Kabut Panas Memusingkan III
Bahkan di kota seperti ini juga ada jangkrik
ya, itulah yang kupikirkan bersamaan aku melihat pohon di pinggir jalan. Tetapi
aku tidak melihat jangkriknya sama sekali.
Aku dengar jangkrik cuma hidup selama
seminggu, tapi sebenarnya saat mereka masih larva, mereka menyembunyikan diri
di tanah selama bertahun-tahun. Jadi sebenarnya hidup mereka itu sangat
panjang.
Kalau benar begitu, sepertinya mereka
menyimpan kekuatan selama bertahun-tahun, kemudian mengeluarkannya waktu keluar
dari sarang.
Biarpun mereka bersembunyi di bawah tanah
selama bertahun-tahun untuk menyimpan energi mereka. Biarpun suatu hari mereka
akan keluar dari tanah. Mereka akan tetap mati dengan cepat. Dari sudut
pandangku, para jangkrik itu sangatlah indah, membuatku menjadi iri.
“Lihat, kita sudah sampai.”
Hiyori meletakkan tas belanjanya dan menunjuk
kearah dinding bata yang agak rendah yang berada di seberang. Tempat tujuan
kami adalah kuburan yang terhampar luas.
“Ngomong-ngomong, kamu terlihat pucat, kamu
tidak apa-apa?”
"Eh? Benarkah?"
“Yup. Matamu terlihat berat dan hitam.”
Penyebab kenapa aku terlihat seperti ini
adalah karena orang di depanku—yang juga adalah orang yang menanyakan
keadaanku. Tapi dia sendiri tidak menyadarinya.
Kejadian kemarin benar-benar membuatku lelah.
Tekanan yang kudapatkan kemarin sudah melampaui batas untuk bisa ditahan badan
ini.
Pertama, sejak kami sampai disini Hiyori
benar-benar telah jatuh cinta pada Konoha dan ketertarikannya kepadaku yang
asalnya sudah sedikit, sekarang jadi hampir tidak ada. Dan aku diperlakukan
seperti pengganggu yang menghalangi jalannya.
Lalu kemarin harusnya hari dimana aku ‘membeli
HP’, tetapi biarpun aku sudah memohon dengan sangat, Hiyori cuma berkata “Aku
males pergi.”. Aku sudah melakukan berbagai macam cara agar bisa membawanya
pergi bersamaku, tetapi mall-nya malah tutup untuk sementara karena ada suatu
insiden atau apalah. Menghadapi ini aku jadi sangat sangat sangat sedih dan
hanya bisa kembali.
Aku bisa saja pergi ke toko HP lainnya untuk
membeli HP, tetapi sepertinya anak-anak tidak bisa mengisi form registrasi
tanpa didampingi orang tua.
Padahal aslinya aku ingin menggunakan rencana
yang bagus dan dapat dipercaya yaitu ‘Manajer mall-nya teman baik ayah Hiyori’
untuk mendapatkan HPnya, tetapi sekarang itu hanyalah khayalan saja.
“Kalau gitu kita tunda dulu beli HPnya.”
Hiyori langsung mengatakan itu. Pada akhirnya kemarin aku hanya bisa diam di
rumah, memaksakan diriku melihat sesuatu yang tidak ingin kulihat sama sekali.
Kenapa, kenapa kami harus tinggal dengan orang
ITU.
Harusnya, karena kakak ipar Hiyori sedang
tinggal di rumah lain kami diperbolehkan untuk tinggal di rumah sini berDUA
saja. Harusnya sih begitu.....
Sepertinya kakak ipar Hiyori orang yang sangat
santai. Berdasarkan perkataan Konoha, dia bilang “Aku sudah lama tinggal disini.”
dan “Aku diasuh sensei.”. Kalau begitu tempat ini sama saja dengan penginapan.
Harusnya dia bilang kepada kami kalau dia
membiarkan muridnya tinggal disini.
Tapi ada juga kemungkinan Hiyori tahu tapi
tidak mengatakan apa-apa kepadaku.
Terserahlah, pokoknya rencanaku menikmati
hidup di kota hanya berdua dengan Hiyori hancur berkeping-keping.
Dan seperti yang kuduga, aku tidak bisa
menelan makan malamku, dan karena api kecemburuanku panas membara, aku tidak
bisa tidur. Karena itulah kenapa wajahku jadi seperti apa yang dikatakan Hiyori
tadi.
“Hei, Hiyori. Kenapa kita tiba-tiba
mengunjungi kuburan? Bukannya tadi kau sangat semangat dan ingin berbelanja
hari ini.....”
“Hmm~ Tanpa sadar....mungkin. Kemarin saat aku
memasuki kamar kakakku aku tiba-tiba merasa ‘aku harus mengunjunginya’, seperti
itulah.”
Hari ini adalah hari keduaku di kota.
Ini juga adalah hari dimana Hiyori berkata
“Aku ingin berbelanja hari ini jadi dampingi aku.” tapi tiba-tiba pagi ini dia
mengatakan “Belanjanya nanti saja. Kita ke kuburan dulu.”
Si penggangu itu, Konoha, sepertinya tidak
bisa bangun, jadi dia tidak bersama kami. Hiyori bahkan sampai berkata
“sebenarnya aku pengen dia ikut juga.” dan terlihat sedih untuk sementara
waktu, tapi bagiku itulah sesuatu yang kuharapkan
“Begitu ya.....kalau dipikir-pikir, hari ini
Obon kan?”
Di kuburan yang terletak tidak jauh dari rumah
yang kami tempati, ada beberapa yang berkunjung, tapi karena kuburan ini agak
kecil sepertinya tidak banyak orang yang datang kesini.
“Itu benar, hari ini juga adalah hari
peringatan kematian kakakku. Biarpun keluargaku jarang membahasnya. Yah, mereka
tidak bisa disalahkan. Kurasa kakakku bahkan tidak tau kalau aku lahir.”
Kakak Hiyori adalah individual yang sangat
‘unik’ sejak dia kecil. Sepertinya dia suatu hari pernah berkata “AKU INGIN
MELIHAT DUNIA LUAR!” dan kabur dari rumah.
Sejak saat itu dia kehilangan kontak dengan
keluarganya dan saat pertama kali Hiyori melihat wajahnya adalah fotonya di
peti mati.
“Saat pemakaman, kakak iparku terlihat sangat
sedih. Aku tidak tau mengapa, tapi aku ingat dengan jelas.”
Hiyori melihat satu per satu nama-nama dari
makam itu, sambil perlahan berjalan di jalan yang panjang dan sempit.
Selain bunga dan kue-kue Jepang, ada juga yang
meninggalkan mainan mobil-mobilan dan lainnya. Hal itu membuatku menundukkan
kepala karena aku tidak bisa tahan melihatnya terus menerus.
“Kakak iparku hanya menundukkan kepalanya di
depan orang tuaku dan tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya dia selalu bersama
kakakku yang sering melakukan hal-hal semaunya. Pada waktu itu aku berpikir ‘Orang dewasa itu sangat menyusahkan ya.’
”
Hiyori bermuka datar sama seperti biasanya.
Dia tidak marah ataupun sedih, dia hanya mengatakan itu dengan lembut.
Bagi Hiyori pada waktu itu, mungkin orang
tuanya terlihat menjengkelkan.
Tetapi, kematian adalah sesuatu yang tidak
bisa diperbaiki. Kemarahan yang tidak bisa dilampiaskan kemana pun, mungkin
orang tua Hiyori tidak bisa menemukan tempat mengeluarkan amarah mereka selain
ke kakak ipar. Memikirkan hal itu membuatku jadi sedih.
Tiba-tiba, Hiyori berhenti.
Dan tepat dihadapannya, ada seorang pemuda
yang mengenakan parka hitam setengah lengan, berdiri di depan sebuah makam
sambil berdoa.
“Itu adalah makam kakakku.”
Kata Hiyori dan dia kembali berjalan di depan.
Bersamaan aku mengikutinya, sepertinya pemuda
itu menyadari kami dan tiba-tiba membalikkan kepalanya.
Rambut berwarna pirang dengan mata besar yang
memberikan orang kesan yang dalam, pemuda itu terus menatap kami.
“Makam itu adalah makam kakakku. Aku sangat
berterima kasih kamu bisa mengunjunginya.”
Hiyori menundukkan kepalanya dan membungkuk
kepada pemuda itu, setelah beberapa saat pemuda itu tiba-tiba melihat Hiyori
dan terlihat terkejut.
"e-EH! EEHHH??!! KAKAKMU!?
“Ya. Apakah kamu merawat kakakku saat dia
masih hidup....?”
Pemuda itu tiba-tiba terlihat menjadi riang
dan dengan senyum tanpa dosa, dia menjawab dengan semangat.
"Uwahh, kau benar-benar mirip dengannya!
Eh? Tidak tidak, bagaimana mungkin aku bisa merawatnya! Malah akulah yang
selaluuuuuuuuu dirawat oleh kakakmu!"
Itulah kata pemuda itu yang tersenyum tanpa
dosa. Tiba-tiba dia berkata “Ah....!” seperti baru menyadari sesuatu, dia
meletakkan tangannya di bibirnya, dan terbatuk-batuk dengan sengaja, lalu
menegapkan badannya.
“Uhm, aku tanpa sengaja jadi terlalu semangat,
maaf maaf. Hmm, apakah anak ini mendampingimu?”
Tanya pemuda itu sambil berbalik
menatapku.
“Ah, benar. Kau bisa mengatakan aku ini
pendampingnya....atau pesuruh ya? .......haha”
Setelah mengatakan itu aku agak memerah dan
mengalihkan pandanganku, sambil menggaruk pipiku untuk menyembunyikan rona
merahku.
“Pesuruh.....mhmm.....itu benar-benar sulit
bukan?”
Saat aku mendengar jawaban yang tidak terduga
itu, aku menghadap kearah pemuda itu lagi. Dia berkata seolah mengerti
penderitaanku dan bersimpati denganku.
“Sulit bukan? Yah, aku juga sangat~ mengerti
itu. Aku juga selalu disuruh-suruh oleh orang yang mengerikan setiap harinya.
Setiap hari dipukul dan ditendang.....”
Orang itu memberikanku tatapan tidak berdaya
dan melebarkan tangannya, memperlihatkan bahwa dia merasa kesulitan.
“I-itu benar-benar sulit.....kita hidup dengan
penuh kesusahan.....!”
"Mhmm……. kita harus menjadi kuat untuk
menahan cobaan ini………"
Katanya sambil mengepalkan tangan kami,
sepertinya kami benar-benar mirip.
Kurasa aku mendengar Hiyori berkata “Apaan
sih” tapi siapa peduli.
“Yah~ kalau begitu. Sampai jumpa, aku harus
pergi sekarang, maaf jika aku tidak sopan. Kalian berdua, apakah kalian sibuk
setelah ini?”
“Eh? Tidak, kami tidak sibuk, tapi kami harus
pulang saat siang.”
"Begitu ya……"
Tiba-tiba setelah mendengar perkataan Hiyori,
pemuda itu yang tadinya tersenyum kini menjadi suram.
Tapi saat aku melihatnya kembali, pemuda itu
masih tersenyum seperti sebelumnya. Kekhawatiranku tentang ‘karena kemarin aku
sangat depresi , sekarang aku mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain untuk
menjadi depresi juga.’ sepertinya hanya khayalan saja.
Sebenarnya aku tidak menginginkan kemampuan
tidak berguna seperti itu. Jika aku bisa mendapatkan sebuah kemampuan, aku
dengan sangat pasti akan memilih kemampuan yang bisa membuat tubuhku tak
terlihat.
“Hari ini adalah hari yang indah, pada hari
seperti ini bagusnya kan main diluar~ menghabiskan waktu di dalam rumah pada
hari seperti ini tidak baik!”
Kata pemuda itu sambil menyilangkan tangannya
di belakang kepalanya, dan mencebilkan mulutnya.
"Ahaha… benar juga. Lebih baik jika
aku bermain di luar di hari yang seperti ini."
Jawab Hiyori yang tersenyum dengan
lembut.
“Oke, hati-hati di jalan! Aku akan pergi sekarang.
Dadah!”
Pemuda itu kembali tersenyum kepada kami. Dia
berbalik dan pergi dengan cepat.
“Hiyori, sepertinya dia orang yang
baik~”
“Yup, tapi dia agak mencurigakan....kakakku itu sangat tua kan? Apakah ada sesuatu antara kakakku dengan pemuda itu......”
Hiyori terlihat serius dan mulai memikirkan
sesuatu yang sangat aneh.
Dasar, padahal dia ada tepat di depan makam
kakaknya, itu terlalu berlebihan.
“Kamu benar-benar bisa melakukan berbagai hal
ya!”
Dia mengatakan itu dengan semangat sambil
melihat ke arah batu nisan.
Aku penasaran apa yang akan kakaknya Hiyori
katakan saat melihatnya. Aku sangat ingin menanyakannya jika aku bisa.
Bersamaan saat mengatakan itu, Hiyori mulai
meletakkan kue yang dia bawa ke depan makam.
Tidak pernah bertemu sebelumnya. Itu artinya
Hiyori tidak akan tahu makanan seperti apa yang kakaknya sukai.
Benar juga, yang Hiyori letakkan disitu
semuanya adalah makanan kesukaannya.
Memberikan seseorang yang tidak kau kenal
sesuatu yang kau anggap enak. Aku mengerti sikap yang seperti itu. Aku
mengerti, bahwa bagi Hiyori itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.
Setelah meletakkan semuanya, Hiyori menghadap
ke nisan. Dia menyatukan kedua tangannya dan menutup matanya.
Orang seperti apakah kakaknya Hiyori. Pemuda
tadi mengatakan kalau Hiyori “benar-benar mirip dengannya”. Mungkinkah dia
sekasar Hiyori?
“Sampai kapan kamu ingin berdoa. Hei.”
Saat aku mendengar suara Hiyori, aku langsung
membuka mataku.
“Jangan bilang kamu berpikir menanyakan
sesuatu yang aneh kepada kakakku.”
“E-enggak kok! Aku cuma berpikir orang seperti
apakah dia~ atau apalah.”
Aku sebenarnya tidak memikirkan hal seperti
itu, cuma kalau aku tiba-tiba ditanyai seperti ini, aku langsung menjawab tanpa
berpikir.
Tatapan Hiyori yang asalnya curiga mulai
berubah menjadi datar, dan berbisik “Dia orang yang normal. Pastinya.”
Cahaya matahari perlahan memanas. Sekarang
waktunya sudah lewat dari waktu yang dijanjikan Hiyori.
“Yah, bagaimana kalau kita pulang? Biarpun
pemuda tadi berkata ‘pada hari seperti
ini bagusnya main diluar’ atau apalah....”
"M~hmm, hari ini adalah hari yang indah,
jadi kalau kita pulang sekarang aku akan sangat marah. Ayo beli sesuatu dulu,
baru pulang."
Setelah mengatakan itu Hiyori mulai berbisik
“Aku ingin pergi ke toko sepatu....tidak, aku harus ke toko oleh-oleh yang ada
di depan stasiun dulu.....”
"e-EEHH!? Kita tidak memiliki waktu
sebanyak itu kan!? Kurasa kita harusnya pergi ke kakak iparmu dulu, ambil tanda
tangan artisnya, dan baru pergi kemana-mana………"
"…….. tidak, sepertinya cuma ada satu
tempat yang bisa dituju. Ikuti aku."
Setelah Hiyori mengatakan itu dia melangkah
pergi dengan cepat.
Ah, kalau begitu tidak ada pilihan lain.
Apapun yang kulakukan, aku tidak bisa menghentikannya. Atau sebenarnya aku
sudah sangat senang saat dia menyuruhku mengikutinya.
Di luar kuburan, setelah tiba di jalan Hiyori
dengan sigap berbalik ke kanan.
Aku mendapatkan pengetahuan baru, kalau Hiyori
sangat mudah untuk tidak kehilangan arah. Kemarin dan juga hari ini, dia
seperti hidup disini, selalu berjalan tanpa ragu menuju tujuannya dengan
cepat.
Kalau aku, biarpun aku sudah membaca petanya
aku tetap akan tersesat di jalan yang seperti ini. Dia bisa berjalan maju tanpa
ada masalah, dan itu sangatlah hebat.
Tidak memikirkan apa-apa ataupun mengeluarkan
sepatah kata pun. Aku hanya mengikuti langkah Hiyori selama 15 menit.
Banyak tempat penyeberangan jalan. Aku mulai
mengerti tempat yang Hiyori tuju adalah tengah kota.
Aku sudah merasakannya kemarin, tetapi aku
rasa aku tetap tidak akan bisa terbiasa dengan suasana kota.
Berbagai macam iklan, mobil yang lewat, dan
suara tawa orang-orang. Suara-suara mereka terdengar tidak beraturan seperti
kaset rusak, otakku serasa campur aduk karena berbagai macam informasi yang
kudengar dari suara-suara itu.
Dan juga, panas ini.
Mengingat kembali beberapa hari yang lalu aku
mengharapkan tinggal di kota seperti ini. Sekarang aku mengerti kebodohan dalam
hatiku.
Untuk hidup di tempat seperti ini, biarpun aku
mempunyai banyak nyawa tidak akan cukup.
Sampai sekarang, aku bahkan tidak mempunyai
kepercayaan diri bahwa aku bisa bertahan di liburan musim panas ini.
"Ah, ini dia. Tunggu aku diluar
sebentar."
Disini ada barisan toko-toko yang penuh warna.
Hiyori berhenti di depan salah satu toko.
Dari bagaimana dia langsung masuk ke dalam
toko itu, sepertinya dia sudah sampai di tujuannya.
“Toko macam apa ini....”
Sambil menunggu Hiyori diluar, aku mengamati
dekorasi luar toko tersebut. Dinding yang berwarna pink dengan dekorasi seperti
kue-kuean dan permen dimana-mana. Papan namanya dikelilingi dengan lampu yang
bisa meningkatkan kesannya pada malam hari, nama toko tersebut ditulis dengan
warna kuning terang.
Dekorasi yang sudah pasti sangat berlebihan,
ditambah lagi panas ini, membuatku ingin muntah.
Setelah Hiyori selesai aku harus membeli
minuman....jika aku menjadi kering disini, mungkin saja aku juga akan menjadi
dekorasi yang tidak jauh berbeda dengan kue-kue dan permen-permen itu.
Pintu otomatis pun terbuka dengan suara tit,
Hiyori yang membawa dua tas belanjaan kecil muncul.
"Ah, selamat datang. Apakah kau sudah
membeli apa yang kau mau?"
Setelah aku menanyakan itu Hiyori tersenyum
dan menjawab “Yup!”
Keimutan yang berlebihan tersebut membuat
jantungku berdetak dengan cepat.
Ahh, terlalu imut, terlalu imut, biarpun harus
susah payah datang ke sini aku bersyukur bisa pergi………
"AKU MEMBELIKAN HADIAH UNTUK
KONOHA!"
Kutarik kata-kataku, lebih baik jika aku tidak
pernah datang kesini.
Orang itu lagi. Hah, kenapa sih Hiyori suka
sama orang seperti itu.
Tunggu...HADIAH?! HIYORI MEMBERIKANNYA
HADIAH!!!??
"Hah? Apa maksudmu dengan
hadiah……..?"
"Eh? Itu tidak ada hubungannya
denganmu."
‘Sreet’ hatiku terbelah dua dan aku tidak bisa
mengatakan apa-apa.
Kurasa seluruh waktu selama berada di kota ini
akan habis hanya untuk berlatih meningkatkan kekebalanku terhadap sakit hati
atau sejenisnya
“Ah, hei lihat. Aku juga membelikan sesuatu
untukmu.”
"Ah, begitu ya…… EEEHH!!??
UNTUKKU!!??"
"Kamu benar. Nih."
Bersamaan Hiyori mengatakan itu, dia perlahan
memberikanku tas belanjaan kecil yang ada di tangan satunya.
Lalu, wajahku menjadi hangat, berbagai
kegagalan dalam hidupku sampai sekarang seolah seperti terbang begitu saja
hingga aku bisa melihatnya dengan mataku.
"TE-TERIMA KASIH…………."
"Ke-kenapa kamu nangis………….. Menjijikkan……."
Aku menarik kembali kata-kataku. Ini terlalu
baik. Aku tidak pernah menduga akan mendapat kejutan seperti ini. Aku bahkan
tidak pernah memimpikannya.
"Aku sangat senang....Terima kasih. Ah,
bisa kubuka sekarang!?"
"Hmm? Boleh saja."
Tas belanja kecil berwarna pink polkadot, dari
beratnya kurasa ini sejenis gantungan kunci, atau mungkin alat tulis?
Hatiku berdebar bersamaan dengan aku membuka
tas kecil itu, aku tersenyum dengan cerah secerah cahaya matahari. Tapi, saat
aku membuka tas itu, bau seperti ikan busuk keluar dari situ.
"UWAH BAU BANGET!!"
Menghadapi situasi yang tiba-tiba seperti ini,
aku tidak bisa menahan teriakanku.
Tas yang diberikan oleh gadis imut yang baru
saja keluar dari toko butik, mengeluarkan bau ikan busuk yang sangat-sangat-sangat
menyengat. Tentu saja aku terkejut.
Siapa yang akan menduganya.
Aku dengan sangat hati-hati membuka tasnya dan
melihat ke dalam. Benda yang mengeluarkan bau menyengat itu adalah makhluk
misterius berbentuk salmon dengan kaki manusia.
"Ah? Apa? Ada masalah?"
Tentu saja Hiyori dengan wajah yang sangat
datar bertanya dengan agak kesal.
"TIDAK, EEEHHH!!!??? BUKANNYA ADA
MASALAH SIH, TAPI INI APA!? APA INI!!??"
Aku masih bisa mengerti kalau itu gantungan
kunci dengan aroma buah, tapi benda ini....Kurasa hanya produk yang dibuat
hanya untuk main-main. TIDAK. Ini sudah PASTI produk GAGAL.
“Itu disebut ‘Gantungan Kunci Salmon Merah’.
Kupikir kamu suka yang seperti ini.”
“TIDAK, TIDAK, TIDAK SAMA SEKALI!? Apakah aku
melakukan sesuatu yang membuatmu berpikir seperti itu?!!!!”
“Enggak, aku hanya berpikir kamu mungkin
menyukai benda bau seperti ini.”
Setelah Hiyori mengatakan itu, dia bersuara
“hmph” dan memandangiku dengan tatapan kesal. Ahh, dia benar-benar mengerjaiku
sekarang.
"U….uuh…………. yah, tapi.....aku tetap
berterima kasih."
Tapi aku tetap merasa senang saat aku
mendapatkan hadiah darinya, jadi aku tidak bisa protes apa-apa lagi.
Melihat diriku yang menyedihkan, Hiyori hanya
bersuara “Hmph” lagi.
“Yah, sebentar lagi kita harus
pulang......kita tidak punya banyak waktu.”
“Kamu benar. Kalau begitu kita jalan dari sini
ke.....”
Dan seperti biasa, Hiyori melangkah dengan
sigap ke depan, tapi dia menyadari sesuatu dan tiba-tiba berhenti.
Aku lalu melihat ke arah kaki Hiyori dan
pelaku penyebab Hiyori berhenti ternyata adalah kucing hitam.
Darimana dia muncul? Dia tiba-tiba muncul di
samping kaki Hiyori. Saat aku memikirkan itu, si kucing hitam itu menggosokkan
wajahnya ke Hiyori dan mengeong.
"Wow, ternyata kucing. Sepertinya dia
menyukaimu."
Kucing hitam yang berbulu bersih itu, lari
setelah mengeong pada Hiyori. Lalu, dia pergi ke dalam gang sempit yang
panjang.
"Ah~. Dia pergi. Aku benar-benar ingin menyentuhnya~
iyakan? Hiyori………."
"AKU INGIN MEMELIHARA KUCING
ITU…………..!"
Wajah Hiyori tiba-tiba berubah lebih ekstrim
daripada kemarin saat pertama kali dia bertemu Konoha. Wajahnya menjadi merah
dan napasnya menjadi terburu-buru.
"Eh, apa yang tadi kau bilang…….?"
"AKU AKAN MENGEJARNYA, HIBIYA!"
Setelah Hiyori mengatakan itu, dia berlari ke
gang mengejar kucing hitam itu.
Berbagai macam pikiran berputar di kepalaku.
Tapi yang paling mendominasi adalah perasaan senang saat Hiyori memanggil
namaku. Lalu aku mengikuti Hiyori.
Dengan cepat ia melewati tong sampah metal
yang terletak di pintu belakang gedung, lalu berlari melalui tangga kecil yang
tertutupi dengan lumut, dan sekarang berlari melewati kerumunan orang di jalan
yang besar.
"Uwah….. Hi-Hiyori, kurasa kita tidak
mungkin menemukannya sekarang……"
"TIDAK, tadi aku melihat ekornya di
sekitar situ. Itu dia!"
Saat Hiyori mengatakan itu dia belok ke kiri
dan menginjak tanah bersamaan dia meningkatkan kecepatannya.
Dengan cepat berlari di tempat yang banyak
orangnya sangatlah hebat.
Untungnya, karena aku berlari di belakang Hiyori aku tidak
menabrak siapapun. Langkah demi langkah aku berlari sepanjang jalan.
"Haa…… haa…….. itu dia! TEPAT DISITU!!”
Sekali lagi, dengan cepat Hiyori berbelok ke
arah kiri dan menuju ke tempat taman anak-anak dimana berbagai macam permainan
ada disitu.
Aku juga berlari ke taman itu, dan di bayangan
ayunan biru terang, kucing hitam itu duduk dengan tenang.
"Dapat!"
Kata Hiyori dengan senang dan mengurangi
jaraknya dengan kucing itu langkah demi langkah.
"Hueheuheuehuehue……….. kucing manis,
kucing baik. Jadilah kucing baik dan biarkan aku mengelusmu sampai aku
puas………"
Kata Hiyori dan melangkah mendekati kucing
itu, mengeluarkan aura yang jika aku adalah kucing itu, aku akan langsung lari
secepat mungkin.
Tetapi, jangankan berlari, kucing itu tidak
menjauh sama sekali. Dia hanya menatap Hiyori dengan penuh arti.
Saat aku memikirkan hal aneh itu, aku
menyadari sesuatu yang membuatku merinding.
Mata kucing hitam yang menatap Hiyori
itu.....matanya merah setara dengan darah.
Apakah Hiyori tidak menyadari itu?
Hiyori anehnya seperti dirasuki sesuatu yang
membuatnya tertarik dengan keanehan itu. Ini benar-benar berbahaya.
"Hi-Hiyori! Tunggu! Kau tidak merasa
kalau kucing itu aneh?!"
"Eh? Apa!?"
Saat Hiyori tiba-tiba mendengar suaraku, dia
membalikkan kepalanya dengan kesal. Kucing hitam itu menatapku seolah ingin
mengatakan sesuatu. Lalu dia lari ke suatu tempat.
"Ah~!! Si-SIAL! DIA LARI
LAGI!"
Aku mengalihkan pandanganku, Hiyori yang
menyadari kucing itu pergi terlihat sangat marah, dan berjalan ke arahku.
“Ta-tapi bukannya kucing itu terlihat sangat
aneh? Karena itu aku.....jadi khawatir....”
“CEREWET! KEKHAWATIRANMU ITU
MENGGANGGUKU!!”
Hiyori mengatakan itu sambil menatapku dengan
tajam. Tapi itu saja tidak cukup untuk mengekspresikan amarahnya, dan dia
kembali mencaci maki diriku.
“Sebenarnya aku tidak ingin kamu yang tidak
berguna, aku ingin Konoha yang mengkhawatirkanku! Dan ada apa sih denganmu?!
Kamu itu selalu gagap saat bicara. KAMU ITU BODOH YA?!”
Kata-kata yang dilemparkan terus-menerus itu
membuat kepalaku stress.
Aku tahu aku akan melakukan apa saja untuknya,
tapi ini sudah keterlaluan.
“Bodoh katamu......KENAPA......KENAPA KAU
TIDAK MAU MENGERTI!? Aku juga tidak suka berbicara gagap......”
"Eh~ Kupikir kamu berbicara seperti itu
karena kamu suka gagap-gagap. Jadi apa alasannya kamu gagap?"
"Itu karena………"
Dipelototi oleh Hiyori membuatku tidak bisa
berkata apa-apa seperti biasanya. Sekarang pun masih sama, aku tidak bisa
mengeluarkan sepatah kata pun.
Ahh, mengeluarkan semua yang ada dipikiranku
dalam bentuk kata-kata tanpa berhenti.....pernahkah itu terjadi?
Tidak, kurasa itu tidak pernah terjadi. Kalau
aku mengatakan hal ini kepadanya, apa yang akan terjadi?
Isi kepalaku mendidih dan hatiku bagai ditusuk
jarum. Perasaan ini tidak bisa ditahan lagi.....
“A-apa.....”
“Itu
karena....Hiyori....aku...kepadamu......”
“Hentikan.....”
“Dari dulu, sejak dulu sekali aku sangat
menyu......!”
“KUBILANG HENTIKAN KAN!?”
Saat Hiyori berteriak, tiba-tiba kesadaranku
akhirnya kembali.
Saat aku dengan hati-hati melihat wajahnya,
Hiyori terlihat seperti ingin menangis.
Mungkin karena terstimulasi oleh suara Hiyori,
jangkrik yang diam dari tadi tiba-tiba menjadi ribut. Dari berbagai tempat
suara jangkrik mengelilingiku, mereka seperti menyalahkanku.
Untuk waktu yang cukup lama itu sudah cukup
bagiku untuk menyesali tindakanku yang ceroboh.
“KAMU
JAHAT!"
Kata-kata yang terucap oleh Hiyori saat ini,
jika dibandingkan dengan caci makinya setiap hari, terasa beribu kali lebih
menyakitkan hatiku.
“I-itu.....”
Harusnya aku tidak bisa mengatakan apa-apa
lagi, tapi mulut bodohku tidak bisa diam.
“Aku pulang. Jangan ikuti aku.”
Aku bahkan tidak bisa menatap Hiyori lagi. Aku
hanya menundukkan kepalaku, dan menatap bangkai jangkrik yang terbaring.
Apakah orang itu mengatakan sesuatu tentangku?
Aku....apakah aku bisa mengatakan sesuatu?
Tanpa disadari air mataku mengalir melalui
pipiku, tetes demi tetes, membuat noda hitam di tanah.
Apapun yang terjadi sekarang, itu tidak
penting lagi. Suara langkah Hiyori semakin menjauh sebelum kemudian suaranya
berhenti.
“Kamu....sejak kapan kamu disini....?”
Hiyori tiba-tiba bersuara. Dari intonasinya
aku sudah tahu dengan siapa dia berbicara. Itu mudah sekali ditebak biarpun aku
tidak menginginkannya.
Aku menengadahkan kepalaku dan menatap sosok
Hiyori, dan sesuai dugaan. Di depan gerbang masuk taman, berdiri Konoha yang
keringatan.
"Eh……. sejak awal? Karena saat aku bangun
aku baru sadar kalian berdua telah pergi……. Jadi, aku berpikir harus mencari
kalian………."
Kepada Konoha yang menyusun kata-katanya satu
demi satu, Hiyori bertanya dengan suara yang bergetar.
“......Pembicaraan tadi...apakah kamu
mendengarnya?”
Konoha, sama seperti biasanya dengan ekspresi
yang orang tidak akan tahu apa yang dia pikirkan, menjawab.
“Eh? Iya, aku mendengarnya.”
Pada saat Hiyori mendengar itu, dia akan
berlari ke suatu tempat. Aku sudah bisa membayangkan itu.
Karena itulah sebelum Hiyori mulai lari,
kakiku sudah berlari ke arahnya.
........Apa yang ingin kulakukan?
Apakah aku melakukan ini untuk mencari alasan
lagi?
Atau aku melakukan ini hanya karena aku ingin
memegang tangan Hiyori lebih cepat daripada Konoha?
Seperti yang telah kuduga, Hiyori lari dan
kelihaiannya untuk berlari melewati kerumunan seperti tadi sudah hilang, dia
berlari tanpa arah.
Hanya beberapa langkah lagi aku bisa memegang
tangannya.
Tetapi saat aku sudah dekat, aku terhenti
dengan pemandangan yang ada di depanku.
Di depan Hiyori yang berlari dari taman, pada
ujung garis-garis putih yang tersusun dengan rapi, lampu pejalan kaki berubah menjadi
merah.
Dan ‘itu’ menandakan sesuatu yang sangat mudah
dimengerti tanpa perlu dipikirkan. Sesuatu yang akan berujung pada
‘KEPUTUSASAAN’.
"HIYORI!! LAMPU MERAH!!!"
Satu langkah lagi, cukup satu langkah
lagi......
Tidak, aku sudah terlambat.
Kulangkahkan kakiku tanpa ragu, bahkan aku
sendiri terkejut karena itu.
Diriku yang melangkah maju untuk meraih
Hiyori, seperti pernah terjadi sebelumnya.
Dari wajah Hiyori aku bisa melihat kalau dia
tidak bisa menduga hal yang akan terjadi selanjutnya. Karena aku tidak pernah
menduganya juga, kami berdua sama.
Sebelum truk itu datang dengan suara yang
nyaring.
Aku terus berharap agar bisa menggenggam
tangan Hiyori sampai akhir.
"..coklat muda dengan mata besar yang memberikan orang kesan yang dalam.."
BalasHapusayano kah?
tp aku masih kurang yakin karna ada 'pemuda' nya itu... =="
//dihajar
Ah maaf, itu di terjemahan b.ing nya warna teh katanya....jadinya kutulis coklat muda...Hum, saya ganti jadi pirang aja deh~
HapusItu Kano.
HapusKido kah?
BalasHapus