Kamis, 23 Juni 2016

Kotonoha Karma II : Ceramah dari Orang Lewat

Novel I Kotonoha Project
Kotonoha Karma Arc 
Terjemah Indo: Kaori Hikari
Terjemah Eng: Ku-ro-ha tumblr 
Chapter II: Ceramah dari Orang Lewat

Langit yang normal. Pagi yang biasa.

Aku masih ngantuk. Kabut kemalasan mengelilingi sekolah, bagaikan itu merupakan wujud dari kengantukan yang dirasakan oleh para murid.

Sudah berapa hari – bulan – sejak dia pindah ke sekolah ini?

Walau ada beberapa murid yang ia kenali, ia tidak memiliki orang yang bisa ia sebut teman.

Namun, untuk Tsukasa ini adalah hal yang bagus.

Menjauhkan diri dari semuanya dan cukup mengurus diri sendiri adalah hal yang terbaik.

Karena hanya masalah yang akan datang dari keberadaannya.

Langkah-langkah kaki Tsukasa berubah arah seiring berubahnya sekolah yang ia tuju, kontras dengan itu kesehariannya sama sekali tidak berubah. Seperti biasanya, pada awalnya orang-orang yang menjadi teman sekelasnya penasaran akan murid baru, tetapi rasa penasaran itupun sirna dengan sendirinya bersamaan dengan waktu yang berjalan.

Kemungkinan besar teman-teman sekelasnya – dan juga Tsukasa sendiri -  sudah terbiasa akan hal itu.

Tak perlu usaha yang besar agar rasa penasaran mereka berubah menjadi menerima keberadaannya dengan begitu saja.

Itupun sudah sangat cukup untuknya. Ya, asal Tsukasa tetap memakai headphone-nya dan terus bersandiwara bagaikan dirinya tidak peduli akan hal apapun di dunia ini, semua orang di sekitarnya – termasuk Tsukasa sendiri – akan lebih aman.

Namun, ada yang tidak terpengaruh dengan sikapnya. Ada satu orang yang tidak berubah sejak hari pertama ia masuk sekolah ini.

Hal itu merupakan satu-satunya hal yang ia belum terbiasa.

Setiap hari, seorang gadis yang mana menjabat sebagai ketua komite kedisiplinan sekolah ini menolak untuk meninggalkannya sendiri, dan selalu datang untuk mengomelinya.

‘Aku kagum bagaimana dia tidak lelah terus-terusan melakukan hal ini...’ pikir Tsukasa pada dirinya sendiri.

Pembicaraannya hampir selalu pada topik yang sama; bagaimana dasi adalah aksesoris wajib untuk seragam sekolah laki-laki, atau bagaimana bajunya tidak disetrika dengan rapi, atau bahkan bagaimana selendang yang ia kenakan kepanjangan dan warnanya tidak layak untuk digunakan di sekolah. Setiap hari gadis itu tidak pernah lalai menceramahinya, sampai-sampai dirinya kagum akan berapa banyak hal yang bisa dikatakan gadis itu dalam topik yang hampir tak pernah berubah.

Dia tidak mengerti kenapa gadis itu begitu agresif kepadanya. Seingatnya ia ataupun gadis itu tidak melakukan sesuatu yang bisa menyakiti hati satu sama lain, malah, permusuhan ini sama sekali tidak perlu.

Dari awal, tidak ada gunanya berbicara dengannya tentang aturan berseragam – “Aku pengecualian akan peraturan ini.”

Tsukasa pernah mencoba memberitau itu kepada ketua komite. Namun, gadis itu malah tambah ketat akan ceramahnya kepada dirinya. Ia tak mengerti kenapa..

“Apa kamu benar-benar mendengarkanku? Oh, tentu saja tidak, karena kamu memakai penutup telinga.”

“Ini bukan penutup telinga. Ini headphone.”

“Aku tahu benar akan hal itu – dan juga, bisa dibilang sekolah tidak memperbolehkan pemakaian hal itu. Meski buku panduan siswa tidak menuliskannya secara spesifik, wajar saja jika headphone dilarang. Banyak yang tidak menuruti peraturan dari buku panduan yang belum diperbarui. Apapun yang menutupi telinga dilarang.”

Apa penyebab aturan seperti itu ada

“Wajar saja untuk mereka ada.”

Sungguh tak berarti

“Orang yang tidak menuruti hal sejelas ini tidak bisa dianggap murid.”

Bukankah hanya kau yang berpikir demikian...?

“Aku tidak ada waktu mendengarkan alasan dari murid yang sudah melanggar aturan.”

———Dirinya tidak ingin waktunya habis hanya untuk berbicara dengan orang sekeras kepala ini, selain itu semua yang dia katakan hanya membuat situasinya bertambah buruk. Mencoba berdebat dengannya pun sia-sia, pada akhirnya mereka tidak pernah sampai ke penyelesaian. Pada saat seperti inilah Tsukasa sangat ingin penutup telinga.

Namun, sungguh, mengapa gadis ini bisa sangat gigih. Apakah kata ‘terbiasa’ tidak ada di kamusnya?

Entah dimulai sejak kapan, kini ia tidak hanya diceramahi saat perjalanan ke sekolah, bahkan gadis itu membuat kebiasaan untuk melakukannya setiap kali mereka tidak sengaja berpapasan di jalan saat jam sekolah.

“Kamu tidak mengenakan dasimu lagi! Tolong pastikan untuk mengenakannya! Dan juga, mencat rambutmu tidak diperbolehkan di sekolah ini!”

Yah, maaf sudah terlahir dengan rambut pirang ini. Aku meninggalkan dasiku di rumah.

“Jangan lari di lorong! Jalanlah dengan sigap di sisi kanan.”

Aku tidak lari. Tak masalah aku ada di kiri atau di kanan asal aku tidak bertabrakan dengan orang lain, kan.

“Berhenti makan dengan cara biadab seperti itu!”

Apakah normal untuk terlalu memperhatikan perilaku orang lain seperti dirimu.

“Semuanya! Sensei akan mengumumkan sesuatu, diamlah! Jangan bicara! Kamu yang di situ, tolong tenang!”


Kaulah yang harusnya diam di sini.

2 komentar:

  1. eeeh kotonoha karma ada light novelnya? xD
    baru tau aku, keren kak ( o w o )b

    BalasHapus
  2. Kaori gk translate Kagerou Days Ch.41 ya???
    lanjutin dong, udah gk ada blog lain yg translate :3

    BalasHapus