak
mungkin...?”
Aku
mengusap-ngusap mataku tidak percaya.
“....apa
maksudmu tidak mungkin?”
Suara
itu membuatku meloncat terkejut lagi.
Sekejap setelah aku mengusap-ngusap mataku, gadis itu kembali muncul di tempat yang sama
tepat dimana dia berdiri tadi.
Biasanya,
aku akan berteriak karena terkejut. Aku tidak melakukan itu hanya karena otakku
tidak bisa bereaksi secepat keanehan yang terjadi di hadapanku.
Kurasa
baguslah otakku tidak cepat bereaksi.
Jika
aku berteriak lagi di depan gadis yang masih menangis ini, aku mungkin akan
ditampar sampai pingsan.
Saat
aku memikirkan ini, ada pemandangan yang lebih luar biasa terlihat, membuatku
mengertakkan gigiku dengan keras.
Kakinya
yang terbuka dari bawah roknya mulai menjadi transparan.
Aku
tidak bisa menahan diriku mengeluarkan suara nyaring karena ketakutan dan terkejut.
Aku
hanya bercanda saat aku mengatakan ‘hantu,’
tapi kata-kata itu mengambang kembali ke pikiranku dengan menyeramkan.
....tunggu
sebentar.
Mungkinkah......gadis
ini benar-benar makhluk astral? Melihat bagaimana aku seperti akan mati kedinginan, dia mendatangiku karena
berpikir kami sama?
Dan
dalam situasi seperti itu, aku dengan santainya bertanya identitasnya. Pantas
saja dia marah—
“Kau berpikir kalau aku ini hantu, kan?”
Mendengar
perkataan gadis itu, aku jadi merasa ingin menangis.
Aku
sudah bersusah payah menahan bulu kudukku berdiri, ayolah diriku, paling tidak
pertahankan sisa-sisa martabatmu.
“A-ahaha!
A-ayolah! A-a-aku kan sudah mengatakan kalau aku tidak berpikir seperti itu!
Maksudku, kita teman, kan?”
Seperti
yang sudah diduga, perkataanku sangatlah tidak masuk akal.
Kakiku
gemetaran tanpa henti. Mungkin dia bisa mendeteksi ketakutanku.
“Teman....?”
Gadis
yang terisak-isak itu kembali bertanya kepadaku.
“I-iya!
Bagaimana aku mengatakannya yah.....kita sama, kan? Er~ Maksudku....”
Apa
yang kubicarakan? Sama? Kakiku masih
terpasang di tubuhku dengan baik sedangkan lawan bicaraku mengambang di udara.
Sebodoh apa aku ini?
Pandangannya
masih tertancap kepadaku, jelas dia tidak puas dengan kebohonganku.
Ini
buruk....kalau begini terus aku mungkin akan dibunuh oleh roh atau hantu atau
apapun dia itu.
Ahh,
seandainya aku tau ini akan terjadi aku seharusnya meminta beberapa jimat dari
dukun-dukun aneh itu.
Jujur,
aku lebih takut akan apa yang dilakukan hantu ini kepadaku daripada kematian.
Baru
saja aku hampir ingin menangis karena luar biasa ketakutan, tiba-tiba aku
mendapatkan sebuah ide.
“O-oh
iya! Hei, bagaimana kalau aku menunjukkan kemampuanku juga? Kemudian kita akan berteman, bukan?!”
Dengan
air mata di mataku, aku memohon dengan sangat, tapi gadis di hadapanku malah
sedikit memundurkan dirinya dan bergumam, “Huh? Aku tidak ingin
melihatnya....apa yang kau bicarakan sih?”
Kalau
aku mundur sekarang, berakhirlah sudah hidupku; karena itulah aku memaksa,
“Ayolah, biarkan aku memperlihatkannya kepadamu!? Oke? Kau tidak akan
menyesalinya!” aku mulai berbicara tidak jelas.
Biarpun
ekspresi gadis itu masih dipenuhi dengan kecurigaan, aku mempercayai seluruh
hidupku kepada ‘kemampuan’ku. Kututup
mataku untuk berkonsentrasi.
Asalkan
aku bisa membayangkan bentuk, aroma, dan suaranya dari mata hatiku, aku bisa
berubah wujud menjadi itu. Aku menyadari hal ini dan lainnya setelah beberapa
kali bereksperimen karena penasaran.
Pertama,
aku tidak bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak hidup.
Aku
perna berkonsentrasi untuk menjadi ‘pesawat
yang bisa terbang’ tapi yang terpantulkan di cermin hanya diriku yang
berpose idiot dengan tangan dan leher direntangkan.
Bagaimana
pun juga, aku tidak pernah menaiki atau pun melihat pesawat sebelumnya, jadi
jika aku bisa berubah menjadi itu akan sangat mengejutkan.
Dan
lagi, jika itu benar-benar bisa kulakukan, apa yang kupikirkan berubah menjadi
pesawat di dalam rumah?
Kalau
aku menghancurkannya bagaimana aku mengganti rugi? Pikiran itu membuat sampai
diriku sendiri terkejut.
Setelah
itu, aku mengulang latihanku yang menghasilkan satu kesimpulan: aku bisa
berubah menjadi makhluk hidup dengan wujud yang jelas dan pernah kutemui
sebelumnya.
Singkatnya,
ini adalah kemampuan yang mengubah penampilan luarku di mata orang lain
termasuk diriku sendiri.
Biarpun
aku mengatakannya seperti sudah tau semuanya, aku hanya bisa bereksperimen
seadanya. Masih banyak hal-hal yang belum dicoba, tapi kalau di situasi genting
aku hanya bisa bergantung pada kemampuan ini.
Aku
harus membayangkan seseorang yang mungkin disukai anak ini....
......maaf
telah menggunakan wujudmu lagi dan lagi, gadis yang dulu kutemui di taman.
Aku
membuka mataku dan menemukan gadis berambut pendek itu tercengang menatapku
dengan mulut menganga.
Sepertinya
aku berhasil.
“Ba-bagaimana?
Keren kan?” tanyaku dengan gugup. Gadis itu tiba-tiba gemetaran.
Aah,
apakah ini masih tidak baik? Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Seandainya
roh ini......
Bersamaan
otakku melafalkan mantra untuk mengusir roh saking ketakutannya aku, gadis itu
akhirnya berbicara.
“keren
sekali.....!”
Matanya
berbinar-binar sama seperti bagaimana mataku saat pertama kali menemukan
kemampuan ini.
“Be-benarkah!?
Baguslah....” aku menghembuskan napas lega, menghentikan mantra yang kulafalkan
di otakku.
Sepertinya
dia cukup terkesan. Kalau begini terus, aku tidak perlu khawatir akan dibunuh
hantu ini.
“Ba-bagaimana
kau melakukannya....!”
“Er,
gimana yah.....kurasa....aku bisa berubah wujud menjadi apa yang
kuinginkan....atau semacamnya?”
Saat
aku berbicara gadis itu mengeluarkan “ooooh...!”
takjub.
Ya,
ini berjalan dengan lancar. Pertahan anak ini longgar. Jika aku terus
menghiburnya mungkin dia akan membiarkan aku pergi.
“Tunjukkan
aku yang lain lagi."
"……Eh?"
Dia
pasti sangat terkesan dengan kemampuanku. Gadis ini bahkan tidak berkedip
bersamaan dia menatapku, menunggu perubahanku dengan penuh harapan.
“Ah,
oke! Kalau begitu aku akan berubah lagi! Er....aku harus berubah jadi apa yah?”
Biarpun
aku mengatakan ini, sebenarnya aku hanya bisa langsung berubah menjadi Ibu.
Maaf,
Ibu. Aku masih takut akan dibunuh oleh hantu ini. Sekali lagi.....!
“Baiklah,
kalau begitu ini saja....”
"M-mmhm."
Aku
menutup mataku dan membayangkan aroma, suara, dan wujud Ibu.
Ibu
lebih mudah diingat kembali daripada gadis yang kutemui di taman dulu, biarpun
aku jadi sedih setiap kali memikirkan Ibu.
“...bagaimana?”
Aku
membuka mataku dan kembali ditemui dengan suara “oooh~” bahagia dari gadis itu.
Mungkin
karena kagum kepadaku, dia perlahan mulai bertepuk tangan.
“Ahaha,
ah, terima kasih~ terima kasih~....”
Aku
menundukkan kepalaku sedikit, aku jadi agak malu.
Yah,
sepertinya anak ini cukup lincah. Paling tidak, ekspresi gelapnya tadi sudah
menghilang.
Sepertinya
bahkan hantu pun datang dengan wujud yang berbeda-beda.
Jika
dia seperti ini, mungkin aku bisa benar-benar menjadi temannya.
"Huh?"
Aku
menatap kaki gadis itu yang pada waktu tertentu telah kembali muncul.
“Hmm,
apa? Ada apa dengan kakiku?”
Gadis
itu memiringkan kepalanya, bertanya-tanya.
“Er....gak,
gak ada apa-apa kok.”
“Huh~ Hmm, kayaknya ada yang aneh.”
Ekspresinya
seperti mengatakan, “yah, sudahlah,” dan tidak mendalami topik ini lebih jauh.
Aku
ingin menjawab, “Kalau ada yang ‘aneh’,
bukannya itu kita berdua?” tapi aku
tidak ingin menyakiti ‘hati lemah’gadis
ini lagi.
“Kalau
begitu, baiklah.” Kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya.
“Ya?”
“Bukan
‘ya?’, ayolah....teman! Kita teman jadi kita harus bersalaman.” Dia mengulurkan
tangannya lebih dekat.
Ah,
benar juga....aku lupa tadi gara-gara panik, tapi aku pernah mengatakan
itu.
“Ah,
iya, kau benar. Er...”
Aku
ragu saat ingin menggenggam tangannya, melihat ini gadis itu langsung
menggenggam tanganku dan memaksakan salaman.
“oke,
sekarang kita teman.”
Katanya
sebelum tersenyum. Sedangkan aku merasa sangat gugup sampai-sampai wajahku
serasa akan terbakar.
Benar
juga, ini adalah kali pertamanya aku pernah memiliki teman.
Sekarang
aku pun mempunyai teman. Teman yang bisa kuajak bermain bersama, teman yang
selalu kuinginkan setiap kali aku duduk termenung di taman.
“I-iya!”
Aku
menghadap dia dengan tersenyum. Inilah waktu dimana gadis ‘hantu’ berambut pendek menjadi ‘Teman
#1’.
“Ngomong-ngomong,
siapa namamu?”
Tanya
gadis itu, dan aku berteriak, baru sadar.
Bukan
teman namanya kalau kami tidak mengenal nama satu sama lain, kan?
“Dan
juga, kapan kau akan melepaskan tanganku?” tanyanya santai setelah itu.
Sangat
malu, aku segera menarik tanganku kembali dan menutupinya dengan sahutan,
“A-ahaha, nama, nama~”
“Na-namaku
Shuuya. Kano Shuuya.”
Mendengar
namaku, gadis itu mengeluarkan “hmmm.....” pelan bersamaan ia mengangguk.
“Ba-bagaimana
denganmu?”
"Aku
Kido—"
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!"
Bersamaan
gadis itu baru mau menjawab, teriakkan yang tidak asing bagiku terdengar dari
pintu depan panti asuhan. Aku berbalik dan seperti yang kuduga, tante berdiri
di situ dengan ekspresi terkejut seperti sebelumnya.
....Ah,
aku lupa berubah kembali.
“Ke-kenapa
kamu membuntuti kami sampai ke sini!? Ka-kamu mengincarku, bukan!? Iya kan!?
Aaaah...”
Tante
mengeluarkan rentetan pertanyaan sebelum kakinya lemas dan jatuh pingsan.
Dari
dalam gedung terdengar suara “ada apa!?” dan “ada yang berteriak!”
Oh
tidak. Ini tidak baik. Sama sekali tidak baik.
“Hei,
siapa itu?”
Aku
mengabaikan pertanyaan gadis itu dan bersamaan aku mengeluarkan berkeringat
dingin aku mencoba memikirkan cara terbaik untuk keluar dari situasi ini .
Dan
lalu, muncul lah soslusinya. Cara tercepat tapi terkejam. Hanya ini yang bisa
kulakukan.
“Bi-bisakah
kau memukulku, sekeras-kerasnya!?”
Aku
memegang punggung gadis itu, memaksakan senyuman di wajahku.
"……Huh?"
Ekspresi
kembali menjadi datar, dia memberiku lototan dingin.
Apapun
boleh saja untuk sekarang, asalkan aku bisa kembali ke wujudku yang semula....
Di
dalam gedung sekarang terdengar teriakan “seseorang pingsan!” langkah kaki pun
mulai mendekat dengan cepat.
“Hei!?
Ayolah!? Tidak usah khawatir sekeras apapun itu, oke!? Hantam saja aku!
Ayolaaah!!!”
Penampilan
gadis itu menjadi kaku dan tidak ada bekas senyumnya yang tadi sama sekali.
Tapi
saat aku terus-menerus tanpa henti mengguncang punggung gadis itu, ekspresinya
berubah.
Selanjutnya,
dia melototiku dengan tatapan ingin membunuh.
Aah.
Selamat tinggal teman pertama. Biarpun hanya sebentar, ini adalah kenangan yang
indah.
Suara
singkat namun nyaring plak menggema
ke seluruh panti asuhan.
Dan
kemudian, itulah serangan pertama, dan pastinya bukan yang terakhir, yang
kuterima dari gadis bernama ‘Kido’.
Weeehhh.. kido muncul!!! XD XD XD
BalasHapushahaha Kido O(>,<)O
BalasHapusJadi itu asal muasal slapstick Kano-Kido OwO
BalasHapusahaha iya~
HapusLanjutkan!
BalasHapusKeren Keren
BalasHapus"Dan kemudian, itulah serangan pertama(dan pastinya bukan yang terakhir) yang kuterima dari gadis bernama ‘Kido’." Ngakak ceritanya :v
BalasHapuswkwk serangan pertamanya karena permintaan si Kano sendiri :'v
Hapushmm, , Lanjutkan Kaori -san , , semangat terus
BalasHapus~AGG~