Minggu, 14 September 2014

Aru hi no Roujou ni te



 Di Jalan Pada Suatu Hari

Perlahan aku berjalan dengan tertatih-tatih di bawah naungan cahaya redup sore hari menuju ke rumah.


Aku tidak dapat merasakan panas atau pun dingin. Aku merasa seperti semua indra perasaku menjadi kacau balau. Corak oranye yang pekat juga saat-saat terakhir kaka telah terbakar di mataku dan membekas di ingatanku.

Kemana aku harus pergi? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu lagi....

Paling tidak, aku tahu aku harus menuruti perintah dari ular itu. Jika tidak, mereka berdua yang tertinggal akan menemui takdir yang mengerikan.

Ular itu mengatakan dia akan membunuh kami. Jika aku tidak menaati perjanjianku dengannya aku tidak tahu cara kejam dan keji apa yang akan dia lakukan untuk memenuhi ‘janji’nya. Aku bahkan tidak dapat mati seenaknya sendiri.

Di sisi lain, aku tidak dapat mengatakan ini ke yang lain. Hanya perkataan ular yang terngiang di kepalaku sajalah yang membuatku dapat melangkahkan kakiku maju.

“Haa… haa… Uwaa!” karena aku berjalan tidak karuan, kakiku kesembelit dan membuatku jatuh ke tanah. Aku merasakan kesakitan yang sangat besar menyelimuti tubuhku saat lututku menggesek tanah.

 “Urghh…!” Memegang lampu jalan terdekat, aku kemudian berdiri.

Oh iya, aku harus kembali ke bentukku yang semula sebelum aku pulang. Lebih baik jika aku melakukan itu. Seandainya aku pulang dengan wujud kaka, ular itu akan....

......Apa sih yang sebenarnya kulakukan?

Kenapa aku harus berpura-pura menjadi mayat dari almarhum kaka tercintaku? Kenapa aku harus membiarkan mereka memoto ‘mayat’ kaka? Ini sudah keterlaluan! Ini sangat kejam! Kenapa ular itu tidak langsung membunuh kami saja? Akan lebih baik jika begitu.

“Bangsat...... Sialan!....”

Seberapa pun menyebalkan dan menjengkelkannya keadaan ini, tidak ada yang bisa kulakukan. Apa yang harus kulakukan? Seseorang....kumohon tolong aku..... siapapun.....

“Ayano...? Sudah kuduga, itu kau ‘kan, Ayano?” berbalik menuju sumber suara itu, aku melihat sosok Kisaragi Shintaro yang berdiri di bawah naungan sinar lampu jalan, “Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?”

Aneh. Padahal aku merasa kesakitan tadi, kenapa aku tidak kembali ke wujud asalku?

....sial. Ini buruk sekali. Kenapa aku harus bertemu dengannya di saat-saat seperti ini?

“Apa? Kau merasa tidak enak badan...? Oh, pasti karena itu ‘kan? Apakah sensei mengatakan sesuatu saat pelajaran tambahan? Dasar, ini semua karena kau tidak pernah berusaha semaksimal mungkin. Biarpun sensei sudah rela mengajarimu lagi...”

“....Berisik.”

“A-Ada apa, huh? Kau tidak perlu melototiku seperti itu, tau...?” Mendorong Kisaragi Shintaro ke samping, aku mulai melangkah pergi, “Hei! Kenapa kau melakukan itu?! Ada apa denganmu!?”

Aku berbalik ke arahnya dan berkata kepadanya, “Ini semua salahmu.....Salahmu tidak menyadari apapun.”

5 komentar:

  1. Sakitnya tuh... di sini... :'v *nunjuk ke otak* //apaanini

    Lanjut terus ya, Kaori-nee!~~~

    BalasHapus
  2. Izin baca ya kaori.Trimakasih :v

    BalasHapus
  3. Yobanashi Deceive V gk ada isinya, Kaori.
    mohon diperbaiki. :)

    BalasHapus
  4. Chapter sebelumnya kok blank ya ? Onegaishimas..

    BalasHapus