Kamis, 12 September 2013

Kagerou Daze III

Kabut Panas Memusingkan III 
Suara jangkrik perlahan menggema.
 
Bahkan di kota seperti ini juga ada jangkrik ya, itulah yang kupikirkan bersamaan aku melihat pohon di pinggir jalan. Tetapi aku tidak melihat jangkriknya sama sekali.

Aku dengar jangkrik cuma hidup selama seminggu, tapi sebenarnya saat mereka masih larva, mereka menyembunyikan diri di tanah selama bertahun-tahun. Jadi sebenarnya hidup mereka itu sangat panjang.

Kalau benar begitu, sepertinya mereka menyimpan kekuatan selama bertahun-tahun, kemudian mengeluarkannya waktu keluar dari sarang.

Biarpun mereka bersembunyi di bawah tanah selama bertahun-tahun untuk menyimpan energi mereka. Biarpun suatu hari mereka akan keluar dari tanah. Mereka akan tetap mati dengan cepat. Dari sudut pandangku, para jangkrik itu sangatlah indah, membuatku menjadi iri.

“Lihat, kita sudah sampai.”

Hiyori meletakkan tas belanjanya dan menunjuk kearah dinding bata yang agak rendah yang berada di seberang. Tempat tujuan kami adalah kuburan yang terhampar luas.

“Ngomong-ngomong, kamu terlihat pucat, kamu tidak apa-apa?”

"Eh? Benarkah?"

“Yup. Matamu terlihat berat dan hitam.”

Penyebab kenapa aku terlihat seperti ini adalah karena orang di depanku—yang juga adalah orang yang menanyakan keadaanku. Tapi dia sendiri tidak menyadarinya.

Kejadian kemarin benar-benar membuatku lelah. Tekanan yang kudapatkan kemarin sudah melampaui batas untuk bisa ditahan badan ini.

Pertama, sejak kami sampai disini Hiyori benar-benar telah jatuh cinta pada Konoha dan ketertarikannya kepadaku yang asalnya sudah sedikit, sekarang jadi hampir tidak ada. Dan aku diperlakukan seperti pengganggu yang menghalangi jalannya.

Lalu kemarin harusnya hari dimana aku ‘membeli HP’, tetapi biarpun aku sudah memohon dengan sangat, Hiyori cuma berkata “Aku males pergi.”. Aku sudah melakukan berbagai macam cara agar bisa membawanya pergi bersamaku, tetapi mall-nya malah tutup untuk sementara karena ada suatu insiden atau apalah. Menghadapi ini aku jadi sangat sangat sangat sedih dan hanya bisa kembali.

Aku bisa saja pergi ke toko HP lainnya untuk membeli HP, tetapi sepertinya anak-anak tidak bisa mengisi form registrasi tanpa didampingi orang tua.

Padahal aslinya aku ingin menggunakan rencana yang bagus dan dapat dipercaya yaitu ‘Manajer mall-nya teman baik ayah Hiyori’ untuk mendapatkan HPnya, tetapi sekarang itu hanyalah khayalan saja.

“Kalau gitu kita tunda dulu beli HPnya.” Hiyori langsung mengatakan itu. Pada akhirnya kemarin aku hanya bisa diam di rumah, memaksakan diriku melihat sesuatu yang tidak ingin kulihat sama sekali.

Kenapa, kenapa kami harus tinggal dengan orang ITU.

Harusnya, karena kakak ipar Hiyori sedang tinggal di rumah lain kami diperbolehkan untuk tinggal di rumah sini berDUA saja. Harusnya sih begitu.....

Sepertinya kakak ipar Hiyori orang yang sangat santai. Berdasarkan perkataan Konoha, dia bilang “Aku sudah lama tinggal disini.” dan “Aku diasuh sensei.”. Kalau begitu tempat ini sama saja dengan penginapan.

Harusnya dia bilang kepada kami kalau dia membiarkan muridnya tinggal disini.

Tapi ada juga kemungkinan Hiyori tahu tapi tidak mengatakan apa-apa kepadaku.

Terserahlah, pokoknya rencanaku menikmati hidup di kota hanya berdua dengan Hiyori hancur berkeping-keping.

Dan seperti yang kuduga, aku tidak bisa menelan makan malamku, dan karena api kecemburuanku panas membara, aku tidak bisa tidur. Karena itulah kenapa wajahku jadi seperti apa yang dikatakan Hiyori tadi.

“Hei, Hiyori. Kenapa kita tiba-tiba mengunjungi kuburan? Bukannya tadi kau sangat semangat dan ingin berbelanja hari ini.....”

“Hmm~ Tanpa sadar....mungkin. Kemarin saat aku memasuki kamar kakakku aku tiba-tiba merasa ‘aku harus mengunjunginya’, seperti itulah.”

Hari ini adalah hari keduaku di kota.

Ini juga adalah hari dimana Hiyori berkata “Aku ingin berbelanja hari ini jadi dampingi aku.” tapi tiba-tiba pagi ini dia mengatakan “Belanjanya nanti saja. Kita ke kuburan dulu.”

Si penggangu itu, Konoha, sepertinya tidak bisa bangun, jadi dia tidak bersama kami. Hiyori bahkan sampai berkata “sebenarnya aku pengen dia ikut juga.” dan terlihat sedih untuk sementara waktu, tapi bagiku itulah sesuatu yang kuharapkan

“Begitu ya.....kalau dipikir-pikir, hari ini Obon kan?”

Di kuburan yang terletak tidak jauh dari rumah yang kami tempati, ada beberapa yang berkunjung, tapi karena kuburan ini agak kecil sepertinya tidak banyak orang yang datang kesini.

“Itu benar, hari ini juga adalah hari peringatan kematian kakakku. Biarpun keluargaku jarang membahasnya. Yah, mereka tidak bisa disalahkan. Kurasa kakakku bahkan tidak tau kalau aku lahir.”

Kakak Hiyori adalah individual yang sangat ‘unik’ sejak dia kecil. Sepertinya dia suatu hari pernah berkata “AKU INGIN MELIHAT DUNIA LUAR!”  dan kabur dari rumah.

Sejak saat itu dia kehilangan kontak dengan keluarganya dan saat pertama kali Hiyori melihat wajahnya adalah fotonya di peti mati.

“Saat pemakaman, kakak iparku terlihat sangat sedih. Aku tidak tau mengapa, tapi aku ingat dengan jelas.”
Hiyori melihat satu per satu nama-nama dari makam itu, sambil perlahan berjalan di jalan yang panjang dan sempit.

Selain bunga dan kue-kue Jepang, ada juga yang meninggalkan mainan mobil-mobilan dan lainnya. Hal itu membuatku menundukkan kepala karena aku tidak bisa tahan melihatnya terus menerus.

“Kakak iparku hanya menundukkan kepalanya di depan orang tuaku dan tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya dia selalu bersama kakakku yang sering melakukan hal-hal semaunya. Pada waktu itu aku berpikir ‘Orang dewasa itu sangat menyusahkan ya.’ ”

Hiyori bermuka datar sama seperti biasanya. Dia tidak marah ataupun sedih, dia hanya mengatakan itu dengan lembut.

Bagi Hiyori pada waktu itu, mungkin orang tuanya terlihat menjengkelkan.

Tetapi, kematian adalah sesuatu yang tidak bisa diperbaiki. Kemarahan yang tidak bisa dilampiaskan kemana pun, mungkin orang tua Hiyori tidak bisa menemukan tempat mengeluarkan amarah mereka selain ke kakak ipar. Memikirkan hal itu membuatku jadi sedih.

Tiba-tiba, Hiyori berhenti.

Dan tepat dihadapannya, ada seorang pemuda yang mengenakan parka hitam setengah lengan, berdiri di depan sebuah makam sambil berdoa.

“Itu adalah makam kakakku.”

Kata Hiyori dan dia kembali berjalan di depan.

Bersamaan aku mengikutinya, sepertinya pemuda itu menyadari kami dan tiba-tiba membalikkan kepalanya.
Rambut berwarna pirang dengan mata besar yang memberikan orang kesan yang dalam, pemuda itu terus menatap kami.

“Makam itu adalah makam kakakku. Aku sangat berterima kasih kamu bisa mengunjunginya.”

Hiyori menundukkan kepalanya dan membungkuk kepada pemuda itu, setelah beberapa saat pemuda itu tiba-tiba melihat Hiyori dan terlihat terkejut. 

"e-EH! EEHHH??!! KAKAKMU!?

“Ya. Apakah kamu merawat kakakku saat dia masih hidup....?” 

Pemuda itu tiba-tiba terlihat menjadi riang dan dengan senyum tanpa dosa, dia menjawab dengan semangat. 
"Uwahh, kau benar-benar mirip dengannya! Eh? Tidak tidak, bagaimana mungkin aku bisa merawatnya! Malah akulah yang selaluuuuuuuuu dirawat oleh kakakmu!" 

Itulah kata pemuda itu yang tersenyum tanpa dosa. Tiba-tiba dia berkata “Ah....!” seperti baru menyadari sesuatu, dia meletakkan tangannya di bibirnya, dan terbatuk-batuk dengan sengaja, lalu menegapkan badannya. 

“Uhm, aku tanpa sengaja jadi terlalu semangat, maaf maaf. Hmm, apakah anak ini mendampingimu?” 

Tanya pemuda itu sambil berbalik menatapku. 

“Ah, benar. Kau bisa mengatakan aku ini pendampingnya....atau pesuruh ya? .......haha” 

Setelah mengatakan itu aku agak memerah dan mengalihkan pandanganku, sambil menggaruk pipiku untuk menyembunyikan rona merahku. 

“Pesuruh.....mhmm.....itu benar-benar sulit bukan?”  

Saat aku mendengar jawaban yang tidak terduga itu, aku menghadap kearah pemuda itu lagi. Dia berkata seolah mengerti penderitaanku dan bersimpati denganku. 

“Sulit bukan? Yah, aku juga sangat~ mengerti itu. Aku juga selalu disuruh-suruh oleh orang yang mengerikan setiap harinya. Setiap hari dipukul dan ditendang.....” 

Orang itu memberikanku tatapan tidak berdaya dan melebarkan tangannya, memperlihatkan bahwa dia merasa kesulitan. 

“I-itu benar-benar sulit.....kita hidup dengan penuh kesusahan.....!” 

"Mhmm……. kita harus menjadi kuat untuk menahan cobaan ini………" 

Katanya sambil mengepalkan tangan kami, sepertinya kami benar-benar mirip.

Kurasa aku mendengar Hiyori berkata “Apaan sih” tapi siapa peduli. 

“Yah~ kalau begitu. Sampai jumpa, aku harus pergi sekarang, maaf jika aku tidak sopan. Kalian berdua, apakah kalian sibuk setelah ini?” 

“Eh? Tidak, kami tidak sibuk, tapi kami harus pulang saat siang.” 

"Begitu ya……" 

Tiba-tiba setelah mendengar perkataan Hiyori, pemuda itu yang tadinya tersenyum kini menjadi suram. 

Tapi saat aku melihatnya kembali, pemuda itu masih tersenyum seperti sebelumnya. Kekhawatiranku tentang ‘karena kemarin aku sangat depresi , sekarang aku mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menjadi depresi juga.’ sepertinya hanya khayalan saja. 

Sebenarnya aku tidak menginginkan kemampuan tidak berguna seperti itu. Jika aku bisa mendapatkan sebuah kemampuan, aku dengan sangat pasti akan memilih kemampuan yang bisa membuat tubuhku tak terlihat. 

“Hari ini adalah hari yang indah, pada hari seperti ini bagusnya kan main diluar~ menghabiskan waktu di dalam rumah pada hari seperti ini tidak baik!” 

Kata pemuda itu sambil menyilangkan tangannya di belakang kepalanya, dan mencebilkan mulutnya. 

"Ahaha… benar juga.  Lebih baik jika aku bermain di luar di hari yang seperti ini." 

Jawab Hiyori yang tersenyum dengan lembut. 

“Oke, hati-hati di jalan! Aku akan pergi sekarang. Dadah!” 

Pemuda itu kembali tersenyum kepada kami. Dia berbalik dan pergi dengan cepat.

“Hiyori, sepertinya dia orang yang baik~” 

“Yup, tapi dia agak mencurigakan....kakakku itu sangat tua kan? Apakah ada sesuatu antara kakakku dengan pemuda itu......” 

Hiyori terlihat serius dan mulai memikirkan sesuatu yang sangat aneh.

Dasar, padahal dia ada tepat di depan makam kakaknya, itu terlalu berlebihan. 

“Kamu benar-benar bisa melakukan berbagai hal ya!” 

Dia mengatakan itu dengan semangat sambil melihat ke arah batu nisan.

Aku penasaran apa yang akan kakaknya Hiyori katakan saat melihatnya. Aku sangat ingin menanyakannya jika aku bisa. 

Bersamaan saat mengatakan itu, Hiyori mulai meletakkan kue yang dia bawa ke depan makam. 

Tidak pernah bertemu sebelumnya. Itu artinya Hiyori tidak akan tahu makanan seperti apa yang kakaknya sukai. 

Benar juga, yang Hiyori letakkan disitu semuanya adalah makanan kesukaannya. 

Memberikan seseorang yang tidak kau kenal sesuatu yang kau anggap enak. Aku mengerti sikap yang seperti itu. Aku mengerti, bahwa bagi Hiyori itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.

Setelah meletakkan semuanya, Hiyori menghadap ke nisan. Dia menyatukan kedua tangannya dan menutup matanya. 

Orang seperti apakah kakaknya Hiyori. Pemuda tadi mengatakan kalau Hiyori “benar-benar mirip dengannya”. Mungkinkah dia sekasar Hiyori? 

“Sampai kapan kamu ingin berdoa. Hei.” 

Saat aku mendengar suara Hiyori, aku langsung membuka mataku.  

“Jangan bilang kamu berpikir menanyakan sesuatu yang aneh kepada kakakku.” 

“E-enggak kok! Aku cuma berpikir orang seperti apakah dia~ atau apalah.” 

Aku sebenarnya tidak memikirkan hal seperti itu, cuma kalau aku tiba-tiba ditanyai seperti ini, aku langsung menjawab tanpa berpikir. 

Tatapan Hiyori yang asalnya curiga mulai berubah menjadi datar, dan berbisik “Dia orang yang normal. Pastinya.” 

Cahaya matahari perlahan memanas. Sekarang waktunya sudah lewat dari waktu yang dijanjikan Hiyori. 

“Yah, bagaimana kalau kita pulang? Biarpun pemuda tadi berkata ‘pada hari seperti ini bagusnya main diluar’ atau apalah....” 

"M~hmm, hari ini adalah hari yang indah, jadi kalau kita pulang sekarang aku akan sangat marah. Ayo beli sesuatu dulu, baru pulang." 

Setelah mengatakan itu Hiyori mulai berbisik “Aku ingin pergi ke toko sepatu....tidak, aku harus ke toko oleh-oleh yang ada di depan stasiun dulu.....”  

"e-EEHH!? Kita tidak memiliki waktu sebanyak itu kan!? Kurasa kita harusnya pergi ke kakak iparmu dulu, ambil tanda tangan artisnya, dan baru pergi kemana-mana………" 

"…….. tidak, sepertinya cuma ada satu tempat yang bisa dituju. Ikuti aku." 

Setelah Hiyori mengatakan itu dia melangkah pergi dengan cepat. 

Ah, kalau begitu tidak ada pilihan lain. Apapun yang kulakukan, aku tidak bisa menghentikannya. Atau sebenarnya aku sudah sangat senang saat dia menyuruhku mengikutinya. 

Di luar kuburan, setelah tiba di jalan Hiyori dengan sigap berbalik ke kanan. 

Aku mendapatkan pengetahuan baru, kalau Hiyori sangat mudah untuk tidak kehilangan arah. Kemarin dan juga hari ini, dia seperti hidup disini, selalu berjalan tanpa ragu menuju tujuannya dengan cepat. 

Kalau aku, biarpun aku sudah membaca petanya aku tetap akan tersesat di jalan yang seperti ini. Dia bisa berjalan maju tanpa ada masalah, dan itu sangatlah hebat. 

Tidak memikirkan apa-apa ataupun mengeluarkan sepatah kata pun. Aku hanya mengikuti langkah Hiyori selama 15 menit. 

Banyak tempat penyeberangan jalan. Aku mulai mengerti tempat yang Hiyori tuju adalah tengah kota. 

Aku sudah merasakannya kemarin, tetapi aku rasa aku tetap tidak akan bisa terbiasa dengan suasana kota.

Berbagai macam iklan, mobil yang lewat, dan suara tawa orang-orang. Suara-suara mereka terdengar tidak beraturan seperti kaset rusak, otakku serasa campur aduk karena berbagai macam informasi yang kudengar dari suara-suara itu. 

Dan juga, panas ini. 

Mengingat kembali beberapa hari yang lalu aku mengharapkan tinggal di kota seperti ini. Sekarang aku mengerti kebodohan dalam hatiku. 

Untuk hidup di tempat seperti ini, biarpun aku mempunyai banyak nyawa tidak akan cukup. 

Sampai sekarang, aku bahkan tidak mempunyai kepercayaan diri bahwa aku bisa bertahan di liburan musim panas ini. 

"Ah, ini dia.  Tunggu aku diluar sebentar." 

Disini ada barisan toko-toko yang penuh warna. Hiyori berhenti di depan salah satu toko. 

Dari bagaimana dia langsung masuk ke dalam toko itu, sepertinya dia sudah sampai di tujuannya. 

“Toko macam apa ini....” 

Sambil menunggu Hiyori diluar, aku mengamati dekorasi luar toko tersebut. Dinding yang berwarna pink dengan dekorasi seperti kue-kuean dan permen dimana-mana. Papan namanya dikelilingi dengan lampu yang bisa meningkatkan kesannya pada malam hari, nama toko tersebut ditulis dengan warna kuning terang. 

Dekorasi yang sudah pasti sangat berlebihan, ditambah lagi panas ini, membuatku ingin muntah. 

Setelah Hiyori selesai aku harus membeli minuman....jika aku menjadi kering disini, mungkin saja aku juga akan menjadi dekorasi yang tidak jauh berbeda dengan kue-kue dan permen-permen itu. 

Pintu otomatis pun terbuka dengan suara tit, Hiyori yang membawa dua tas belanjaan kecil muncul.

"Ah, selamat datang. Apakah kau sudah membeli apa yang kau mau?"

Setelah aku menanyakan itu Hiyori tersenyum dan menjawab “Yup!”

Keimutan yang berlebihan tersebut membuat jantungku berdetak dengan cepat.

Ahh, terlalu imut, terlalu imut, biarpun harus susah payah datang ke sini aku bersyukur bisa pergi………
 
"AKU MEMBELIKAN HADIAH UNTUK KONOHA!"

Kutarik kata-kataku, lebih baik jika aku tidak pernah datang kesini.

Orang itu lagi. Hah, kenapa sih Hiyori suka sama orang seperti itu.

Tunggu...HADIAH?! HIYORI MEMBERIKANNYA HADIAH!!!??

"Hah? Apa maksudmu dengan hadiah……..?"

"Eh? Itu tidak ada hubungannya denganmu."

‘Sreet’ hatiku terbelah dua dan aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

Kurasa seluruh waktu selama berada di kota ini akan habis hanya untuk berlatih meningkatkan kekebalanku terhadap sakit hati atau sejenisnya

“Ah, hei lihat. Aku juga membelikan sesuatu untukmu.”

"Ah, begitu ya…… EEEHH!!?? UNTUKKU!!??"

"Kamu benar. Nih."

Bersamaan Hiyori mengatakan itu, dia perlahan memberikanku tas belanjaan kecil yang ada di tangan satunya.

Lalu, wajahku menjadi hangat, berbagai kegagalan dalam hidupku sampai sekarang seolah seperti terbang begitu saja hingga aku bisa melihatnya dengan mataku.

"TE-TERIMA KASIH…………."

"Ke-kenapa kamu nangis………….. Menjijikkan……."

Aku menarik kembali kata-kataku. Ini terlalu baik. Aku tidak pernah menduga akan mendapat kejutan seperti ini. Aku bahkan tidak pernah memimpikannya.

"Aku sangat senang....Terima kasih. Ah, bisa kubuka sekarang!?"

"Hmm? Boleh saja." 

Tas belanja kecil berwarna pink polkadot, dari beratnya kurasa ini sejenis gantungan kunci, atau mungkin alat tulis?

Hatiku berdebar bersamaan dengan aku membuka tas kecil itu, aku tersenyum dengan cerah secerah cahaya matahari. Tapi, saat aku membuka tas itu, bau seperti ikan busuk keluar dari situ.
"UWAH BAU BANGET!!"

Menghadapi situasi yang tiba-tiba seperti ini, aku tidak bisa menahan teriakanku.

Tas yang diberikan oleh gadis imut yang baru saja keluar dari toko butik, mengeluarkan bau ikan busuk yang sangat-sangat-sangat menyengat. Tentu saja aku terkejut.

Siapa yang akan menduganya.

Aku dengan sangat hati-hati membuka tasnya dan melihat ke dalam. Benda yang mengeluarkan bau menyengat itu adalah makhluk misterius berbentuk salmon dengan kaki manusia.

"Ah? Apa? Ada masalah?"

Tentu saja Hiyori dengan wajah yang sangat datar bertanya dengan agak kesal.

"TIDAK, EEEHHH!!!??? BUKANNYA ADA MASALAH SIH, TAPI INI APA!? APA INI!!??"

Aku masih bisa mengerti kalau itu gantungan kunci dengan aroma buah, tapi benda ini....Kurasa hanya produk yang dibuat hanya untuk main-main. TIDAK. Ini sudah PASTI produk GAGAL.

“Itu disebut ‘Gantungan Kunci Salmon Merah’. Kupikir kamu suka yang seperti ini.”

“TIDAK, TIDAK, TIDAK SAMA SEKALI!? Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatmu berpikir seperti itu?!!!!”

“Enggak, aku hanya berpikir kamu mungkin menyukai benda bau seperti ini.”

Setelah Hiyori mengatakan itu, dia bersuara “hmph” dan memandangiku dengan tatapan kesal. Ahh, dia benar-benar mengerjaiku sekarang.

"U….uuh…………. yah, tapi.....aku tetap berterima kasih."

Tapi aku tetap merasa senang saat aku mendapatkan hadiah darinya, jadi aku tidak bisa protes apa-apa lagi.
Melihat diriku yang menyedihkan, Hiyori hanya bersuara “Hmph” lagi.

“Yah, sebentar lagi kita harus pulang......kita tidak punya banyak waktu.”

“Kamu benar. Kalau begitu kita jalan dari sini ke.....”

Dan seperti biasa, Hiyori melangkah dengan sigap ke depan, tapi dia menyadari sesuatu dan tiba-tiba berhenti.

Aku lalu melihat ke arah kaki Hiyori dan pelaku penyebab Hiyori berhenti ternyata adalah kucing hitam.

Darimana dia muncul? Dia tiba-tiba muncul di samping kaki Hiyori. Saat aku memikirkan itu, si kucing hitam itu menggosokkan wajahnya ke Hiyori dan mengeong.

"Wow, ternyata kucing. Sepertinya dia menyukaimu."

Kucing hitam yang berbulu bersih itu, lari setelah mengeong pada Hiyori. Lalu, dia pergi ke dalam gang sempit yang panjang.

"Ah~. Dia pergi. Aku benar-benar ingin menyentuhnya~ iyakan? Hiyori………."

"AKU INGIN MEMELIHARA KUCING ITU…………..!"

Wajah Hiyori tiba-tiba berubah lebih ekstrim daripada kemarin saat pertama kali dia bertemu Konoha. Wajahnya menjadi merah dan napasnya menjadi terburu-buru.

"Eh, apa yang tadi kau bilang…….?"

"AKU AKAN MENGEJARNYA, HIBIYA!"

Setelah Hiyori mengatakan itu, dia berlari ke gang mengejar kucing hitam itu.

Berbagai macam pikiran berputar di kepalaku. Tapi yang paling mendominasi adalah perasaan senang saat Hiyori memanggil namaku. Lalu aku mengikuti Hiyori.

Dengan cepat ia melewati tong sampah metal yang terletak di pintu belakang gedung, lalu berlari melalui tangga kecil yang tertutupi dengan lumut, dan sekarang berlari melewati kerumunan orang di jalan yang besar.
"Uwah….. Hi-Hiyori, kurasa kita tidak mungkin menemukannya sekarang……"

"TIDAK, tadi aku melihat ekornya di sekitar situ. Itu dia!"

Saat Hiyori mengatakan itu dia belok ke kiri dan menginjak tanah bersamaan dia meningkatkan kecepatannya.

Dengan cepat berlari di tempat yang banyak orangnya sangatlah hebat.

Untungnya, karena  aku berlari di belakang Hiyori aku tidak menabrak siapapun. Langkah demi langkah aku berlari sepanjang jalan.

"Haa…… haa…….. itu dia! TEPAT DISITU!!”

Sekali lagi, dengan cepat Hiyori berbelok ke arah kiri dan menuju ke tempat taman anak-anak dimana berbagai macam permainan ada disitu.

Aku juga berlari ke taman itu, dan di bayangan ayunan biru terang, kucing hitam itu duduk dengan tenang.
"Dapat!"

Kata Hiyori dengan senang dan mengurangi jaraknya dengan kucing itu langkah demi langkah.

"Hueheuheuehuehue……….. kucing manis, kucing baik. Jadilah kucing baik dan biarkan aku mengelusmu sampai aku puas………"

Kata Hiyori dan melangkah mendekati kucing itu, mengeluarkan aura yang jika aku adalah kucing itu, aku akan langsung lari secepat mungkin.

Tetapi, jangankan berlari, kucing itu tidak menjauh sama sekali. Dia hanya menatap Hiyori dengan penuh arti.
Saat aku memikirkan hal aneh itu, aku menyadari sesuatu yang membuatku merinding.

Mata kucing hitam yang menatap Hiyori itu.....matanya merah setara dengan darah.

Apakah Hiyori tidak menyadari itu?

Hiyori anehnya seperti dirasuki sesuatu yang membuatnya tertarik dengan keanehan itu. Ini benar-benar berbahaya.

"Hi-Hiyori! Tunggu! Kau tidak merasa kalau kucing itu aneh?!"

"Eh? Apa!?" 

Saat Hiyori tiba-tiba mendengar suaraku, dia membalikkan kepalanya dengan kesal. Kucing hitam itu menatapku seolah ingin mengatakan sesuatu. Lalu dia lari ke suatu tempat. 

"Ah~!! Si-SIAL! DIA LARI LAGI!" 

Aku mengalihkan pandanganku, Hiyori yang menyadari kucing itu pergi terlihat sangat marah, dan berjalan ke arahku. 

“Ta-tapi bukannya kucing itu terlihat sangat aneh? Karena itu aku.....jadi khawatir....” 

“CEREWET! KEKHAWATIRANMU ITU MENGGANGGUKU!!” 

Hiyori mengatakan itu sambil menatapku dengan tajam. Tapi itu saja tidak cukup untuk mengekspresikan amarahnya, dan dia kembali mencaci maki diriku. 

“Sebenarnya aku tidak ingin kamu yang tidak berguna, aku ingin Konoha yang mengkhawatirkanku! Dan ada apa sih denganmu?! Kamu itu selalu gagap saat bicara. KAMU ITU BODOH YA?!” 

Kata-kata yang dilemparkan terus-menerus itu membuat kepalaku stress. 

Aku tahu aku akan melakukan apa saja untuknya, tapi ini sudah keterlaluan. 

“Bodoh katamu......KENAPA......KENAPA KAU TIDAK MAU MENGERTI!? Aku juga tidak suka berbicara gagap......” 

"Eh~ Kupikir kamu berbicara seperti itu karena kamu suka gagap-gagap. Jadi apa alasannya kamu gagap?" 
"Itu karena………"

Dipelototi oleh Hiyori membuatku tidak bisa berkata apa-apa seperti biasanya. Sekarang pun masih sama, aku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

Ahh, mengeluarkan semua yang ada dipikiranku dalam bentuk kata-kata tanpa berhenti.....pernahkah itu terjadi? 

Tidak, kurasa itu tidak pernah terjadi. Kalau aku mengatakan hal ini kepadanya, apa yang akan terjadi? 

Isi kepalaku mendidih dan hatiku bagai ditusuk jarum. Perasaan ini tidak bisa ditahan lagi..... 

“A-apa.....” 

“Itu karena....Hiyori....aku...kepadamu......”  

“Hentikan.....” 

“Dari dulu, sejak dulu sekali aku sangat menyu......!” 

“KUBILANG HENTIKAN KAN!?” 

Saat Hiyori berteriak, tiba-tiba kesadaranku akhirnya kembali. 

Saat aku dengan hati-hati melihat wajahnya, Hiyori terlihat seperti ingin menangis. 

Mungkin karena terstimulasi oleh suara Hiyori, jangkrik yang diam dari tadi tiba-tiba menjadi ribut. Dari berbagai tempat suara jangkrik mengelilingiku, mereka seperti menyalahkanku. 

Untuk waktu yang cukup lama itu sudah cukup bagiku untuk menyesali tindakanku yang ceroboh.

“KAMU JAHAT!" 

Kata-kata yang terucap oleh Hiyori saat ini, jika dibandingkan dengan caci makinya setiap hari, terasa beribu kali lebih menyakitkan hatiku.

 “I-itu.....”

Harusnya aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, tapi mulut bodohku tidak bisa diam.

“Aku pulang. Jangan ikuti aku.” 

Aku bahkan tidak bisa menatap Hiyori lagi. Aku hanya menundukkan kepalaku, dan menatap bangkai jangkrik yang terbaring. 

Apakah orang itu mengatakan sesuatu tentangku? Aku....apakah aku bisa mengatakan sesuatu? 

Tanpa disadari air mataku mengalir melalui pipiku, tetes demi tetes, membuat noda hitam di tanah. 

Apapun yang terjadi sekarang, itu tidak penting lagi. Suara langkah Hiyori semakin menjauh sebelum kemudian suaranya berhenti. 

“Kamu....sejak kapan kamu disini....?” 

Hiyori tiba-tiba bersuara. Dari intonasinya aku sudah tahu dengan siapa dia berbicara. Itu mudah sekali ditebak biarpun aku tidak menginginkannya.

Aku menengadahkan kepalaku dan menatap sosok Hiyori, dan sesuai dugaan. Di depan gerbang masuk taman, berdiri Konoha yang keringatan. 

"Eh……. sejak awal? Karena saat aku bangun aku baru sadar kalian berdua telah pergi……. Jadi, aku berpikir harus mencari kalian………." 

Kepada Konoha yang menyusun kata-katanya satu demi satu, Hiyori bertanya dengan suara yang bergetar.

“......Pembicaraan tadi...apakah kamu mendengarnya?” 

Konoha, sama seperti biasanya dengan ekspresi yang orang tidak akan tahu apa yang dia pikirkan, menjawab.

“Eh? Iya, aku mendengarnya.”

Pada saat Hiyori mendengar itu, dia akan berlari ke suatu tempat. Aku sudah bisa membayangkan itu. 

Karena itulah sebelum Hiyori mulai lari, kakiku sudah berlari ke arahnya. 

........Apa yang ingin kulakukan? 

Apakah aku melakukan ini untuk mencari alasan lagi?

Atau aku melakukan ini hanya karena aku ingin memegang tangan Hiyori lebih cepat daripada Konoha?

Seperti yang telah kuduga, Hiyori lari dan kelihaiannya untuk berlari melewati kerumunan seperti tadi sudah hilang, dia berlari tanpa arah. 

Hanya beberapa langkah lagi aku bisa memegang tangannya.

Tetapi saat aku sudah dekat, aku terhenti dengan pemandangan yang ada di depanku. 

Di depan Hiyori yang berlari dari taman, pada ujung garis-garis putih yang tersusun dengan rapi, lampu pejalan kaki berubah menjadi merah.

Dan ‘itu’ menandakan sesuatu yang sangat mudah dimengerti tanpa perlu dipikirkan. Sesuatu yang akan berujung pada ‘KEPUTUSASAAN’.

"HIYORI!! LAMPU MERAH!!!"

Satu langkah lagi, cukup satu langkah lagi...... 

Tidak, aku sudah terlambat.

Kulangkahkan kakiku tanpa ragu, bahkan aku sendiri terkejut karena itu. 

Diriku yang melangkah maju untuk meraih Hiyori, seperti pernah terjadi sebelumnya.

Dari wajah Hiyori aku bisa melihat kalau dia tidak bisa menduga hal yang akan terjadi selanjutnya. Karena aku tidak pernah menduganya juga, kami berdua sama.

Sebelum truk itu datang dengan suara yang nyaring. 

Aku terus berharap agar bisa menggenggam tangan Hiyori sampai akhir.

4 komentar:

  1. "..coklat muda dengan mata besar yang memberikan orang kesan yang dalam.."

    ayano kah?
    tp aku masih kurang yakin karna ada 'pemuda' nya itu... =="

    //dihajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah maaf, itu di terjemahan b.ing nya warna teh katanya....jadinya kutulis coklat muda...Hum, saya ganti jadi pirang aja deh~

      Hapus