Kamis, 23 Juni 2016

Kotonoha Karma I : Penolakan

Novel I Kotonoha Project
Kotonoha Karma Arc 
Terjemah Indo: Kaori Hikari
Terjemah Eng: Ku-ro-ha tumblr
Chapter I : Penolakan

Tiba-tiba saja, langit biru yang terang berubah warna.

Di tengah-tengah wilayah sekolah, berdiri monster raksasa. Menjulang tinggi, mengkerdilkan semuanya.

Kelam kabut yang tadinya berada di dan menutupi langit menyebar dan menyatu dengan udara, bergerak mengelilingi sang monster bagaikan ingin menyelimutinya.

“Walau begitu, bukankah ini terlalu sunyi?” pikir Tsukasa kepada dirinya sendiri.

Untuk jaga-jaga, ia menggerakkan tangannya ke tempat di mana telinganya berada. Headphone yang selalu dia pakai setiap harinya - yang selalu dia gunakan untuk memisahkan diri dari seluruh dunia - tidak lagi menutup telinganya.

Meski dia sudah melakukan hal itu, dia tidak bisa mendengar apapun.

Tak ada satupun suara yang masuk ke telinganya. Selain kehadiran dari monster seram yang menakutkan, semuanya senyap.

Waktu terasa mengalir dengan berat. Bagaikan udara sendiri telah menjadi kaku dan tegang, tubuhnya seperti perlahan-lahan membeku.

Dari tempat persembunyiannya, dia menatap monster itu kembali.

Tanpa diragukan lagi, monster itu masih berada di sana. Tetapi sepertinya monster itu telah kehilangan jejak akan keberadaannya.

Dia lanjut memeriksa sekelilingnya.

Murid-murid yang tidak berhasil kabur terlentang di tanah, tak bedaya.

Mereka antara tidak sadarkan diri atau cuma tertidur.

Dari apa yang bisa dia lihat, sepertinya tidak ada yang terluka parah. Tsukasa pun menghembuskan napas lega.

Dia tidak ingin melibatkan orang lain.

Kemudian, dia mendengarnya.


“KETATKETATKETATHUKUMHUKUMHUKUMATURANATURANATURAN——”


Raungan monster itu hampir memekikkan telinga.

Mendengar bunyi hiruk pikuk itu, Tsukasa dengan sendirinya mencoba mengenakan headphone-nya.

Tetapi tangannya tidak bisa bergerak dengan benar.

Rasa perih di perutnya kembali datang. Pukulan yang cukup kuat dari monster itu, serangan jarak jauh dengan menggunakan rantai sebagai senjata, berhasil mengenainya tadi.

Dia tidak menduga bahwa ini akan terjadi.

Di samping kaki monster itu – atau lebih tepatnya bukan kaki, monster yang mengambang di udara itu mempunyai senjata-senjata yang mirip dengan pedang bergelantungan di bawahnya – menggeliat para pengikutnya, yang bentuknya seperti versi kerdil dari monster itu sendiri.

Mereka mencari dirinya.

Jika dia tetap berada di tempat ini, dia pasti akan ditemukan cepat atau lambat.

Tsukasa berpikir keras.

“Masuk akal saja untukku bergerak terlebih dahulu dan menyerang. Akulah yang menyebabkan masalah ini. Namun, itu tidak akan menuntaskan apapun. Aku tidak bisa melupakan apa yang monster itu – ‘Prinsip’ – perbuat. Apa yang harus kulakukan.”

Dia bisa mendengar suara langkah kaki yang kian nyaring. Seseorang bergegas menuju dirinya – seorang gadis, sang ketua komite kedisiplinan sekolah ini.

Kaget, monster itu memandang si pendatang baru.

“Aku tidak terkejut. Makhluk ini sepertinya tidak mengenali siapapun di sini. Kecuali aku.”

Tetapi apa yang Tsukasa akan lakukan sudah dia putuskan.

“Tentu saja, aku akan bertarung.”

Tanpa ragu dia meninggalkan tempat persembunyiannya. Menampakkan dirinya dengan berlari menuju monster itu.

Dia tersenyum, dia kubur rasa sakit yang kembali muncul dari cedera yang ia terima.

Tsukasa menatap musuhnya, sang monster, dengan penuh antisipasi.

“Sekarang, bagaimana aku bertarung dengannya. Benar juga... pasti ada cara untukku mengalahkannya. Tetapi aku tidak bisa melakukannya sendiri.”

Ada suatu prosedur yang harus dia selesaikan, dan dia butuh kooperator. Untuk itu, dia perlu mengingat sesuatu.



Darimana sumber ‘Prinsip’ ini dan juga sebab dia muncul di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar