Shinigami Record IV
Cahaya lilin remang-remang
menyinari meja di dekat jendela..
Setelah aku menyelesaikan catatan
pertama diariku, aku meletakkan pena di meja, dan mengecek isinya dengan
teliti.
“Hmm...apakah ini cukup baik?”
Biarpun aku tahu apa itu diari, ini pertama kalinya
aku menulis sesuatu seperti itu, dan menurutku ini agak sulit.
‘Piknik’ hari ini termasuk kejadian yang cukup besar, dan
menurutku merupakan hal yang bagus untuk kutulis. Mulai besok, apa yang bisa
kutulis disini?
“Karena ini catatan pertama, kupikir aku sudah menulis
cukup banyak, tapi.....ini sama sekali tidak bagus.”
Aku terkejut dengan kurangnya kemampuanku dalam
menulis.
“Benarkah? Menurutku ini sangat bagus.”
Suara dari belakangku membuatku terkejut, membuatku tanpa
sadar berteriak.
Saat aku menoleh, kudapati Tsukihiko tersenyum seperti
biasanya dan berkata. “Ahaha. Maaf, maaf,” sebelum
menggaruk kepalanya.
“Ap-....! Bodoh, jangan melihatnya tanpa seizinku!”
Aku sangat ceroboh, aku tidak pernah berpikir dia akan
mengintip isi diariku. Paling tidak aku tidak menuliskan sesuatu yang
aneh....Iya, aku yakin ini baik-baik saja.
“Aku sangat senang kau menyebutkanku disitu~”
Sahut Tsukihiko dengan malu, tapi aku hanya menuliskan
bagaimana dia dikejar-kejar oleh lebah, jadinya apa yang dia senangi?
“Hmph, aku menulismu karena hanya sedikit karakter
yang bisa digunakan, itu saja.”
Sebenarnya, tidak ada sesuatu seperti karakter yang
kubuat untuk dimunculkan di catatan harianku, tapi karena tidak ingin
membuatnya terlalu senang, aku cuma mengatakan itu.
“Shion sudah tidur?”
“Iya. Hari ini dia sangat bersemangat saat bermain...
jadilah dia kelelahan dan tertidur dengan nyenyak.”
Shion tumbuh dengan cepat.
Jujur saja, aku tidak pernah membayangkan akan
membesarkan seorang anak, tapi inilah yang terjadi.
Biarpun aku mempunyai segunung kekhawatiran untuk anak
pertama kami, sekarang justru kebahagiaanlah yang mengisi hari-hari kami.
“Kira-kira....Shion bisa tumbuh besar dengan baik
tidak yah?”
Saat aku menyelesaikan pertanyaanku, seperti biasanya
Tsukihiko menepuk kepalaku dan menjawab, “Aku yakin dia akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang baik dan secantik dirimu, Azami.”
Aku tidak benar-benar memintanya untuk mengatakan
semua itu. Meskipun aku mengatakan kepadanya untuk berhenti karena ini terlalu
memalukan, kebiasaannya tidak pernah berubah.
“Hmm~ ….. Aku juga cukup lelah hari ini, kurasa aku akan tidur lebih dulu.”
Ketika aku melihat wajah mengantuk Tsukihiko, kusadari
dia terlihat sedikit lebih tua dibandingkan dengan hari pertama kami bertemu.
Seperti itulah manusia, mereka menua.
Hari ini dia berlari-lari bersama Shion dengan
tubuhnya yang tua itu.
Dia pasti lelah.
“Aku mengerti. Istirahatlah.”
“Azami, maukah kau tidur dengan kami sesekali? Shion
juga ikut, bagaimana?”
Dadaku terasa agak sakit mendengar perkataan
Tsukihiko, tapi aku tidak memperlihatkannya dan bersikap tak acuh.
“....Bodoh. Kau tahu aku tidak perlu tidur. Apakah kau
memintaku untuk semalam bermalas-malasan di sampingmu?”
“Ahaha. Kau benar juga. Maaf, maaf.”
Tsukihiko memang tertawa saat dia berbicara, tapi
seperti yang kuduga, dia juga terlihat agak sedih.
“Tidak apa-apa. Kita akan kembali bersama lagi besok,
kan.”
Mendengar balasanku, Tsukihiko tersenyum kecil dan
berkata. “Aku tahu. Sampai bertemu lagi besok.” Dan menepuk kepalaku lagi.
Aku melambaikan tanganku sampai aku melihatnya
menghilang ke dalam tempat tidur.
Tepat setelah dia hilang dari pandanganku, kesedihan
yang dengan susah payah kusembunyikan dalam hati menyembur keluar.
Tsukihiko pasti mengatakan hal itu karena dia melihat
hal yang tidak sengaja kutulis di dalam diariku.
Mengingat seperti apa sifatnya, biasanya dia tidak
terlalu memperhatikan hal seperti ini, tapi.....
“Seberapa lama lagi kami bertiga bisa bertemu dengan
musim panas?”
Memang, akulah yang menulis hal itu, tapi sekarang aku
merasa kata-kata itu terdengar kejam, tidak menyenangkan.
Aku merahasiakannya dari Tsukihiko, tapi belakangan
ini aku sering memikirkan hal itu.
Terkadang aku lupa akan hal, karena saat aku
bersamanya, aku hanya berpikir dia akan terus bersamaku. Namun di saat lain aku
teringat, aliran waktu tidak akan memperbolehkan itu.
....Sepertinya, aku tidak bisa terus bersamanya, tidak
untuk selama-lamanya.
Pertama, aku yakin dia akan meninggal sebelum aku
karena umurnya.
Harusnya aku sudah tahu tentang hal itu dari awal.
Kenapa di antara semua waktu aku harus
mengkhawatirkannya sekarang?
Karena semuanya akan menjadi sunyi jika dia tidak lagi
bersamaku.
Memikirkan itu saja sudah membuatku kesepian, sampai-sampai
air mata mulai menggenangi pelupuk mataku.
Andai-tidak, karena itu, aku benar-benar tidak ingin
berpikir lebih baik kalau kami tidak pernah bersama.
Setelah bertemu dengannya, dan setelah Shion lahir,
sekarang ada kami bertiga.
Bagiku, tidak ada yang bisa menggantikan waktu yang
kami habiskan bersama.
Karena itulah, semuanya akan baik-baik saja. Kami
harus terus hidup dengan menghargai setiap harinya yang datang lebih dari apa
yang kami lalui sebelumnya.
Kami tidak boleh menghabiskan hari-hari yang berharga
ini dengan percuma seperti memikirkan hal-hal yang menyedihkan.
Karenanya, jika tiba waktu dimana kami harus berpisah,
aku akan menangis tanpa menahan apapun.
Aku akan menggerutu, “Kenapa kau mati sebelum aku?
Bukannya kau berjanji kita akan selalu bersama selamanya?”
Dia sangat mudah merasa bersalah saat aku mengatakan
hal yang egois seperti itu, mustahil kalau dia tidak merasa terganggu.
Lalu, seperti biasanya dia akan meminta maaf kepadaku
sambil menggaruk kepalanya, dan aku akan memaafkannya. Ya, itu rencana yang
bagus.
Saat aku tersadar, air mata sudah membasahi sampul
diariku.
Sulit untuk bernapas. Seberapapun aku berusaha
menahannya, perasaan sepi ini terus menyembur keluar.
Bukankah aku baru saja berpikir untuk menyimpan air
mataku pada saat waktunya tiba? Aku ini tolol sekali.
.....Aku tidak mau. Tidak ingin berpisah dengannya.
Aku ingin kami bersama untuk selama-lamanya.
Ketika pemikiran ini memenuhi kepalaku, pandanganku mulai
mengabur.
Apakah ini karena aku menangis terlalu kencang?
Rasanya aneh.
Biarpun aku tidak bermaksud untuk berpikir keras, seolah
seperti refleks dan terasa normal, aku ingin menutup mataku.
Ada apa ini?
Biarpun aku tidak mengerti apa yang terjadi, ini tidak
buruk.
Kesedihanku perlahan menghilang
Perlahan...
.....Lahan......
Selamat datang
Selamat datang Tuanku.
Oh, apakah akhirnya kau memilih
untuk menyerah?
Kau terlihat mengurus. Pastinya
kau telah melewati berbagai macam kesakitan, iyakan?
Terus terang, seberapa lama aku
menantikan waktu ini?
Biarpun aku selalu menunggu di sini,
kau tidak pernah sadar.
Ngomong-ngomong, fakta bahwa
sekarnag kau kemari berarti kau mempunyai permohonan yang sangat ingin
dikabulkan, benar?
Oh, tidak usah, tidak usah. Aku
tidak mempermasalahkannya jika kau tidak ingin memberitahukannya kepada kami.
Tidakkah kau lihat? Kau adalah
aku, aku adalah kau; tidak ada yang tidak kuketahui tentangmu.
Ya, ya, aku cukup—sangat mengerti
dirimu.
Begitu, aku mengerti.
....ara, aneh sekali
permohonanmu!
Oh, tidak, tidak, aku sudah
mendengar semua yang kubutuhkan.
Kau dibuat susah oleh sesuatu seperti
ini...Wah, Tuan, sepertinya kau sendiri telah cukup berubah.
Tetapi, siapapun Tuanku, atau
apapun permohonan yang mereka miliki, aku di sini untuk mengabulkannya. Kau tenang
saja.
Jadi, kau ingin hidup dengan
manusia itu selamanya. Itulah permohonanmu....Namun, jujur saja, hal itu tidak
mungkin terjadi di dunia ini.
Oh, kumohon jangan berkecil hati.
“Bukankah aku mengatakan di
‘dunia ini’?
Ya, benar, benar.
Aku yakin kau kebingungan sekarang,
“Dunia seperti apa yang aku maksud?”
Biar kuberi tahu. Karena inilah
mengapa kau jauh-jauh datang kemari.
Ya, kemampuan yang kau punya.
Gunakan semuanya.
Karena cara bagaimana kemampuan itu digunakanlah yang membuat apapun bisa
diselesaikan.
Seperti yang sudah kujelaskan
sebelumnya, permohonanmu tidak bisa diwujudkan di dunia ini.
Biarpun ini sangat disayangkan,
kumohon mengertilah kenapa aku tidak bisa mengatakan kepadamu penyebab dari hal
ini.
Namun, kau cukup membuat dunia
yang baru!
Misalnya dunia tanpa akhir, dunia
yang terus berulang. Bagaimana menurutmu?
Kau bisa menghabiskan waktu
selamanya di sana bersama dengan manusia yang kau cintai itu, juga bersama
anakmu.
Dengan kekuatan yang kau miliki,
melakukan itu bukanlah hal yang sulit.
Ya, tentu saja! Itu kekuatan yang
hanya dimiliki dirimu, tentu saja kau harus menggunakannya.
……
…… Oh, sepertinya sebentar lagi waktunya akan habis.
Mari kita bicarakan lebih rinci
saat kita bertemu kembali.
Aku akan terus menunggumu disini.
Ya, kumohon tanyakan apa saja
yang kau suka kepadaku.
Jadi sekarang, sampai pada waktu
kita bertemu kembali
di mimpi indah selanjutnya.
urutannya giman
BalasHapus