Kabut Panas Memusingkan I
Lantunan melodi 'Yuuyake Koyake'
yang tidak diketahui darimana asalnya dapat terdengar karena menggema di
udara.
Langit biru yang seolah terwarnai oleh
melodi Yuuyake Koyake perlahan
berubah menjadi warna oranye.
Bus yang kutumpangi melalui jalanan yang
kasar sehingga menimbulkan bunyi ‘gada!
gada!’. Penumpang perlahan berkurang sampai pada akhirnya tinggal aku sendiri.
Biarpun teman sekelasku yang baru saja
turun dari bus bukan teman baikku, setiap kali aku mendengar melodi ‘Yuuyake Koyake’ sendirian, dari dalam
lubuk hatiku aku merasa kesepian.
Aku mencabik-cabik busa yang keluar dari
tempat duduk untuk menghilangkan kebosanan. Saat aku kembali menatap keluar
jendela, hanya terlihat pemandangan sawah subur siap panen dan tiang-tiang tua
yang berdiri berjajaran.
Ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa
menghilangkan rasa bosanku.
Aku menghela napas dan memejamkan mataku.
Seandainya pada waktu seperti ini aku
bisa bermain dengan ponsel.
Aku tiba-tiba teringat dengan iklan yang
kemarin kulihat di TV tempat temanku, setting-nya
di kota besar di dalam sebuah monorail.
Semua orang melihat ke smartphone
masing-masing, seolah-olah telah masuk ke dalam dunia mereka masing-masing.
Untuk anak desa yang mempunyai keinginan
besar sepertiku, melihatnya melalui CRT saja sudah cukup.
Bahkan anak-anak yang seumuran denganku
itu bisa mempunyai ponsel sendiri sambil berjalan-jalan di kota besar, pergi
kemana pun yang mereka mau.
Sepertinya mereka juga bisa
berkomunikasi dengan teman mereka, pergi keluar, dan bermain bersama. Bahkan
pada malam hari mereka bisa saling mengirim SMS atau menelpon, online untuk sekedar bikin status atau
berdiskusi di forum.
Atas keinginan itulah aku bahkan pergi
ke toko elektronik saat perjalanan pulang.
Di desa yang menyedihkan seperti ini
dimana kau JARANG sekali menghabiskan uang untuk hal berbau hiburan, aku hanya
bisa menabung seperti orang bodoh setiap kali tahun baru datang dan saat
mendapatkan parsel merah.
Aku yang mengambil uang tabunganku yang
terlihat menyedihkan kemudian berkata “AKU AKAN MEMBELI PONSEL!!!" dengan
arogannya, berlari ke toko elektronik dan berusaha dengan keras menjelaskan apa
itu ponsel kepada pemilik toko yang bahkan tidak tahu apa ponsel itu.
Tentu saja aku tidak mendapatkan ponsel,
tetapi aku malah direkomendasikan sebuah telepon antik yang sangat butut.
Mungkin saja itu bisa memberiku pengalaman di kehidupan.
Pada situasi seperti ini, pengalaman
kehidupan macam apapun sama sekali tidak penting.
Untuk benda seperti itu, biarpun aku
menginginkannya, kepada siapa aku meminta?
Jika aku mengatakan itu kepada orang
tuaku yang keras kepala, mereka pasti malah menasehatiku “Kau masih mempunyai
20 tahun lagi untuk itu, nak.” dan mengunciku di luar rumah, membiarkanku
merasakan horornya kegelapan malam serta lolongan anjing liar.
Uji nyali seperti itu tidak diperlukan.
Biarpun aku ingin membeli ponsel tanpa ketahuan orang tuaku, aku tidak bisa
membelinya disini.
Seandainya ada kesempatan dimana aku
bisa pergi ke kota. Tapi aku tidak mempunyai kesempatan itu sama sekali, bahkan
pada saat tahun baru ataupun Festival Obon.
Atau mungkin seseorang bisa memberiku
kesempatan itu.
Ah, tapi itu mustahil. Aku bukan orang
yang bisa melakukan hal seperti itu.
Soal ponsel, aku hanya mengerti SMS,
telponan, dan online.
Itu gara-gara orang tuaku.
Jika anak kecil menonton TV sendirian
mereka akan menangis atau berteriak, tapi orang tuaKU secara pribadi menolak
masyarakat modern, gara-gara mereka aku bahkan tidak mengetahui topik atau
trend yang lagi booming, aku bahkan
juga tidak mengetahui pengetahuan dasar di masyarakat.
Tetapi kalau ponsel sepertinya mudah
disembunyikan di kantong, orang tuaku sepertinya tidak akan mengetahuinya.
Jadiiiii, jika aku bisa membeli ponsel
seperti apa yang kuinginkan, semuanya akan baik-baik saja.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana aku
bisa mendapatkannya? Situasiku saat ini sangatlah kekurangan informasi. Aku
harus bertanya pada seseorang.
Tapi...
"Jika aku bisa melakukan itu aku
akan sangat bahagia…"
Aku menghela napas sambil membisikkan
perasaan harapanku.
Yah, ada satu orang yang bisa kutanya
tentang hal ini.
Sebenarnya, ini ‘mungkin’ bisa
ditanyakan kepadanya, tetapi orang itu tidak terlalu mudah untuk ditanyai.
Dia, Hiyori Asahina, orang yang sangat
sulit didekati dan sangat sulit untuk diajak bicara.
Dia adalah anak dari salah satu 3 keluarga
terkaya di desa, dan dia sejak kecil bermain piano, ikut kelas ikebana, kelas balet, dll.
Dia juga terkadang pergi ke kota setiap kali ada seminar di sana.
Bukan itu saja, biarpun aku jauh
darinya, aku bisa melihat dengan jelas dia yang sedang menggunakan ponsel
imutnya.
Dia pasti membeli ponsel itu di kota.
Jadi, dia adalah orang yang paling pas untuk ditanyai soal ponsel.
Tetapi, kesimpulan ini sudah berakhir
duluuuuuuu sekali.
Masalahnya adalah, Hiyori Asahina SANGAT
tidak bisa didekati, dan rasa sukaku padanya SANGAT dalam.
Biarpun
aku hidup di desa kecil yang sangat membosankan, ada satu hal yang membuatnya
unik di dunia ini, yaitu fakta bahwa Hiyori Asahina dibesarkan di sini
Beberapa minggu yang lalu, salah satu
teman sekelasku menulis sebuah surat cinta dan memberikannya kepada Hiyori, dan
surat itu sama sekali tidak diterima Hiyori karena dia langsung menolaknya
dengan kata-kata tajam “MENJIJIKKAN!!” yang menusuk hati anak itu dan
menghancurkannya hingga berkeping-keping.
Haaaaaah, yah tentu saja itu
menjijikkan, aku tahu itu.
Hiyori Asahina sangat imut, aku tidak
melebih-lebihkannya. Dia tidak hanya lebih imut dari siswi-siswi di kelas, tapi
dia bahkan lebih imut dari artis atau model anak-anak dari majalah atau poster.
Tentu saja, kepopulerannya sangatlah
tinggi diantara anak lelaki, bahkan ada rumor yang mengatakan satu-satunya cara
anak lelaki di desa ini menjadi dewasa adalah dengan 'jatuh cinta dengan Hiyori
Asahina.' dan juga rumor tentang 'Kau cukup berbicara padanya dan kau akan
dengan mudah menyulut batas kesabaran fans Asahina.'
Ditambah lagi, aku juga sebenarnya
adalah fans berat Asahina.... bukanbukanbukan, lebih tepatnya bisa dibilang
sebagai KECANDUAN ASAHINA. Dibanding dengan ‘fans penggila Asahina’, jika dari
segi ‘besarnya rasa cinta’ atau ‘besar pengikutnya’ atau bahkan ‘besar
jumlahnya (tidak resmi)’, aku pasti tidak akan kalah dari siapapun.
Fans Asahina yang profesional akan
menyibukkan dirinya sejak dini hari.
Pada jam 6 pagi, hal yang pertama kali
kulakukan setelah bangun tidur adalah memberi salam kepada ‘boneka Hiyori yang
lembut dan halus’ dari ‘lingkaran 48 boneka Hiyori’ milikku.
Sedangkan saat sarapan, aku akan melihat
‘jadwal Hiyori’ sambil menghitung ‘persentase kemungkinan bertemu dengan
Hiyori’. Aku juga memikirkan tempat terbaik untuk bertemu Hiyori.
Sebelum pergi ke sekolah, aku dengan
ketat memilih ‘foto Hiyori’ terbaik yang paling kusuka, dengan hati-hati aku
memasukkannya ke dalam kantong passholder-ku,
dan pergi ke sekolah dengan senyuman.
Setelah mencium bau ‘hormon Hiyori’
(aromanya berbeda setiap orang, untukku itu adalah wangi) di udara sekitar
sekolah, dan jika aku bisa melihat Hiyori langsung, aku cuma akan
memperhatikannya dengan senyuman.
Pada waktu seperti itu, jika ada
kesempatan untuk mendekatinya, sudah jadi hal tabu untuk menyalaminya dengan
ceroboh. Itulah perbedaan antara fans penggila Asahina dan fans Asahina yang
sebenarnya.
Pada situasi seperti itu, fans penggila
Asahina akan mencoba membuat sebuah pembicaraan dengannya, menempel padanya,
dan dengan intonasi yang gembira mencoba menarik perhatiannya. Sikap seperti
itu hanya akan memberikan efek negatif yang sangat serius pada Hiyori.
Misalnya, pagi ini. Ada anak laki-laki
yang mencoba mendatangi Hiyori, aku menggertakkan gigiku saat melihat kejadian
itu. Dan tentu saja, sesuai dugaan Hiyori menggunakan pusakanya yang bagaikan
pisau tajam “MENJIJIKKAN! Menjauhlah!” dan dalam sekejab meng-KO-kan anak
lelaki itu.
Kemudian, anak laki-laki yang frustasi
tadi dibawa dengan kasar oleh grup pelindung Hiyori yang sangat banyak ke dalam
gudang di gedung olahraga. Apa yang terjadi selanjutnya, untuk kesehatan
mentalku lebih baik tidak usah dipikirkan.
Karena itu, fans sejati Asahina tidak
akan pernah melakukan hal memalukan seperti tadi. Cukup melihat dari kejauhan,
merasa sangat berterima kasih atas pesonanya, dan membuatnya menjadi kekuatan
untuk melewati hari esok. Itulah pekerjaan seorang profesional.
Dan karena itu juga, sebagai orang yang
profesional, aku tidak tau bagaimana aku bisa membicarakan topik norak ini
dengan Hiyori. Intinya, hanya begitu saja. Memikirkan aku dan dia bisa berbicara
bersama, hal seperti itu membuatku terlihat bagaikan si pungguk merindukan
bulan.
Tetapi,
Keinginan jahat yang ada di dalam lubuk
hatiku tidak bisa dihentikan.
Ya, sebenarnya ada penyebab lain kenapa
aku menginginkan ponsel.
“Aku pengen SMS-an sama Hiyori....”
Tidak, bukan hanya SMS-an saja. Aku juga
pengen menelponnya. Bukan hanya bertemu di bus saja, aku juga pengen setiap
malam bisa ngomong rahasia-rahasiaan dengannya.
"………Aku pengen…….."
Saat pikiranku jadi tambah kuat, aku
hampir saja mengatakan semua keinginanku. Aku menutup mataku dan mengepal
tanganku dengan erat. Mimpi yang sangat sangat jauh itu, bukanlah sesuatu yang
bisa disentuh dengan tangan lemah dan dingin ini, sekali lagi aku serasa
ditampar oleh kenyataan.
“Aiyaa, kalau kau pengen melakukannya
lakukan saja, tapi kamu sudah sampai tujuanmu, yoo.”
Kata-kata tadi membuatku kesadaranku
kembali pada kenyataan.
Siapa sih yang tiba-tiba ngomong saat
aku sedang asyik berkhayal?! Aku mengangkat kepalaku dan mencari asal suara
itu, dan sesuai dugaan, supir yang tidak sabaran memperlihatkan ekspresi ‘aku
menemukan sesuatu yang menarik’ sambil melihatku.
Tanpa berpikir, wajahku jadi merah
karena malu.
"WAHHH….ma, maaf!!! Aku turun
sekarang!!"
Aku tahu aku tidak bisa mengenyahkan
kejadian yang tadi, tetapi aku tetap berdiri dari kursiku dengan malu. Karena
aku harus memberikan pass-ku kepada
Pak supir, setelah aku berdiri, aku perlahan membuka tasku untuk mencari pass-nya.
"Uhmm, pass, pass…. ehhhhh??!!
Dimana pass-nya… tidak!! Rasanya
sudah kubawa?! Kumohon tunggu sebentar……"
Tetapi biarpun aku sudah mencari dari
ujung ke ujung tasku, aku masih tidak menemukan pass yang seingatku sudah kumasukkan ke dalam tas.
"Sial… aku meninggalkannya di
rumah…?!! Bagaimana bisa…."
Baru saja tadi aku bertingkah konyol,
sekarang INI pula. Seketika pikiranku jadi kosong karena menahan malu.
“Ahh? Tidak apa-apa. Satu hari saja
tidak penting. Aku sudah sering melihatmu setiap hari naik bus ini, jadi aku
tidak akan mencurigaimu.”
Supir yang sudah tidak bisa menunggu lebih
lama lagi menepuk kepalaku dan tersenyum.
Ahh, sungguh orang yang sangat baik.
Biarpun aku tidak terlalu peduli jika aku dicurigai ‘menaiki bus tanpa bukti’
dan dibawa ke kantor polisi, tapi orang ini sudah menyelamatkan nyawaku.
"Apa, apakah tidak apa-apa?! Aku
benar-benar minta maaf, aku akan membawanya besok……"
"Oh, jangan pikirkan, jangan
pikirkan. Tapi, nak…"
Pak supir berhenti menepuk kepalaku dan
melihatku dengan serius. Matanya juga menyipit.
"Ehh? Aahh, a, apaaa?"
Saat aku mulai merasa tidak nyaman lagi
hatiku jadi terasa sesak. Sudah kuduga, lupa membawa pass itu bukan hal yang bagus sama sekali....
“Ahh, waktu tadi kamu mengatakan ‘Aku
pengen’. Aku jadi ingat saat aku seumuranmu aku benar benar ingin MELAKUKANNYA
setiap hari....”
"OK TERIMA KASIH, DADAH!"
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-kata
yang bisa membuat orang salah paham, aku langsung melompat dari bus secepat
kelinci.
Bersamaan aku mendarat di tanah aku
langsung belok ke kanan dari depan stasiun bus tua.
Aku masih bisa mendengar suaranya dari
kejauhan, mengatakan “Hati-hati di jalan”, tapi dia terlalu berbahaya.
SANGAAAAT berbahaya. Aku tidak tau mengapa, tapi dia sudah pasti berbahaya. Aku
benar-benar ingin pergi dan melupakan semua itu.
Aku memperlambat langkahku, mengangkat
badanku. Di ujung jalan penyeberangan yang jauh, gunung yang terwarnai oleh
hitam mulai menelan matahari.
Matahari tenggelam, mulai menjadi malam.
Biarpun dingin pada malam hari, panas
yang tersisa pada saat siang masih bergumpal di udara, kulitku dapat merasakan
hawa musim panas yang akan datang.
"Apa yang akan kulakukan saat musim
panas ini? Tahun lalu aku menghabiskan seluruh musim panasku membantu di sawah,
mungkin tahun ini akan sama lagi, huh.."
Sudah sekitar 10 tahun lebih aku berada
di desa kecil ini. Pendapatku tentang musim panas paling cuma cuacanya yang
panas dan kenangan diriku yang bekerja di sawah yang penuh dengan lumpur.
“......Berpergian.....tidak mungkin sama
sekali. Aku kekurangan uang. Tapi pasti....”
Pasti Hiyori Asahina akan pergi ke suatu
tempat untuk menikmati musim panas yang sempurna. Aku cuma menebak, tapi
menurutku pasti itu yang akan dia lakukan.
Di dunia atau sudut manapun kami berada,
dia dan aku sangatlah berbeda, jadi menurutku pemandangan yang dia lihat setiap
hari adalah sesuatu yang pastinya anak laki-laki normal tidak bisa bayangkan
sama sekali.
Aku mengerti itu, dan itulah mengapa aku
memiliki angan-angan, dan itu juga mengapa aku sangat menyukainya.
Aku memikirkan itu sambil dimandikan
cahaya matahari senja yang membuat persawahan menjadi berwarna oranye, melihat
rumahku yang sangat kecil dan sangat dekat dari desa, tepat di tepi lahan yang
terbuka, asap tipis keluar dari cerobong asapnya yang kecil.
Kapan terakhir kali aku keluar dari desa
ini? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, mungkin karena itu sudah sangat
lama sekali.
Dan kehidupanku selama yang 10 tahun
lebih namun terasa singkat karena tidak menarik itu akan segera kulupakan juga.
Kapan aku bisa keluar dari desa ini?
Aku lalu membayangkan kejadian di masa
depan dimana aku dan Hiyori berada di dalam monorail,
memikirkan tujuan kami, dan tertawa bersama.
Di suatu tempat di dadaku memberiku kata
‘TIDAK MUNGKIN’, aku tanpa sadar mengerti itu.
“Itulah yang kumaksud. Apakah aku
langsung menyerah begitu saja....”
Sambil menghela napas, aku mempercepat
langkahku untuk menyelesaikan perjalananku pulang ke rumah.
Aku yang suka berlagak ini bisa
mendengar suara yang seolah mengolokku.
"Kau gelisah, nak?"
♥♥♥
"Di, dikit lagiiii………"
Dengan hati-hati, aku melakukannya
seperti menuangkan seluruh jiwaku ke dalamnya kemudian mencurahkan seluruhnya
ke dalam tiap jahitan.
"Akan kujahit kau menjadi
imut………."
Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam.
Terima kasih untuk ibuku yang
membersihkan kamarku setiap hari, kamarku sekarang sudah bersih.
Sesaat aku pulang ke rumah aku langsung
duduk di depan mejaku di samping jendela.
Setelah menjahit beberapa jahitan
sampai cukup bagus untuk dilihat, dan setelah itu menjahit beberapa jahitan
lagi hingga jadi sangat cantik, hal itu berlanjut selama 4 jam sampai sekarang.
Yup, aku sedang mengerjakan proyek besar
‘Boneka Suara Hiyori’ selama 3 bulan, dan sekarang akhirnya aku akan
menyelesaikannya.
“INI AKAN MERUBAH SELURUH SEJARAH FANS
ASAHINA...!!”
Benar-benar pemandangan yang
mengagumkan, aku tidak bisa menghentikan bulu kudukku yang berdiri.
Bukan cuma imut saja, tapi ia juga
mempunyai penampilan yang unik. Rambut hitamnya imut dan rapi, aku lalu
memakaikan gaun bertali untuknya. Biarpun aku sudah membuat semua bajunya, kali
ini baju yang kupilih adalah baju yang paling disukai Hiyori.
Dengan rasa yakin, aku memasukkan recorder, yang kutemukan di toko
elektronik saat mencari ponsel, ke dalam resleting di belakang boneka Hiyori.
Di dalam rekorder ini aku menyimpan semua suara-suara Hiyori saat dia melaluiku
selama minggu-minggu ini.
Sekarang aku mendapatkan efek dimana aku
seperti berbicara dengan Hiyori Asahina.
Saat aku pertama kali melakukan ini, aku
mempunyai tujuan untuk ‘Mencoba kemampuanku yang terbaik untuk mempercantik
dirinya dan membawanya ke desa!!!’
Kutebak benda sempurna ini akan mengubah
semua pengetahuan para fans Asahina menjadi sejarah.
Dan sekarang tinggal satu jahitan lagi
untuk proyek besar ini....cukup satu jahitan lagi dan semuanya selesai.
Menghentikan pekerjaanku sebentar, aku
menutup mataku.
Mengingat apa yang terjadi tiga bulan
yang lalu, itu bisa menjadi perjalanan yang paling berpetualang yang pernah
kulakukan.
Tidak, tidak, tentu saja itu hanya
khayalan di otakku, tapi dengan tujuan yang sangat besar saat membuatnya,
membayangkan aku dan Hiyori berpergian bersama ke berbagai tempat di negara
ini, mungkin kami sudah seperti berpergian mengelilingi Jepang selama tiga
minggu.
“......oookeeeeeee.”
Tenggelam pada kenangan tadi, sekarang
waktunya untuk jahitan terakhir, pikiranku kembali fokus.
“Sekarang.....AKHIRNYAAAA.....!!!!”
"HIBIYAAAA TELPON UNTUKMUUUU! TURUN
DAN ANGKAAAT!!!!!!!"
Aku sangat terkejut dengan teriakan
ibuku tadi yang membuat tanganku bergetar DAN MEMBUAT JARUMNYA MENUSUK BADAN
‘BONEKA SUARA HIYORI’ MILIKKU.
"GGGGGGYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Melihat pemandangan ini aku berteriak.
Pikiranku menjadi panas, syarafku tegang, otakku hanya bisa membayangkan
pemandangan dimana Hiyori Asahina tertembus dan tertusuk tiang besar.
“AKU...AKU
BENAR-BENAR...MELAKUKAN...MELAKUKAN KESALAHAN SEPERTI INI?!!!”
Tanganku merinding dan aku menutupi
wajahku.
Di dalam otakku, jeritanku terngiang dan
perlahan melenyap. Apa yang akan Hiyori Asahina katakan sebelum dia mati,
sebenarnya aku tidak mempunyai kenangan pernah berbicara dengannya, jadi aku
tidak bisa memikirkan kalimat apapun untuknya. Aku hanya bisa merasakan
suasananya.
"HIBIYA TURUN SEKARANG
JUGA!!!!"
Aku sadar setelah mendengar teriakan
kejam dari ibuku, aku memutuskan untuk menghentikan proyekku untuk sementara
waktu dan turun ke bawah.
“Ahhh~~ dasar, IYAAAA!! AKU TURUUUN!!”
Dengan hati-hati meletakkan ‘Boneka
Suara Hiyori’ di meja, aku memutar kursiku sampai menghadap ke pintu dan
melompat dari kursi.
Aku membuka pintu, berlari ke bawah
tangga yang sudah soak, meraih telepon yang terletak di koridor lantai pertama,
ganggang dari telepon pencet tua telah terlempar di atas meja.
“Ada apa sih, sampai nelpon jam seginian
dan juga......SIAPA SIH? Kenapa ibu tidak mengatakannya dengan jelas.....”
Biarpun aku masih penasaran, aku tetap
mengangkat ganggangnya dan berbicara. Siapapun yang menelpon pada jam seperti
ini mungkin bukan orang yang mudah diatasi. Kurasa aku harusnya lebih kasar
kepada orang ini.
“Ah~ halo, aku Hibiya, siapa ini......”
"Lambat banget."
Aku baru mau menjawab dengan kasar pada orang ini, tetapi aku jadi ragu untuk
menjawab orang yang sangat tak diduga ini dengan kasar.
Pada saat yang sama, ‘suara’ orang itu
yang baru saja mengatakan kalimat yang sangat pendek, memberikanku pengaruh
yang sangat sangat kuat sampai aku tidak terlalu berpikir kelakuan seperti apa
yang dia buat.
“Eh? Apa....”
“Kubilang kamu lambat banget. Aku
berdiri terus sambil manggil kamu. Jadi aku sekarang capek banget.”
Sikap ini, suara ini, tidak salah lagi.
Aku benar-benar yakin.
Si satu-satunya Hiyori Asahina, dengan
sikap angkuhnya yang tiada tara, di ujung lain telepon.
“Siapapun dengar? Halo~ Apakah ada orang
disana.....”
“AHHH?? Asahina-san?? A, AKU
MENDENGARKAN!! YAAA AKU MENDENGARKAN DENGAN SEKSAMA!!”
Menemui situasi seperti ini, otakku
berhenti bekerja.
“Ke, kenapa kau gembira, dasar
menjijikkan.... Ah~ terserahlah. Aku mempunyai sesuatu yang ingin kubicarakan
sama kamu.”
“Bi-bicarakan???”
“Yup, bicarakan. Atau lebih tepatnya,
perjanjian? Apapun itu.”
Siapa yang bisa menebak perkembangan
seperti ini? Aku yang dulunya naik bus itu. Aku yang dulunya berpikir, “Aku
pengen....”
SEKARANG JADI KENYATAAN, YES!
Tapi, kenapa membicarakan sesuatu pada
saat tengah malam.
“Kalau kau pengen menemuiku tidak
masalah, aku akan sangat menerimamu.....Ah, tidak apa, tidak masalah.
Ngomong-ngomong, apa yang ingin dibicarakan?”
“Kau menjatuhkan pass-mu kan? Aku menemukannya di koridor sekolah hari ini, ada
namamu tertulis di situ.”
Ini adalah alasan yang sangat mudah
dimengerti. Aku pada saat itu sedang memikirkan pembuatan ‘Boneka Suara Hiyori’
sampai-sampai aku lupa pass-ku sama
sekali, dan sekarang itu telah ditemukan dengan cara yang tidak diduga.
Oh, tunggu dulu, ini seharusnya
kesalahan Pak Supir.
Aku benar-benar ingin melupakan apapun
tentang supir sialan itu sampai-sampai aku jadi menghapus ingatanku tentang pass juga.
Tapi sekarang, aku sudah menemukannya.
Dan karena itu juga, dia dengan sengaja
menelponku karena telah menemukan pass-ku.
Benar-benar orang yang baik. Sudah kuketahui, Hiyori Asahina adalah MALAIKAT...
...Tunggu sebentar.
Aku merasa seperti melupakan sesuatu.
Sesuatu yang sangat.....
—Sebelum
pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih ‘foto Hiyori’ terbaik
yang paling kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong
passholder-ku, dan pergi ke sekolah dengan senyuman.—
"…Hei, kamu dengar enggak sih?? Kamu
yang gagap-gagap gitu dari tadi bikin aku kesal. Oh lalu, di dalam
passnya……"
"OH BUKAN, ITU BUKAN MILIKKU."
"Hah?"
Keadaanku sudah sampai pada saat dimana
keringatku bisa berkumpul menjadi genangan air dan keluar seperti ombak besar.
Otakku terus berkata ‘Matiakumatiakumatiakumatiakumatiaku’
sampai festival ‘Matiaku’ dimulai dengan megah, dan di menara yang ada di
tengah festival, Hibiya Amamiya berada disitu, di paku ke tiang dengan leher
diletakkan di alat pemenggal kepala.
Mati aku.
BENAR-BENAR MATI.
Kebetulan sekali, foto yang kuletakkan
di passholdernya hari ini adalah
roknya yang sedikit terangkat angin musim semi, sedikit kotor, BENAR-BENAR
BUKAN GAMBAR YANG BAGUS UNTUK DILIHAT OLEH ORANG LAIN!
Aku masih bisa menghidupi hidupku dengan
gambar itu di pass-ku, tapi sekarang
orangnya sendiri menemukannya. Semuanya berakhir. Telah berakhir.
‘Boneka Suara Hiyori’ berkata, “dasar bego”. Ini benar-benar kekalahan
pada diri sendiri.
Jika aku tidak melakukan sesuatu.....
apa yang harus kulakukan......
“Bagaimana bisa? Namamu tertera disitu
dengan jelas. Hei, kamu kan gak sadar ngejatuhin pass-mu..... Gimana kamu bisa turun dari bus?”
“Mu-mungkin ada seseorang yang punya
nama yang sama denganku~~ LIHAT! Kau bisa dengan mudah mencari siapapun yang
mempunyai nama Hibiya Amamiya, kaaaaaaan."
“Kayaknya gak ada orang yang punya nama
seaneh itu selain kamu. Kembali ke topik. Benda yang ada di dalam passholder....”
Terlambat. Datanglah klimaks festival
‘Matiaku’.
Di menara, laki-laki berotot dengan muka
yang ditutupi, memakai fundoshi,
mengambil pisau besar dan mengarah ke tali yang ada di alat pemenggal kepala,
tali yang mengerat bersuara ‘gachi!
gachi!’.
Dan disitu Hibiya Amamiya memasang muka
yang bahagia seperti telah mengetahui itu adalah salahnya.
Tidak berguna, aku tidak bisa
menyembunyikannya lagi. Paling tidak aku harus berusaha membela diriku.
"Ahh, AHHHH emang benar!!! Aku tau
itu mungkin saja. Paling tidak aku bisa membayangkannya kan????"
Aku sebenarnya ingin mengatakan
perasaanku yang sejujurnya, tapi aku tidak tau mengapa aku mengatakannya dengan
sangat aneh.
|
“Ehh, kenapa gelisah banget??
Menjijikkan banget, deh.”
Daaaaaaaan seperti biasanya pikiranku
dengan mudah hancur menjadi debu.
Air mata terakhirku dari kehidupan fans
Asahina, perlahan mengalir di pipiku.
Aku menutup mataku memikirkan para
laki-laki itu menjadi orang lemah sepertiku sekarang, mengapung di udara,
telanjang, dan menyambutku.
Maaf karena telah berpikir kalian adalah
orang bodoh, bawa aku juga, kumohon.
Dan paling tidak biarkanlah aku membawa
boneka-boneka dan foto-fotoku.
Saat aku memikirkan khayalan-khayalan norak
itu, mempercantik tampilan kematianku, Hiyori Asahina mengatakan sesuatu yang
sangat tidak diduga.
"Apanya yang gak mungkin, kenapa kamu
terdengar terpaksa kayak gitu?? Aku sudah sengaja menelponmu buat bantuin kamu
mendapatkan ini.”
"Eh?"
Jawabannya ini telah menjadi TOP 3 kejadian paling mengerikan yang kualami pada tahun ini, dan aku tidak mengerti sama sekali.
Tapi aku benar-benar mendengar kata
“bantuin kamu mendapatkan ini.”APA YANG TERJADI?!
“Membantuku mendapatkan.....jangan
bilang ini.......”
“Eyy, maksudku secara tidak langsung
okeee. Aku mengerti semangatmu, karena itulah aku bilang aku akan bantuin kamu,
oke?”
Pada festival ‘Matiaku’ di otakku,
menara yang ada di tengah langsung meledak menjadi debu.
Hibiya Amamiya yang terpaku tiba-tiba,
seperti telah bangkit dengan kekuatan yang luar biasa, mengumpulkan nafasnya,
mengambil pedang yang ada di pemenggal kepala, dan dengan mudah membengkokkan
itu menjadi sepotong besi tak berguna.
“Be-BEBENARKAAAH??!! Eh, EeEhHhH
BENERAN??!! BETULAN??!! EEEHHH AKU BENERAN BISAAA??!!"
“Suaramu terlalu nyaring, ughh ribut
amat dan menjijikkan banget!! Jangan buat aku mengulanginya lagi. Okeee?”
“Si, siap!!”
“Bagus. Ugh, sudahlah. Aku sudah tahu kamu
bakal bersikap kayak gitu. Yah, kamu emang pengen itu banget ya? Kamu selalu
mikirin itu terus, ya?”
Karena pembicaraan tidak diduga ini,
hatiku berdebar-debar dengan keras. Sepertinya hari ini adalah hari dimana
hatiku jadi sibuk, ya.
“Pengen?!” Tidak apakah mengatakan hal
seperti itu?! Kupikir moral zaman sekarang tidak memperbolehkan hal seperti
ini??!!
Tidaktidaktidak, apa yang kupikirkan.
Aku seharusnya tidak melakukan hal yang tidak bijaksana seperti itu.
Kalau aku melakukannya aku akan terlihat
seperti monyet dan itu tidak bagus....
“Ahh, aku sangat menginginkannya.”
Daaaaan setelah berpikir keras, Hibiya
Amamiya memutuskan untuk menikmatinya seperti monyet.
Siapa yang ingin menjadi anak baik-baik
jika ada kesempatan besar di depanmu.
Aahh!? Tidak cocok untukku?! SIAPA
PEDULI!!
“Yup, sampai-sampai kamu meletakkannya
di dalam passholder-mu huh. Aku tahu
kamu sangat menginginkannya. Yah, aku akan bantu kamu mendapatkannya.”
“Bi, bisakah.....?! Benarkah.....?!”
Pada waktu itu keringatku dengan indah
tertutupi dengan mimisan.
Para pria telanjang yang bersiap
menyambutku mulai melototiku, tentu saja aku tidak peduli dengan mereka. Dasar
monster. Pergi sana.
“Dengan satu syarat. Ah, perjanjian yang
kukatakan sebelumnya. Aku pengen kamu bantuin aku mendapatkan keinginanku.”
Hiyori mengatakan itu dengan santai.
Biasanya jika membicarakan hal seperti ini, seharusnya dia sedikit malu.
Ah
tidak, aku saja yang ketinggalan zaman, cinta zaman sekarang telah menjadi
lebih agresif daripada yang kuketahui.
Tapi menurut trend saat ini, itu
hanyalah penampilan luar. Yup, dia pasti merasa malu sekarang. Sebagai
laki-laki aku harus memimpinnya.
“Tentu saja tidak apa! Asalkan aku bisa
melakukannya, tidak apa! Serahkan semuanya padaku! Jadi, apa keinginanmu?”
“Kamu, kamu kedengarannya semangat
sekali ya....hei, aku tahu ini perjanjian, tapi intinya ini untuk mendapatkan
‘keinginan terdalam’-mu. Hei, liburan ini kamu kosong?”
“Aku kosong! Yup! Aku hanya membantu di
rumah, tidak ada janji sama sekali!”
“O, oke, begitu ya. Jadi aku pengen kamu
mengosongkan semua waktumu saat liburan musm panas. Kita bakal pergi ke kota.
Ah, cuma kita berdua.”
“Eh?”
Biarpun aku sudah bersiap menghadapi
permintaan yang sulit kapanpun, tapi apa yang Hiyori minta terlalu extreme.
Kalau misalnya dia meminta “Ayo nge-date disekitar sini”, itu masih bisa
diterima, atau permintaan seperti “Hei, aku telah menemukan lembah yang indah,
ayo kita kesitu dan makan onigiri”
saja akan membuatku sangat bahagia. Tapi dia mengatakan “Pergi ke kota”di desa
seperti ini, bahkan anak SMA tidak akan pernah meminta hal seperti itu.
Apalagi dia bilang “cuma kita berdua”. Wow,
dia sangat berani, ya? Tapi permintaan dia ini membuatku sulit untuk
menjawabnya.....
|
“Tidak ada apa-apa, aku cuma mau membeli
sesuatu disitu juga jadi aku memutuskan melakukannya, dan juga, aku kekurangan
‘pesuruh’. Jadi aku ngundang kamu. Kenapa? Kamu nggak mau ikut sama aku?”
“Te, tentu saja aku mau!! Tapi....orang
tuaku sangat ketat.....jadi biaya perjalanannya....”
“Kamu nggak usah khawatir soal itu.
Karena orangtuaku kaya, aku bisa membantumu soal itu. Hei, aku juga mau pergi
tanpa ketahuan orangtuaku..... Ah! Tentu aja kamu harus merahasiakan hal ini.
Jangan bilang siapa-siapa. Oke?”
Begitu toh, fakta bahwa Hiyori itu kaya
sudah terkenal di sekitar sini, jadi kutebak akan mudah membayar ongkos
perjalanan untuk dua orang anak.
“Bahkan orang tua?!”
“Yup. Dan juga dengan itu akan lebih
mudah buat kamu mendapatkan ‘keinginanmu yang terdalam’ kan? Karena orang tuamu
ketat banget.”
Dia benar. Jika aku mengatakan kalau aku
akan pergi didampingi seorang cewek, aku tidak akan pernah diperbolehkan dan
itu akan menjadi sesuatu yang mustahil. ‘Bersembunyi dari orang tuamu, berkelana
bersama gadis yang kau suka’ yah, itu akan benar-benar mengabulkan ‘keinginanku
yang terdalam’.
Tapi..
Jika untuk membeli sesuatu, kenapa dia
tidak meminta orang tuanya saja?
Untuk mendapatkan keinginanku yang
terdalam....itu masih tidak masuk akal biarpun itu digunakan sebagai alasannya.
Bahkan jika date-nya gak di kota tapi
di desa, aku sudah merasa puas dengan itu.
Kenapa sangat berani, sampai dia ingin
pergi bersamaku sendirian. Untuk pertanyaan ini, aku hanya punya satu jawaban
yang muncul di otakku.
“.........Dia sangat terpesona denganku
sampai jadi seperti ini.”
“Eh? Apa kau bilang?”
“Ah, ah~ tidak, aku tidak mengatakan
apa-apa! Yup!”
Bersamaan aku tenggelam ke pikiranku
yang narsis, aku tiba-tiba terbangun.
Singkatnya, Hiyori Asahina sangat
terpesona denganku sampai-sampai tidak ada lagi yang bisa menolongnya.
Saat dia memikirkanku pagi-siang-malam,
dia tanpa sengaja menemukan pass-ku
dengan fotonya di dalam, jadinya dia menggunakan ‘pembicaraan’ dan ‘perjanjian’
ini sebagai alasan untuk mendekatiku.
Aku merasa diluar dia mengatakan
"bantuin kamu mendapatkan itu", tapi dalam hatinya dia ingin
memelukku sekarang.
Menginginkan ‘perjalanan yang jauh
dengan cuma dengan kita berdua’ sudah jadi bukti yang paling tepat.
Mengatakan
sesuatu seperti ‘pesuruh’, sebenarnya hanya untuk menutupi perasaan malunya ya.
“Aku mengerti sekarang, perasaanmu, aku
terima itu.....!”
“Se-serasa menjijikkan banget.....dengar
yah! Kamu juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan keinginanku,
oke? Kalau kamu nggak berguna, aku langsung kirim kamu pulang.”
Sikap Hiyori Asahina tetap dingin dan
kaku, tapi saat aku memikirkan itu sebagai cara dia menunjukkan perasaan
cintanya, kurasa itu sangat imut.
Tapi, apa yang sangat dia inginkan?
Biarpun itu mungkin saja hanya
alasan......
“Ah, ya! Tentu...... tapi apa yang sebenarnya
kau inginkan?”
“Eh? Tanda tangan dari artis baru yang
populer. Kamu pernah liat dia kan?! ‘Si
manis 16 tahun yang bisa mencuri hatimu!’ yang ada di CM. Aku sukaaaaa
banget sama dia~ BENAR-BENAR SANGAT IMUUUUT KAAN?!”
“Ah, enggak, aku enggak nonton TV jadi
aku nggak ta.......Oooh~ Begitu yah....."
Tiba-tiba perasaanku jatuh.
Saat Hiyori membicarakan tentang artis
itu, intonasinya langsung jadi semangat sekali, sedangkan untukku yang dengan
bahagia berpikir ‘kami akan nge-date
ke tempat yang sangat jauh’ dan lalu dipampangkan dengan kebenaran yang
menyakitkan, itu sudah cukup.
Kalau dipikirkan lagi, tentu saja.
Tujuan pertamanya tidak mungkin menghabiskan waktu denganku. Tetaplah bermimpi,
nak.
Dan juga, aku tidak tau siapa artis itu,
tapi karena dia bisa mencuri hati Hiyori sampai segitunya, serasa agak seram.
“Ta, tapi, mendapatkan tanda tangan
selebriti seperti itu tidak mudah, kan.....”
"Heheheh. Biasanya gitu. Tapi kalau
sekarang ada kesempatan."
“Kesempatan? Maksudmu seperti tiket
untuk sesi tanda tangan?”
“Oh tidak bukan. Dan juga, artis itu
tidak pernah melakukan sesi tanda tangan sebelumnya. Kupikir itu karena
popularitasnya terlalu tinggi, sampai-sampai setiap kali dia pergi kemana-mana
dia selalu dikerumuni oleh fansnya. Dia benar-benar hebat.”
Artis baru yang kepopulerannya sangat
tinggi sampai-sampai dia tidak bisa mengatur sesi tanda tangan, kecantikan
seperti apa itu.
Tidak, aku tidak berpikir dia seseorang
yang sehebat itu.
Tidak ada gadis di dunia ini yang bisa
secantik Hiyori.
Tapi, jika tidak ada sesi tanda tangan,
bukannya lebih sulit untuk mendapatkan tanda tangannya?
Kuharap dia tidak mengatakan sesuatu
seperti, “Kamu harus mendapatkan itu untukku apapun yang terjadi.”
“Heh, sebenarnya kakak iparku adalah
guru sekolahnya. Artis sebagai murid, bayangkan! Tadi dia menelponku dan
berkata 'Aku akan membantumu mendapatkan
tanda tangannya, kenapa kau tidak main kesini pas obon.' Jadiiii, aku
berharap pergi kesitu sekaligus bermain dan menjadikannya piknik, tapi
orangtuaku marah dan berkata 'Kamu bahkan
tidak peduli dengan pelajaran, tapi kamu mau main terus!' kayak gitu."
“Karena itulah kau menyembunyikan
perjalanan ini dari orang tuamu....”
“Yup, dan cuma itu aja. Itu akan menjadi
pengalaman pertamaku pergi sendirian ke kota, jadi kupikir kalau kamu bisa
bantuin aku ngangkat barang-barangku, kenapa enggak. Ngerti?”
Jika seperti itu, biarpun dia mengatakan
hal aneh seperti “Cuma kita berdua pergian jalan-jalan” itu dimengerti.
Karena dia mempunyai kenalan yang dekat
dengan artis itu, mungkin tanda tangannya akan mudah didapatkan, akomodasinya
juga tidak ada masalah.
Jika begitu.....
“Ar, artinya keperluanku untuk pergi
bersamamu......apakah ada?”
“Uh, nggak, tapi, jika ada mungkin itu
karena kamu sepertinya yang paling mau dengerin perintahku.”
Dan aku bisa merasakan sesuatu yang
tajam menusuk hatiku. Di depan sikap santai Hiyori Asahina, Hibiya Amamiya yang
berpikir “dia sangat terpesona denganku....” senyumannya langsung menghilang.
Dengan kata lain, dari dalam Hiyori sama
sekali tidak mempunyai perasaan kepadaku.
Di festival ‘Matiaku’ di otakku, Hibiya
yang hebat terus menerus menyobek topeng dari pria-pria bertopeng, sekali lagi
menyobek tontonan yang bisa membunuh itu menjadi berkeping-keping, dia lalu
tiba-tiba membungkuk dan berlutut di tanah.
“Tapi...kupikir kau mau mengabulkan
permohonanku...bukannya itu yang kau mau??!! Bagaimana bisa hal seperti itu
jadi...”
“Seperti yang kubilang, apa yang kamu
bicarakan sejak tadi? Aku cuman nemanin kamu beli handphone, sama sekali gak
ada hubungannya sama keinginanku. Okeeeee?”
HANDPHONE?
Kenapa tiba-tiba membicarakan Handphone.
Rasanya aku gak ada mengatakan apa-apa tentang handphone pas pembicaraan kami.
Tunggu.
Biarkan aku menganalisa semua
pembicaraan kami sedikit demi sedikit.
Hiyori Asahina menemukan passholder-ku dengan fotonya di dalamn.
Lalu dia mengatakan “Aku tau kamu sangat menginginkannya. Yah, aku akan bantu
kamu mendapatkan itu”
Lalu dia mengatakan kata-kata yang tidak
terlupakan “Kamu emang pengen itu banget, huh? Kamu selalu mikirin itu terus
ya?” Tidak, aku tidakkan pernah melupakannya.
Jadi kenapa membicarakan soal HP.....
"…………………Ah."
Otakku mengeluarkan yang hipotesis yang
sangat buruk, seperti yang kupikirkan.
Dan hipotesis ini seperti bagian yang
hilang dari teka-teki silang, dan itu sudah cukup untuk menghapuskan semua
kegemparan pada situasi ini.
Aku tanpa sadar melihat ke cermin besar
yang ada di koridor, dan tentu saja disitu terlihat aku yang tetap sama setelah
aku pulang sekolah.
Aku cepat-cepat memasukkan tanganku ke
kantong dadaku dimana aku biasanya meletakkan pass-ku dan sadar, benda itu yang biasanya kuletakkan di dalam
kantongku, telah hilang.
“Kamu pengen banget HP sampar-sampai
kamu memotong iklannya dan menyimpannya di passholder-mu
ya. Aku sudah bilang aku sengaja bawa kamu buat dapetin keinginanmu, kenapa
kamu malah berdebat sama aku?”
Pada saat itu, kesalahpahaman yang
sangat bodoh itu akhirnya selesai, perasaanku yang sudah bahagia tiba-tiba
turun drastis jatuh ke tanah.
Apa yang dilihat Hiyori Asahina bukan
fotonya.
Berharap aku suatu hari nanti bisa
berbicara dengannya, aku tanpa sadar memasukkannya di dalam kantongku, iklan
itu yang dari departemen store, tercetak di sana diskon buat HP.
Kenapa aku tidak menyadarinya sampai
sekarang.
Memang aku jadi tidak yakin saat dia
menelponku.
Tapi kesalahpahaman seperti ini
sangatlah kejam.
Emangnya apa “Dia pasti CEWE PEMALU.”
Apa “Aku sangat menginginkannya." Mati saja sana hidung belang tidak tahu
malu.
Saat aku mengingat semuanya tadi, aku
tidak bisa menghentikan diriku berteriak.
“UwaaaAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!"
Aku merasa ingin menghantam kepalaku ke
tiang sekarang, tapi kalau dipikir lagi, ada satu pertanyaan penting yang belum
dijelaskan.
“....................Apakah ada sesuatu
disitu selain iklan itu?”
Kutanya, gemetaran, tapi Hiyori menghela
napas seperti dia tidak bisa mengatakan apa-apa, dan dengan dingin menjawab.
“Apakah itu penting? Gak ada apa-apa
selain iklan itu.....Kenapa? Apakah seharusnya ada sesuatu yang penting
disitu?”
“Ya, iya. Erm......”
SUDAH KUDUGA. Foto itu tidak ada di
tangan Hiyori sama sekali.
Pantas saja. Kalau dia menemukan foto
itu, dia tidak akan menelponku, malahan dia akan menelpon cabang kejahatan
remaja di kantor polisi.
Tapi, kalau dipikir-pikir. Di sekolah,
semakin dekat dengan Hiyori, semakin banyak fans Asahina yang akan memusuhi.
—Cukup
lempar batu dan kau bisa mengenai fans Asahina—
Dan karena itulah.
Jika misalnya, salah satu dari serigala
lapar sebelum Hiyori datang menemukan passholder-ku
dengan foto yang kupilih dengan teliti, si fans Asahina yang profesional, apa
yang akan dia lakukan?
Jawabannya sudah jelas.
Dia pasti mengambil fotonya dan membuang
passholder-ku ke tempatnya yang
semula. Pass yang hanya bisa
digunakan di desa kecil seperti ini, sama sekali tidak berguna.
Ditambah lagi, ada namaku tertera di
sana. Jika dia mengambil itu yang bisa meninggalkan petunjuk, akan buruk
untuknya.
Jika cuma foto, tidak peduli jika
dicuri.
Benda yang bisa mengakibatkan
perselisihan seperti itu, jika aku melaporkannya ke polisi dan mengatakan. “Aku
kehilangan sesuatu yang sangat sulit kutemukan”
Aku malah akan dibawa ke departemen
kejahatan remaja.
Tentu saja aku tidak akan bertanya ke
siapa-siapa tentang itu.
Biarpun itu dicuri itu tidak apa, masih
biasa. Mungkin karena passholder-ku
mempunyai dua lipatan, aku tanpa sengaja meletakkan iklanku di situ.
Atau mungkin, Si Serigala fans Asahina
itu melihatnya duluan, dan menempatkan iklan itu dengan hati-hati ke dalam passholder-ku.
Aku benar-benar marah karena dia mungkin
mengambil photo itu dan memperlihatkannya kemana-mana, tapi diwaktu yang sama
aku berterima kasih juga.
Hanya memikirkan kemungkinan aku bisa
didakwa kalau kecanduan seksualku ketahuan oleh Hiyori, aku merasa telah
terselamatkan karena itu.
Memikirkan apa yang akan terjadi jika
ini terjadi, perutku serasa dikocok-kocok.
Yah, sepertinya aku akan memakan makanan
dipenjara selama beberapa tahun, ya.
“Begitu toh.......jadinya itu yang
terjadi.......”
Aku bersandar di meja dimana telepon itu
diletakkan, masih memegang penerimanya, dan perlahan duduk di lantai.
“A, aku merasa kamu sangatlah aneh.....”
"Ah~ ya. Aku tau ini sangatlah
aneh. Maaf."
Kesimpulan, semua ini adalah
kesalahpahaman, dan semuanya hanyalah khayalan norakku belaka.
Biarpun aku terlempar oleh perpisahanku
dengan kebahagiaanku tadi sampai-sampai aku tidak bisa berdiri kembali, anehnya
aku merasa lega.
Pada akhirnya semua cuma kastil di atas
udara. Sudah kuduga, Hiyori Asahina adalah bunga cantik yang langka yang tidak
bisa disentuh oleh orang sepertiku.
Dan karena aku sudah tau tentang itu,
aku terus-menerus menghayal, tapi melihat kemungkinan besar ini, dan tiba-tiba
dihancurkan. Aku kembali lagi melihat kebenarannya.
“Jadi? Kamu mau pergi ato enggak?”
"AH!"
Kata Hiyori, seperti ingin berkelahi,
tetapi masih tetap menunggu jawabanku. Hatiku yang dingin kembali berdetak
dengan kencang.
Benar juga. Ini masih belum berakhir.
Sekarang, kesempatannya ada tepat di
depanku, seperti keajaiban.
Biarpun itu cuma kesalahpahaman, biarpun
aku telah terlalu tergesa-gesa dengan Hiyori. Sekarang, dia seperti tidak
terlalu jauh dariku.
Dengan tanganku yang tidak memegang
telponnya, aku mengangkat badanku dan berdiri.
“Tentu saja aku ikut. Ayo berlibur musim
panas yang menyenangkan bersama.”
Biarpun ini cuma kebetulan ataupun keberuntungan,
tidak masalah. Apapun yang terjadi, asalkan aku tidak menyerah, aku pasti bisa
menyampaikan perasaanku kepadanya.
"Mhmm. Oke deh, aku akan membawamu,
jadi selalu siap ya. Kita akan mulai merencanakannya besok. Ngerti?"
"Siap! Mohon bantuannya!"
"Ya. Mohon bantuannya juga.
Dah."
Tut
tut. Suara Hiyori
terputus.
Untuk mengistirahatkan badanku yang
tegang karena suasana, aku mengeluarkan napas lega.
Saat aku melihat ke pintu masuk, aku
merasakan dorongan aneh untuk menghirup udara luar.
Aku berjalan melewati koridor, memakai
sepatu usangku dan berjalan ke pintu masuk. Udara dingin yang bercampur dengan
aroma rumput musim panas berhembus.
Musim panas akan datang. Petualangan
yang hanya kami saja yang tahu akan datang sebentar lagi.
Perasaan bahagiaku masih belum tenang,
bersamaan aku diam-diam menuangkan harapanku ke bulan purnama yang jauh,
berharap musim panas yang akan datang nanti akan menjadi kenangan yang tak
terlupakan.
\(^o^)/
Translator
Note
Yuuyake Koyake versi Miku
Hatsune
Yuuyake Koyake(Cahaya Senja) adalah lagu
anak-anak di Jepang
Festival Obon = Festival untuk memperingati pemboman Hiroshima-Nagasaki
Festival Obon = Festival untuk memperingati pemboman Hiroshima-Nagasaki
arigatou ^_^
BalasHapusKerennnnn >.<)/
BalasHapus