Ijimenaide yo
by Kaori Hikari
Sendirian, tidak mempunyai orang tua, tiada tempat untuk bergantung. Hanya seekor anjinglah yang bisa mengerti dirinya. Inilah cerita sedih masa lalu Seto yang terinspirasi dari Shounen Brave.
Genre : Friendship, Family, Hurt
Pairing : Very slight SetoMary
MC : Kousuke Seto
“Jangan ganggu aku.” suara lemah dari bocah
lelaki yang merinding ketakutan. Di depan bocah itu berdiri anak-anak lain yang
lebih besar darinya.
“Heh? Kau berkata sesuatu, bocah sialan?!”
kata salah satu dari anak tersebut. Dia lalu menarik kerah baju bocah itu dan
mengangkatnya ke atas.
“Nggh.” bocah itu hanya bisa menggeliat
saat anak lelaki lainnya yang lebih kuat darinya menariknya. Dia terlihat
seperti tidak bisa bernapas. Anak-anak lainnya yang melihat itu tidak melakukan
apapun. Mereka malah tertawa melihat penderitaan bocah tersebut.
“Hahahah! Lihatlah dia! Lemah dan tidak
berdaya, tidak bisa melakukan apapun! Hahaha.” lalu dia membanting bocah
tersebut ke dinding dibelakangnya dengan keras.
“Semoga itu mengajarkanmu untuk tidak
mencuri lagi, bocah sialan!” mereka pun pergi meninggalkan bocah tersebut.
Bocah lelaki yang dibanting tadi hanya bisa terlentang dengan lunglai. Seluruh
badannya kesakitan setelah dikeroyok oleh anak-anak lelaki lainnya. Dia tidak
punya cukup keberanian dan kekuatan untuk melawan balik mereka.
Tidak lama hujan pun turun. Membasahi badan
bocah lelaki tersebut. Dia lalu berdiri dengan perlahan dan masuk ke dalam
gang, mencari tempat untuk berteduh. Setelah ketemu diapun duduk di tempat itu.
Memeluk badannya dan mencoba untuk menghangatkan diri. Dia lalu mengambil roti
yang berada di kantong celananya. Roti ini adalah roti yang dia curi dari salah
satu anak yang mengkeroyoknya. Dia melakukan ini dengan terpaksa, dia sangat
lapar, dan dia tidak punya apa-apa untuk dimakan jadi dia mengambil roti itu
yang tergeletak di atas bangku taman.
Tiba-tiba ada seekor anjing putih bermata
merah berjalan ke arahnya. Dia takut anjing itu akan menggigitnya, tetapi
anjing itu hanya duduk di samping dirinya dan mengendus-ngendus rotinya sambil menggerakkan
ekornya, seperti meminta.
Bocah itu lalu melihat ke rotinya dan membelahnya
menjadi dua, dan memberikannya kepada anjing tersebut. Anjing itu menggonggong
kesenangan dan melahap roti dari bocah tersebut.
“Kamu tidak akan mengganguku kan?” tanya
bocah itu berharap.
Anjing itu hanya diam dan melingkarkan badannya kepada
bocah tersebut. Bocah itu lalu memeluk anjing tersebut sambil menangis.
Anjing
itu menjilati muka bocah itu dari air mata.
“Hehehe~ hentikan, itu geli.” kata bocah
itu, lalu dia melanjutkan perkataannya.
“Halo~ namaku Kousuke. Salam kenal~”
Dia lalu menggenggam tangan anjing itu. “Kalau kamu? Apakah kamu punya nama?”
“Woof!” anjing itu bersuara mengiyakan.
Lalu dia menggerakkan kakinya ke tanah dan menuliskan sesuatu.
“S-E-T-O. Seto?
Itu namamu yah? Kalau begitu salam kenal Seto!” kata Kousuke.
“Seto, kamu mau menjadi temanku? Bukan
hanya dalam perkataan saja tentunya.” dia bertanya kepada Seto dengan penuh
harapan, dia memeluk Seto dengan lebih erat takut anjing itu akan menolaknya
juga.
“Woof!” Seto menjilati wajah Kousuke dengan
gembira dan Kousuke pun menerimanya sebagai arti ‘iya’. Seto pun menyerang
Kousuke dengan lebih gencar.
“Hahaha~ geli~ Ahhh seandainya aku bisa
berbicara denganmu...”
U^ェ^U
Sejak saat itu sang bocah lelaki, Kousuke,
dan si anjing putih, Seto, selalu bersama. Mereka mencari makanan bersama.
Mencari tempat tidur bersama. Dan terus melewati hari-hari mereka bersama.
Mereka masing-masing melindungi satu sama lain. Saat Kousuke diganggu oleh
anak-anak lain Seto akan menggongongin mereka, dan saat Seto akan ditangkap
oleh petugas penangkap anjing liar, Kousuke akan mencarikan tempat untuk Seto
bersembunyi. Mereka berdua benar-benar menjadi sepasang teman sejati.
Pada tanggal 15 Agustus, dimana festival
Obon akan dirayakan. Kousuke berjalan melewati stand-stand yang dipersiapkan
untuk festival ini. Dia melihat stand-stand itu baru saja dipersiapkan.
Kousuke
lalu diam-diam mengambil beberapa makanan dari kardus yang terlentang dan kabur
dengan cepat ke tempat persembunyian Seto dan dirinya. Dia lalu masuk dan
menunggu Seto melompat kedirinya tetapi tidak ada yang datang.
“...Seto?” panggil Kousuke.
Dia lalu
melihat tempat persembunyiannya. Tempat tersebut hancur seperti
dipora-porandakan. Bekas sesuatu yang berat digeser terlihat dilantai. Kousuke
lalu menebak apa yang terjadi di situ dan melepaskan semua makanan yang dia
bawa karena terkejut.
“Jangan-jangan....” dia lalu berlari sambil
mencari-cari Seto. Dia memanggil nama Seto berharap anjing itu akan melompat
kepelukannya.
Setelah dia berlari memasuki hutan dia melihat anak-anak beserta
beberapa orang dewasa menarik paksa Seto.
“Hentikan!” teriak Kousuke dengan keras.
Para anak-anak dan orang dewasa berhenti sejenak. Mereka lalu berbalik dan
menghadap ke Kousuke.
“Ayah! Dia adalah pemilik dari anjing rabies ini!” lapor seorang bocah kepada ayahnya.
“Oh ya? Kalau begitu kita harus
menghukumnya kan? Anak bandel.”
‘ayah’ dari bocah itu lalu mendekati Kousuke
bersiap untuk memukulnya. Kousuke yang ketakutan hanya bisa gemetaran
ketakutan. Tetapi pukulan itu tidak kuunjung datang.
“Argh?!”
Seto telah menggigit lelaki itu
sampai tangan lelaki itu berdarah. Dia berusaha untuk melepaskan gigitan anjing
itu tetapi Seto bersikeras menggigitnya.
“Anjing rabies sialan!” dengan bantuan
beberapa orang mereka bisa melepas anjing itu.
Beberapa orang dewasa
mengangkat Seto dari belakang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
“Anjing gila seperti ini lebih baik mati
saja!” lelaki itu lalu mengangkat Seto dan melemparnya ke sungai yang dalam.
“Ah! Tidak!” teriak Kousuke.
Dia berlari dan berenang melewati sungai berarus deras tersebut.
Dia berusaha
menggapai Seto tetapi kaki-kaki kecilnya sudah tidak sanggup berenang lagi.
Dengan kekuatan terakhir dari dirinya dia berhasil menangkap Seto dan
memeluknya. Dirinya dan Seto tenggelam bersama ke dalam sungai.
‘Hanya keajaiban saja yang bisa menolong
kami.’ pikiran terakhir Kousuke sebelum dia kehabisan napas dan tenggelam ke
kegelapan.
(˘ʃƪ˘)
“...Nn. Ah!”
Kousuke yang dengan tiba-tiba
bangun langsung mengeluarkan air yang berada di paru-parunya dengan
terbatuk-batuk. Sepertinya dia terdampar ke ujung sungai.
“Aku...masih hidup?” hanya keajaiban yang bisa membuatnya masih
hidup setelah tadi. Kousuke benar-benar bersyukur dia masih hidup, lalu dia
sadar ada yang dia lupakan.
“Seto?! Seto?” teriaknya.
Dengan badannya
yang sudah lelah dan kesakitan, dia berlari mencari teman baiknya tersebut,
tetapi itu tidak berguna. Senyaring apapun dia meneriakkan namanya, selelah
apapun dia mencari temannya, dia tetap tidak menemukannya.
“Mungkinkah...Seto tenggelam...?” katanya
dengan putus asa.
Kakinya jatuh, telah lelah terus-menerus berlari mencari
temannya. Dia akhirnya menerima kenyataan...bahwa temannya satu-satunya itu
tidak akan pernah...kembali lagi.
(*0*;)
Kousuke lalu membuat kuburan untuk Seto dan
keluar dari hutan itu. Kembali ke kota yang kejam dan tidak peduli itu...tapi
ada yang berbeda. Saat dia kembali ke kota tiba-tiba pikirannya diserang oleh berbagai
macam keributan.
‘Makan
malam ha-‘ ‘uang dari-‘ ‘dia selin-‘
Tiba-tiba suara yang tidak diketahui
darimana menyerang kepala Kousuke. Dia melihat kepada orang-orang kota, tidak
ada yang berbicara, tetapi otaknya mengeluarkan suara-suara orang-orang.
“Hei anak itu...coba lihat matanya!”
Tiba-tiba seorang gadis menunjuk kedirinya. Orang-orang lainnya pun juga ada
yang melihat dirinya dengan ketakutan ataupun was-was.
“Mata...ada apa dengan mataku?”
Kousuke lalu
berlari ke sebuah kaca dari bangunan yang terdekat. Saat dia melihatnya,
matanya bukan mata berwarna hazelnut lagi tetapi matanya berwarna...merah.
‘Ada apa dengan mataku?!’pikir Kousuke.
Dia
takut...matanya berubah menjadi merah...dan dia mendengar suara-suara aneh...
‘Menjijikkan,
anak itu.’
Tiba-tiba Kousuke mendengar suara. Dia
menoleh tetapi tidak ada yang membuka mulutnya, hanya melihat dirinya.
‘Anak
seperti itu terlihat mudah ditipu.’
‘Aku
paling benci anak jalanan.’
‘Mata
apa itu? Seperti setan.’
‘Sampah
masyarakat lebih baik mati saja.’
Berbagai suara yang sombong dan kejam
menyerang kepala Kousuke. Membuat kepalanya pusing dan membuat hatinya sakit.
Biarpun mereka hanya orang-orang yang tidak dikenal, kata-kata mereka menusuk
hati Kousuke.
Diapun lari keluar dari kota itu menjauh mencari tempat yang aman
dari tatapan kejam di kota. Menuju hutan yang rindang tiada manusia sedikit
pun.
“...*hah* *hah* aku mengerti sekarang...apa
suara-suara itu...” Kousuke berbisik kepada dirinya sendiri.
Sepertinya entah
bagaimana caranya dia bisa mendengar suara dari pikiran orang lain.
Menyakitkan...menyakitkan mendengar suara kejam dari hati mereka yang tidak
disebutkan.
Dia lalu duduk dibawah pohon rindang dan memeluk kakinya sendiri
dan menangis. Kenapa hal ini harus terjadi kepada dirinya.
‘Manusia
itu...apakah dia baik-baik saja?’
Diapun mendengar suara, tetapi bukan orang
yang dia lihat melainkan...rusa?
‘Apakah dia berbicara denganku?’ pikir
Kousuke.
Rusa itu lalu mendekat dan menjilat air mata Kousuke. Hal itu
membuatnya mengingat saat dia pertama kali bertemu dengan Seto, dan membuat air
matanya tambah deras.
‘Manusia
yang malang, jangan menangis.’
Kousuke kembali mendengar suara dari pikiran rusa
tersebut. Kousuke mengusap matanya, menghapuskan air matanya. Dia lalu melihat
ke rusa tersebut.
“Kamu tidak akan mengganguku, kan?” pertanyaan yang dulu dia lontarkan ke Seto kini ia lontarkan
kembali ke rusa tersebut.
‘Menggangunya?
Untuk apa? Bukankan malah manusia yang mengganggu kami?’
“Eh? Ah! Ti-tidak! Aku tidak akan mengganggu! Aku hanya...ingin mempunyai teman...” dia lalu mengingat Seto,
teman baiknya...kini telah tiada.
‘Apakah
manusia ini mengerti apa yang kukatakan? Dia menjawab apa yang kupikirkan tadi’
“Ah! Uh...aku...aku sepertinya bisa membaca
pikiran seseorang atau sesuatu...makanya aku tau apa yang kamu bicarakan!” jawab Kousuke.
‘Oh...begitukah?
Manusia itu memang sungguh aneh’
“Hehehe. Tidak semua manusia yang aneh
seperti aku sih, Pak rusa.”
‘Aku
betina.’
“Ah eh?! Ma-maaf! Aku tidak tau!”
‘Tak
apa. Jadi siapa namamu anak kecil?’
“Namaku...namaku Kousuke...Kousuke Seto!
Itu namaku.” dengan semangat dia memberitau namanya kepada rusa tersebut.
Dia
memutuskan untuk membuat nama teman baiknya tersebut menjadi nama keluarganya,
toh dia tidak punya keluarga juga.
‘Kousuke...Seto,
kah? Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang.’
“Aku tidak tau...aku..aku tidak ingin
kembali ke kota. Disana...mereka...mereka membenci diriku yang aneh ini...”
‘Jika
begitu bagaimana jika kamu tinggal di hutan ini?’
“....Ha? Bo-bolehkah?” tanya Kousuke
terkejut dengan perkataan sang rusa.
‘Tidak
ada yang melarangmu’
“Ah uh eh. Kalau begitu. Aku ingin tinggal
disini!”
‘Jika
itu keputusanmu tidak apa-apa. Kita semua akan menjadi keluarga.’
“Ya!” kata Kousuke dengan senang.
\(★´−`)人(´▽`★)/
Hari-harinya di hutan sangatlah menyenangkan
bagi Kousuke. Dia berteman dengan seluruh binatang yang ada di hutan. Dia
senang sekarang dengan kemampuan anehnya ini dia bisa berbicara dengan
hewan-hewan lainnya.
Dia masih bersedih dengan kepergian Seto, tapi dia akan
membiarkannya temannya itu hidup bersama kenangan di hatinya.
Pada suatu hari, tiba-tiba ada wanita yang
mendatanginya di hutan tersebut. Wanita itu berkata ingin mengadopsinya.
Kousuke asalnya waspada dengan kehadiran wanita tersebut, tetapi saat dia
mendengarkan suara dari pikiran wanita tersebut. Tidak ada kebencian ataupun
kekejaman di dalamnya, hanya kehangatan.
Dia agak ragu menerima tawaran
tersebut. Dia tidak ingin meninggalkan hutan dan keluar ke tempat para
‘monster’ itu, tetapi teman-teman hewannya mengatakan kalau pada akhirnya harus
berkomunikasi dengan sesamanya dan mendorongnya agar dia bisa kembali ke tempat
asalnya. Akhirnya dia menerima tawaran wanita tersebut.
Wanita tersebut memperkenalkan dirinya
sebagai Ayaka Tateyama. Dia menggiring Kousuke ke rumah tempat dia tinggal.
Rumah tersebut tidak besar maupun mewah, hanya rumah kecil berdindingkan bata
merah.
Di dalamnya Kousuke di sambut oleh seorang pria, Kenjiro Tateyama,
katanya kepadanya. Pria itu adalah suami dari Ayaka.
Kousuke melihat ada
dua anak lain yang dibawa oleh Kenjiro. Mereka berdua sama dengannya, memiliki
mata yang merah.
Ayaka pun memperkenalkan mereka semua. Anak
perempuan yang mempunyai rambut hijau itu bernama Tsubomi Kido dan anak
laki-laki yang berambut pirang itu bernama Shuuya Kano. Dari mata mereka bisa
dilihat kesedihan dan kesengsaraan, hal yang mereka semua miliki. Ayaka lalu
memperkenalkan mereka ke anak asli mereka, Ayano Tateyama.
Kousuke, Tsubomi, dan Shuuya sekarang
sering bersama. Mungkin itu karena mereka merasa penderitaan yang masing-masing
miliki sama. Membuat mereka lebih terbuka kepada satu sama lain.
Setelah
beberapa lama merekapun menjadi teman dekat dan mereka menceritakan masa lalu
tragis mereka masing-masing.
Ayano, ‘kakak’ mereka mencoba untuk
mendekat kepada mereka. Dia berusaha melakukan berbagai hal yang terkadang
membuat mereka hampir menjadi terbuka
dengan dirinya.
Setelah melihat usaha Ayano yang sampai menirukan gaya super
hero dengan selendang merahnya agar mereka bertiga tidak membenci warna merah
lagi, mereka menjadi sangat dekat dengan Ayano dan benar-benar berpikir bahwa
dia adalah kaka mereka.
Ayano-tidak, semua anggota keluarga Tateyama tidak
menakuti mata merah mereka, tidak seperti orang-orang lain. Pada akhirnya
merekapun terbuka pada kebaikan keluarga Tateyama.
(〃⌒▽⌒)八(〃⌒▽⌒〃)八(⌒▽⌒〃)
Kousuke berjalan-jalan keluar dari kota.
Dia ingin melihat kabar dari teman-temannya di hutan dan diapun berencana pergi
kesitu. Tetapi karena dia sudah lama tidak pergi ke hutan dia lupa jalan dalam
hutan tersebut.
“Benar-benar cuaca yang bagus. Tapi
kira-kira dimana aku yah? Ada rusa yang belum pernah kulihat sebelumnya.”
Tersesat tanpa tujuan. Kousuke berjalan mengelilingi hutan. Pada akhirnya dia
menemukan sebuah rumah dari kayu, dan dari samping dia melihat ada seorang
gadis berambut putih melihat ke langit.
‘Siapapun
kumohon, selamatkanlah aku dari sini, aku kesepian’
‘Eh? Ini...suara pikiran gadis itu?’
Kousuke yang asalnya ingin bertanya jalan memutuskan untuk mendatangi gadis
itu. Dia lalu ke rumah kayu itu dan mengetuk pintu yang ditutupi dengan
tanaman.
Tiba-tiba Kousuke mendengar suara sesuatu yang berat jatuh. Panik,
Kousuke langsung membuka pintu itu dan yang dia lihat adalah gadis yang
merunduk.
Dia menutupi matanya dan bergetar ketakutan.
‘Aku
takut. Apakah dia juga akan mengganguku?’
‘Gadis itu...mengingatkan diriku saat aku
dulu’ pikir Kousuke.
“...melihat mataku....jadi batu...” gadis
itu berkata dengan suara pelan. Kousuke yang mendengar sedikit kata-kata gadis
itu lalu berpikir.
‘Eh? Apakah dia takut kalau akan membatu
kalau kulihat? Kalau begitu dia tidak perlu khawatir.’
Kousuke lalu mendekat ke
gadis itu sambil berkata.
"Aku
juga takut suatu hari nanti, aku akan menjadi batu... Tapi bukankah dunia akan
lebih baik tanpa ketakutan itu?"
Dia berharap gadis itu tidak takut
kepadanya, karena dia mengerti bagaimana perasaan gadis itu, sama sepertinya.
Dia lalu mengelus kepala gadis itu. Tiba-tiba gadis itu menangis.
“Kemarin
juga, hari
ini juga, bahkan
hari sebelum kemarin. Aku
melihat dunia yang hancur dengan mudah dari dalam mimpiku.” gadis itu berkata
dengan penuh kesedihan.
Kousuke menenangkan gadis itu lalu berkata.
“Biarpun
begitu, tidak
apa-apa. Jangan
menangis yah”
Kousuke lalu berpikir apa yang harus dia lakukan agar gadis ini berhenti
menangis dan diapun melepas headset yang dia pakai dari tadi dan memakaikannya
ke gadis itu.
“...he?”
Gadis itu terkejut tiba-tiba ada
lagu ditelinganya. Dia mendengarkan lagu itu dan akhirnya berhenti menangis.
Kousuke yang melihat itu jadi tersenyum dan memberikan gadis itu jaket
kesayangannya.
“Nah, kamu lebih cantik jika tidak menangis.
Tersenyumlah, oke?” kata Kousuke dengan senyum diwajahnya. Gadis itupun
tersenyum balik.
“Ya!” balas gadis itu. Setelah beberapa
lama Kousuke pun memecahkan keheningan.
“Namaku Kousuke Seto! Salam kenal.”
Kousuke
mengulurkan tangannya kepada gadis itu, gadis itu terkejut dan lalu dengan malu
menjawab.
“Ah eh. Namaku...Ma-Mary Kozakura. Sa-salam
kenal.”
Mary menjabat tangan Kousuke.
“Mary, kah? Kalau begitu mulai sekarang
kita berteman! Iyakan?” tanya Kousuke dengan riang.
“Heeh? Te-teman? An um ya! Teman!” mereka
lalu tersenyum dan tertawa bersama.
φ(・ω・` )
Fanfic ketiga saya yang saya pos di fanfiction.net tentang Seto. Ini juga dikiiiit di edit dari versi originalnya. Oh buat fanfic saya, saya bakal seneeeeeng banget kalo ada yang ngereview.
Mata ne!
Waaa~ Setoo...
BalasHapusCeritanya bagus banget...
ini mungkin agak kurang ajar, tapi... boleh ku bikin komiknya ngga?
tapi gambarku nggak bagus-bagus banget...
ini hanya sekedar buat meningkatkan kualitas gambarku saja...
Makasiiiiih.
HapusUwaaah, silahkan! Silahkan bangeeet! Minta linknya kalau udah jadi yah~
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapussama-samaaa...
Hapusmakasih juga udah diizinin.... tapi baru bakal dibuatnya setelah UN, sekalian refreshing... ^-^
kalo fanfic yang lain boleh juga ga? kalo fanfic yg ini, aku harus belajar ngegambar anjing dulu... hehehe...
Boleh boleh~
HapusSaya senang kok ada yg baca dan pengen buat ff saya jadi komik. Bahagia banget~
Sebenarnya kalo hal beginian gak usah minta izin toh sudah pasti saya restuin~ XD
Asal beritau saya linknya aja kalo buat beginian~