Novel I Kotonoha Project
Kotonoha Karma Arc
Terjemah Indo: Kaori Hikari
Terjemah Eng: Ku-ro-ha tumblr
Chapter II: Ceramah dari Orang Lewat
Langit yang normal. Pagi yang biasa.
Aku masih ngantuk. Kabut kemalasan
mengelilingi sekolah, bagaikan itu merupakan wujud dari kengantukan yang
dirasakan oleh para murid.
Sudah berapa hari – bulan – sejak dia pindah ke
sekolah ini?
Walau ada beberapa murid yang ia kenali, ia
tidak memiliki orang yang bisa ia sebut teman.
Namun, untuk Tsukasa ini adalah hal yang bagus.
Menjauhkan diri dari semuanya dan cukup mengurus
diri sendiri adalah hal yang terbaik.
Karena hanya masalah yang akan datang dari
keberadaannya.
Langkah-langkah kaki Tsukasa berubah arah
seiring berubahnya sekolah yang ia tuju, kontras dengan itu kesehariannya sama
sekali tidak berubah. Seperti biasanya, pada awalnya orang-orang yang menjadi
teman sekelasnya penasaran akan murid baru, tetapi rasa penasaran itupun sirna
dengan sendirinya bersamaan dengan waktu yang berjalan.
Kemungkinan besar teman-teman sekelasnya – dan
juga Tsukasa sendiri - sudah terbiasa
akan hal itu.
Tak perlu usaha yang besar agar rasa penasaran
mereka berubah menjadi menerima keberadaannya dengan begitu saja.
Itupun sudah sangat cukup untuknya. Ya, asal
Tsukasa tetap memakai headphone-nya dan terus bersandiwara bagaikan dirinya tidak
peduli akan hal apapun di dunia ini, semua orang di sekitarnya – termasuk
Tsukasa sendiri – akan lebih aman.
Namun, ada yang tidak terpengaruh dengan
sikapnya. Ada satu orang yang tidak berubah sejak hari pertama ia masuk sekolah
ini.
Hal itu merupakan satu-satunya hal yang ia belum
terbiasa.
Setiap hari, seorang gadis yang mana menjabat
sebagai ketua komite kedisiplinan sekolah ini menolak untuk meninggalkannya
sendiri, dan selalu datang untuk mengomelinya.
‘Aku kagum bagaimana dia tidak lelah
terus-terusan melakukan hal ini...’ pikir Tsukasa pada dirinya sendiri.
Pembicaraannya hampir selalu pada topik yang sama; bagaimana dasi adalah aksesoris wajib untuk seragam sekolah laki-laki, atau bagaimana bajunya tidak disetrika dengan rapi, atau bahkan bagaimana selendang yang ia kenakan kepanjangan dan warnanya tidak layak untuk digunakan di sekolah. Setiap hari gadis itu tidak pernah lalai menceramahinya, sampai-sampai dirinya kagum akan berapa banyak hal yang bisa dikatakan gadis itu dalam topik yang hampir tak pernah berubah.
Dia tidak mengerti kenapa gadis itu begitu agresif kepadanya. Seingatnya ia
ataupun gadis itu tidak melakukan sesuatu yang bisa menyakiti hati satu sama
lain, malah, permusuhan ini sama sekali tidak perlu.
Dari awal, tidak ada gunanya berbicara dengannya tentang aturan berseragam
– “Aku pengecualian akan peraturan ini.”
Tsukasa pernah mencoba memberitau itu kepada ketua komite. Namun, gadis itu
malah tambah ketat akan ceramahnya kepada dirinya. Ia tak mengerti kenapa..
“Apa kamu benar-benar mendengarkanku? Oh, tentu saja tidak, karena kamu memakai penutup telinga.”
“Ini bukan penutup telinga. Ini headphone.”
“Aku tahu benar akan hal itu – dan juga, bisa dibilang sekolah tidak
memperbolehkan pemakaian hal itu. Meski buku panduan siswa tidak menuliskannya
secara spesifik, wajar saja jika headphone dilarang. Banyak yang tidak menuruti
peraturan dari buku panduan yang belum diperbarui. Apapun yang menutupi telinga
dilarang.”
Apa penyebab aturan seperti itu ada
“Wajar saja untuk mereka ada.”
Sungguh tak berarti
“Orang yang tidak menuruti hal sejelas ini tidak bisa dianggap murid.”
Bukankah hanya kau yang berpikir
demikian...?
“Aku tidak ada waktu mendengarkan alasan dari murid yang sudah melanggar
aturan.”
———Dirinya tidak ingin waktunya habis hanya untuk berbicara dengan orang
sekeras kepala ini, selain itu semua yang dia katakan hanya membuat situasinya
bertambah buruk. Mencoba berdebat dengannya pun sia-sia, pada akhirnya mereka
tidak pernah sampai ke penyelesaian. Pada saat seperti inilah Tsukasa sangat
ingin penutup telinga.
Namun, sungguh, mengapa gadis ini bisa sangat gigih. Apakah kata ‘terbiasa’
tidak ada di kamusnya?
Entah dimulai sejak kapan, kini ia tidak hanya diceramahi saat perjalanan
ke sekolah, bahkan gadis itu membuat kebiasaan untuk melakukannya setiap kali
mereka tidak sengaja berpapasan di jalan saat jam sekolah.
“Kamu tidak mengenakan dasimu lagi! Tolong pastikan untuk mengenakannya!
Dan juga, mencat rambutmu tidak diperbolehkan di sekolah ini!”
Yah, maaf sudah terlahir dengan
rambut pirang ini. Aku meninggalkan dasiku di rumah.
“Jangan lari di lorong! Jalanlah dengan sigap di sisi kanan.”
Aku tidak lari. Tak masalah aku ada
di kiri atau di kanan asal aku tidak bertabrakan dengan orang lain, kan.
“Berhenti makan dengan cara biadab seperti itu!”
Apakah normal untuk terlalu
memperhatikan perilaku orang lain seperti dirimu.
“Semuanya! Sensei akan mengumumkan sesuatu, diamlah! Jangan bicara! Kamu
yang di situ, tolong tenang!”
Kaulah yang harusnya diam di sini.
eeeh kotonoha karma ada light novelnya? xD
BalasHapusbaru tau aku, keren kak ( o w o )b
Kaori gk translate Kagerou Days Ch.41 ya???
BalasHapuslanjutin dong, udah gk ada blog lain yg translate :3